KKN Desa Mangkonjaya, dari Suka sampai Dukanya


Baru-baru film KKN di Desa Penari menjadi salah satu film dengan penonton terbanyak di bioskop. Melihat hal tersebut, saya memiliki ide untuk berbagi pengalaman saya ketika Kerja Kuliah Nyata (KKN) di salah satu desa yang ada di daerah Tasikmalaya. Di sini, saya akan membagikan cerita KKN dengan bumbu yang sedikit berbeda dibandingkan KKN Desa Penari. 😆 Entahlah, pada awalnya saya berpikir bahwa pengalaman KKN saya akan biasa-biasa saja, yang membuat saya semangat paling hanya mengabdi ke masyarakat dengan kemampuan yang saya miliki dan juga mengekplorasi alamnya pada waktu itu. Namun, di luar dugaan, saya menemukan banyak pelajaran dan pengalaman yang benar-benar tidak dapat saya lupakan.


Oh iya, untuk beberapa kalian yang mungkin sedang dalam masa-masa gap year, kalian dapat membaca artikel sebelumnya tentang Hikmah Gap Year, Ngapain Aja? Di artikel tersebut saya menceritakan apa yang saya lakukan selama gap year dan apa saja pelajaran-pelajaran luar biasa yang didapatkan dari masa-masa gap year tersebut.


Baik, kita lanjutkan ceritanya, ketika semester 5 tiba, saya dihadapkan dengan salah satu proyek di kampus saya, yaitu KKN. Pada waktu itu, saya berniat untuk melakukan KKN di Desa Cigalontang yang mana masih dapat dikatakan cukup dekat dengan desa tempat saya tinggal. Terlebih, saya memilih tempat ini karena saya sudah mengetahui bahwa tempat di Desa Cigalontang merupakan salah satu desa di Tasikmalaya yang memiliki pemandangan yang sangat indah. Intinya, saya memilih KKN yang memiliki tempat indah dikelilingi alam. Yang ada dalam pikiran saya, pada waktu itu, saya sangat terobsesi dengan menyendiri duduk di tengah-tengah keindahan ciptaan Allah.


Saya & Teman saya, Endah (KKN 2020)

Beberapa hari sebelum situs resmi KKN di kampus dibuka, saya sempat mengajak salah satu teman saya, yaitu Endah agar di sana saya ada teman satu dari program studi yang sama. Saya berdiskusi dengan dia apakah ingin KKN bareng atau tidak di desa tersebut, kemudian dia menjawab "ayo". 😏 Setelah beberapa hari kemudian, munculah pemilihan tempat KKN di situs resmi kampus, lalu saya mulai mengecek desa tersebut dan ternyata di kolomnya hanya saya saja yang dapat KKN di tempat ini. Selanjutnya, saya memberitahu teman saya bahwa di tempat tersebut tidak ada slot buatnya. Alhasil, kami memutuskan untuk mencari tempat yang memang tersedia slot untuk saya dan teman saya itu. Pada akhirnya, kami menemukan KKN nomor 27 di Desa Mangkonjaya, Kecamatan Bojonggambir, Kabupaten Tasikmalaya dan kami memilih tempat tersebut sebagai tempat untuk KKN-nya.


Pra-keberangkatan ke Lokasi KKN Semuanya

Pertemuan Pertama dengan Teman-teman KKN

Ketika saya dan teman saya sudah terdaftar, kemudian salah satu dari anggota kami ada yang membuat grup di WhatsApp. Di dalam grup WA tersebut, kami merencanakan terlebih dahulu untuk melakukan pertemuan perdana di salah satu tempat kosan salah satu anggota KKN 27 ini. Setelah hari pertemuan tersebut tiba, saya merasa sedikit gugup dan di dalam hati, saya memutuskan identitas dan kesan bagaimana yang ingin saya bentuk di hadapan mereka. Kemudian, ya sudahlah, saya benar-benar lebih membuka diri saya dengan karakter yang periang, lalu saya terkenal dengan ketawanya yang luar biasa. 😆 Pada dasarnya, saya berpikir bahwa tidak ada hal yang perlu ditutupi dan jadilah diri sendiri, apalagi momen KKN di sebuah desa yang dikelilingi hamparan luas kebun teh. Saya benar-benar merasakan atmosfer kebebasan yang luar biasa. Lebih mengejutkannya lagi, teman-teman saya semuanya yang berada di KKN memang luar biasa lawakannya. 😂 Saya benar-benar dibuat tertawa oleh mereka selama KKN, hal ini membentuk sebuah memori dan kegembiraan tersendiri. 😌


Menyempatkan untuk Berfoto pas Pulang Pengecekan Lokasi

Pengecekan Lokasi ke Tempat KKN

Pada akhirnya, hari pengecekan lokasipun tiba, saya berangkat dengan Endah serta teman-teman baru saya juga. Namun beberapa dari teman-teman tidak dapat mengikuti pengecekan lokasi KKN itu karena beberapa alasannya. Sebelum berangkat, saya menunggu Mumin, Endah, dan Yunifah di sekitar kampus. Setelah menunggu beberapa menit, satu per satu dari mereka datang sampai akhirnya kami langsung berangkat. Selain itu, Rian dan Rully menunggu kami karena rumah mereka ada di daerah Mangunreja dan Salawu. Sebenarnya, saya tidak terlalu ingin pergi ke sana, tetapi yang mendorong kuat saya untuk pergi ke sana adalah tempat ini benar-benar baru bagi saya. Jadi, saya memutuskan dengan matang untuk pergi ke sana. Luar biasanya, butuh waktu sekitar 3 jam untuk dapat sampai di sana. Parahnya, pada waktu itu, jalanan dari daerah Taraju sampai Bojonggambir kebanyakan masih jelek sehingga membuat sedikit jengkel juga. 😂 Namun, ada hal yang membuat saya terkagum-kagum karena ini pertama kalinya, saya masuk daerah perkebunan teh dan dimanjakan dengan bukit hijau yang seolah-olah saya ingin punya rumah di sana saja. Pada waktu itu, saya juga berpikir "gak nyesel ini mah, ini alam kayak di wallpaper bawaan laptop".


Singkatnya, saya dan teman-teman sudah sampai di sana pada waktu siang hari. Sebelum bertemu dengan Bapak Kepala Desa Mangkonjaya, kami di sana memutuskan untuk sholat dzuhur terlebih dahulu. Setelah selesai sholat, saya menyempatkan diri untuk makan siang terlebih dahulu di warung terdekat, menu makanan pada waktu, Karedok. Saya sedikit terkejut, ketika saya memesan Karedok, ternyata yang datang adalah makanan seperti Pecel/Gado-gado/Lotek/Ketoprak. Ternyata, pada saat itu, saya masih belum tahu perbedaan dari keempatnya sampai akhirnya saya googling sendiri dan makanan tersebut masih satu golongan, yakni memakai sambal kacang, tetapi berbeda bahan dan dari cara menyajikannya. Saya dan ibu yang punya warung tersebut mengobrol hal ini di warung sampai saya tertawa sendiri karena selama ini saya belum begitu tahu perbedaan makanan tersebut. 😆 Kemudian, setelah selesai makan, kami berlanjut pergi ke rumah Bapak Kades desa ini. Singkatnya, kami bertemu dan mengobrol hal-hal singkat berkenaan dengan cerita mahasiswa KKN terdahulu sebelum kami sampai ungkapan dan harapan dari Bapak Kades dengan adanya Mahasiswa KKN periode sekarang, yakni salah satunya yang paling penting adalah peningkatan dalam hal pertanian yang mana menjadi sumber mata pencaharian utama orang-orang di desa ini.


Setelah berlama-lama mengobrol dengan Bapak Kades, waktu semakin sore, saya dan teman-teman bergegas untuk segera pulang karena cuaca juga yang mulai terlihat akan turun hujan. Benar, ketika kami berada di tengah perjalanan, hujan turun deras dan kami tidak dapat memaksakan diri untuk melanjutkan perjalanan. Kemudian, kami menepi di sebuah warung. Selama menunggu hujan turun, kami mengobrol hal-hal spesifik tentang jurusan-jurusan kami. Selama berjam-jam sampai malam hampir tiba, saya dan teman-temanpun tidak dapat tinggal diam saja di sana, sehingga kami benar-benar berbasah-basahan. Ketika sedang dalam perjalanan, motor saya tiba-tiba mati mendadak karena bensin sudah habis karena saya lupa tidak mengisinya. 😂 Horornya, motor saya mogok di tengah-tengah kegelapan dikelilingi hutan. 😭 Untungnya, masih ada warung terdekat di sana, walaupun tadinya saya kehilangan harapan dan harus mendorong motor dengan jarak yang jauh dari keramaian. Namun, Rian, teman saya berusaha mencari dan ternyata mendapatkan bensin dari warung terdekat tadi. Kemudian, kami melanjutkan perjalanan lagi dan selanjutnya yang harus saya lakukan adalah membeli jas hujan karena hujan masih turun deras. Setelah beberapa kilometer, saya akhirnya menemukan mini market dan membeli jas plastik tipis untuk dipakai sementara waktu. Singkatnya, saya dan teman-teman saya sudah sampai di tempat tinggal masing-masing. Pengecekan lokasi KKN ini menjadi impresi pertama dan laporan bagaimana nanti keberangkatan bersama dengan teman-teman lainnya yang tidak mengikuti pengecekan lokasi.


Selama KKN 1 Bulan di Daerah Perkebunan Teh

Singkatnya, setelah persiapan segalanya, kami berkumpul di kontrakan teman kami untuk bersiap-siap berangkat. Beberapa orang ada yang menumpang di mobil yang sekaligus mengangkut barang bawaan KKN kami dan beberapa dari kami ada juga yang menggunakan sepeda motor. Seperti biasa, saya berangkat dengan teman saya, Endah. 😆 Kami berangkat di tengah hari. Perjalanan berangkat kami ke lokasi KKN benar-benar banyak tantangan lagi, kali ini saya dan Endah terjebak di sebuah Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) daerah Mangunreja. Kali ini, kami benar-benar harus menunggu berjam-jam sampai sore hari karena hujan yang deras dan tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan. Setelah beberapa jam kemudian, hujanpun sedikit reda dan bagaimanapun juga kami harus segera melanjutkan perjalanan lagi karena hari sudah semakin gelap. Pada akhirnya, kami sampai sekitar ba'da isya di tempat pada waktu itu. Tentunya, kami harus bersih-bersih dan segera mandi, terkejutnya, air di sini 2x lipat lebih dingin dibandingkan suhu air di kampung saya. 😂


Berteduh di Mushola yang ada di SPBU, Mangunreja


Selama satu bulan KKN ini, saya mendapatkan banyak hal. Mungkin di bagian refleksi saya akan deskripsikan lebih rinci apa saja yang dapat selama KKN ini. Di sini saya akan lebih menggambarkan apa saja yang saya lakukan selama KKN.


Salah Satu Dokumentasi Makan Malam pas KKN

1. Jadwal Memasak selama KKN

Selama KKN, tentunya kami semua mulai membagi-bagi tugas termasuk dalam hal memasak. Pada dasarnya, saya tidak ada pengalaman dan bahkan tidak terlalu tertarik dalam dunia masak-memasak. Namun, karena proyek KKN ini merupakan pengalaman sekali dan saya harus mencoba hal-hal baru dan memberanikan diri untuk menjadikan sebuah cerita yang menarik dalam hidup saya, pada akhirnya, saya mencoba memasak beberapa resep masakan dengan melihat dari aplikasi Cookpad. Di aplikasi tersebut saya melihat banyak resep masakan dari yang sederhana sampai yang sulit dicari bahannya. Awalnya, saya merasa ragu akan enak dan pas di lidah teman-teman saya, tetapi saya tetap memasaknya sampai kita semua menikmatinya bersama. Di sinilah, saya mulai berpikir dan tertarik dalam dunia memasak karena ternyata saya bisa melakukannya. Tentunya, bukan hanya saya saja yang memasak, melainkan saya melakukannya dengan teman-teman saya yang mempunyai jadwal dengan hari yang sama. Tantangan terbesar dalam hal memasak untuk saya pribadi, yaitu masalah warna karena saya buta warna parsial dan tidak dapat membedakan beberapa masakan yang sudah matang atau belumnya. Kerap kali teman-teman saya membantu ketika saya kesulitan apakah warna masakkan tersebut sudah kecoklatan atau belum. 😂


Foto Bareng Anak-anak di SDN 2 Bojonggambir

2. Mengajar di Sekolah

Saya berpikir dulu bahwa sebagai calon pendidik, setidaknya ini merupakan peluang bagus untuk saya menambah pengalaman, yakni mengajar di Desa ini dan mengamati bagaimana situasi desa ini dari segi pendidikannya. Singkatnya, saya dan teman-teman saya untuk pertama kalinya pergi untuk observasi ke SDN 2 Bojonggambir. Kami bertemu dengan guru-guru yang mengajar di sekolah ini dan mengobrol-ngobrol sedikit seputar sekolah ini. Ketika saya melihat fasilitas-fasilitas yang masih serba terbatas dan atmosfer lingkungan sekolah ini sungguh membawa saya ke masa lalu ketika saya duduk di Bangku SD. Pada waktu itu, SD tempat saya belajar tidak sebagus sekarang. Namun, semangat saya untuk belajar tetap berkobar. Sama halnya, dengan anak-anak di sekolah ini, mereka mempunyai semangat yang luar biasa untuk belajar di usia mereka yang masih anak-anak seperti ini. Tidak lama kemudian, setelah hari pertama observasi kunjungan ke sekolah ini, saya memutuskan sendiri untuk mengajar satu kali dalam seminggu selama satu bulan ini mengajar di SDN 2 Bojonggambir. Setiap malam sebelum mengajar besoknya, saya selalu menyiapkan terlebih dahulu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selain itu, saya menyempatkan untuk membeli beberapa makanan ringan sebagai hadiah untuk mereka setiap selesai pembelajaran. Di minggu terakhir, saya benar-benar sedih meninggalkan anak-anak saya. 😭 Salah satu dari guru di sekolah ini bahkan menawarkan kalau mau mengajar selamanya juga silahkan di sini. Mungkin suatu saat saya akan bertemu mereka kembali. Inilah yang saya sukai ketika menjadi seorang pendidik, mereka adalah anak-anak saya juga.


Menjadi Master of Ceremony (MC) dalam Kegiatan Lokakarya dengan Bunda Fani

3. Belajar Lebih Dekat dengan Masyarakat

Selanjutnya, di sini saya juga belajar untuk lebih dekat dengan masyarakat. Selama KKN ini, saya benar-benar menerapkan apa yang sudah saya pelajari dari kampus. Hasil dari gabung organisasi di kampus akan jauh lebih terasa manfaatnya ketika kita terjun untuk lebih dekat dengan masyarakat. Namun, di sini menjadi tantangan tersendiri untuk saya dengan lingkungan baru alias bukan di kampus lagi, melainkan dengan masyarakat asli di sebuah pedesaan. Mental saya benar-benar diuji. Misalnya, ketika saya ditunjuk untuk menjadi MC, sebenarnya saya di dalam hati tidak mau karena masih tidak begitu percaya diri untuk bersuara di depan masyarakat seperti ini. Satu hal yang mendorong saya pada waktu itu adalah mimpi saya. Yups, mimpi saya tersebut akan sangat memerlukan kemampuan ini. Jadi, saya benar-benar memaksa diri saya untuk melakukannya karena saya tidak ingin menjadi seorang pengecut dalam hidup dan mengubur impian saya tersebut. KKN benar-benar mengembangkan jiwa kepedulian saya terhadap orang lain, terutama pada anak-anak. Dari sudut pandang seorang calon pendidik pada waktu itu, saya mulai menganggap bahwa anak-anak inilah yang masih masih punya kesempatan besar untuk merubah keadaan sekitarnya menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang. Masih banyak aktivitas yang membawa saya untuk menjadi pribadi yang lebih humanis lagi. Misalnya kunjungan-kunjungan ke setiap dusun, bahkan saya menemukan ada rumah-rumah yang atmosfernya masih kental seperti kampung saya dulu. Keadaan rumah yang masih tradisional dan benar-benar di pelosok bawah kaki bukit. Aktivitas-aktivitas ngeliwet bersama warga dan juga kepala desa memperkaya pengalaman saya dan teman-teman saya selama di sana.


Bersenang-senang Sendiri di Kebun Teh

4. Healing Sendiri di Kebun Teh

Aktivitas selanjutnya, yaitu saya beberapa kali menyempatkan waktu untuk pergi sendiri ke tempat di mana tidak ada orang-orang di sekelilingnya, hanya ada saya dan alam. Saya memerlukan aktivitas seperti ini karena saya merasa energi saya selalu habis dipakai untuk berinteraksi dengan orang lain setiap waktu. Berinteraksi dengan alam dan merasakan setiap langkah saya dengan tanah menyadarkan bahwa saya merupakan bagian dari mereka, tetapi saya sudah diberikan privilege oleh Allah, yaitu akal dan jiwa. Ketika saya mereneung sendiri, saya merasa takjub dan bersyukur bisa melihat keindahan ciptaanNya. Di sisi lain, saya merasa karena secara otomatis membayangkan mereka yang tidak dapat melihat ciptaanNya karena disabilitas yang mereka miliki. Di sini pula, saya semakin percaya bahwa akan ada saatnya untuk mereka (penyandang disabilitas) dapat melihat keindahan ciptaannya di dunia (jika sembuh) atau di surgaNya nanti. Keuntungannya, mereka setidaknya satu langkah lebih baik karena terbebas dari sumber dosa besar yang disebabkan oleh mata. Kalau saya pikirkan kembali, semua hal yang terjadi pada kita selalu ada hikmah dan pelajaran-pelajarannya tersendiri. Kita yang memiliki pancaindra lengkap harus lebih hati-hati karena jiwa kita semakin terancam untuk menjadi kotor dan harus berusaha membersihkannya termasuk saya sendiri yang sudah dipercaya oleh Allah diberikan pancaindra. Pemberian Allah ini bisa menjadi suatu keuntungan atau malah sebaliknya menjadi boomerang bagi jiwa saya sendiri. Begitulah, ketika saya berada di tengah-tengah alam, saya memikirkan apakah makna kehidupan ini sebenarnya sehingga mendorong saya untuk mencarinya.


Itulah beberapa hal umum yang saya lakukan selama KKN, walaupun sebenarnya masih banyak yang dapat diceritakan. Berikutnya, saya akan membagikan pelajaran apa saja yang saya dapat sesudah KKN selesai.


Anggota KKN 27 Mangkonjaya, 2020 (Angkatan 2017) 💕

Merasakan Arti Kekeluargaan dan Kebersamaan

Pada awalnya, saya berpikir "pasti kaku sama mereka pas nanti KKN", tetapi pada faktanya, sungguh berbeda, entah kenapa saya sangat bersyukur dapat menjadi anggota KKN 27 Mangkonjaya ini. Kita dari latar belakang program studi yang berbeda-beda, tetapi dapat bersatu layaknya keluarga. Contoh hal kecilnya, ketika rumah kontrakan laki-laki semuanya masih tidur pada waktu subuh, beberapa perempuan membangunkan kami. 😂 Setelah bangun semuanya, kami berbagi tugas, ada yang pergi ke pasar membeli bahan-bahan yang kurang, ada yang memasak, ada yang sedang mandi terlebih dahulu, dan lainnya. Beberapa teman-teman ada yang sering keliling rumah warga dan tidak jarang mendapatkan makanan ringan ataupun berat. Selain itu, di siang hari kami sering berkumpul dan mengobrol sana-sini, kemudian membeli bakso ataupun mie ayam untuk dinikmati bersama. Tentunya, malam ketika rapat untuk agenda-agenda kegiatan besoknya selalu dibumbui dengan candaan yang ngakak sampai saya sendiri tertawa terbahak-bahak karena kelakuan mereka ya rabb. 😆Lucunya, setiap orang ada karakter khasnya mulai dari yang pendiam, serius, pelawak, pemimpin, pemikir, dan lainnya. Perpaduan karakter tersebut semakin membuat cerita KKN kami berwarna-warni. Saya hanya dapat berterima kasih kepada Allah telah mempertemukan saya dengan mereka. Mereka juga adalah orang-orang yang membuat perjalanan hidup saya tidak sesepi yang saya kira dulunya. Thank you so much for being around me and for everything Endah, Bunda Fani, Lastri, Desita, Teh Ully, Aip, Uca, A Ari, Miftah, Beckham, Restan, Zian, Rifki, Ranran, Ise, Ega, Uni, Rian, dan Mumin. 💕


Foto Bersama dengan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL)

Berhati-hati selama KKN itu Tetap Penting

Ini merupakan pelajaran paling penting yang mana memang kami masih lalai dalam hal ini. Singkatnya, kami mengalami kejadian pencurian pada hari-hari menjelang terakhir KKN. Kejadian ini memang di luar dugaan kami. Pada waktu itu, aksi pencurian tersebut diduga terjadi pada malam hari, ketika pagi hari, kami bangun seperti biasa dan beberapa barang-barang di kontrakan perempuan hilang. Tentunya kami sangat menyayangkan kejadian tersebut yang mana tadinya KKN ini hampir menjadi pengalaman yang full of fun, tetapi harus ditutup juga dengan rasa sedikit jengkel dan sedih. Ini merupakan pelajaran besar untuk kalian yang ingin melaksanakan KKN di suatu tempat, kita harus tetap hati-hati dengan barang kita. Menyimpan barang di tempat yang lebih aman adalah solusi terbaik untuk mengurangi risiko kasus pencurian seperti yang terjadi di tempat KKN kami ini. Namun, di balik itu semuanya yang terjadi pada kami tinggalah sebuah kenangan yang harus diterima dengan lapang dada. Pada dasarnya, di mana ada suka, pasti ada duka pula. Kedua hal tersebut tetap memberikan hal positif dan pembelajaran untuk kita semua.


Mengajar Anak-anak dengan Teh Zian

Membuka Diri untuk Orang Lain

Pelajaran paling berharga yang saya dapatkan terakhir, yaitu mata hati yang lebih terbuka lagi. Dari dulu, saya memang mempunyai prinsip bahwa saya harus berkontribusi untuk menjadikan dunia lebih baik dari apa yang saya bisa, tidak lebih dari itu. Namun, ketika KKN ada yang mengubah pola pikir saya semakin berkembang. Saya melihat fasilitas-fasilitas pendidikan yang masih terbatas di SDN 2 Bojonggambir tadi dan terlihat tidak terawat, tetapi anak-anak tetap semangat menimba ilmu. Hal itu membuat saya sakit hati sendiri sehingga saya berinisiatif akan membangun sebuah komunitas belajar suatu saat nanti di kampung saya sendiri. Setelah KKN, saya benar-benar lebih merasa bersyukur. Memiliki keinginan untuk belajar saja sudah merupakan hal yang luar biasa karena beberapa orang masih belum memiliki keinginan tersebut. Oleh karena itu, setelah beberapa bulan kemudian, saya mengajar di salah satu SMK di Tasikmalaya yang tempatnya lumayan sedikit jauh dari tempat tinggal saya. Oh iya, saya sudah tidak tinggal lagi di kosan pada waktu itu karena pandemi Covid-19 mulai tersebar di Indonesia sehingga saya pulang ke rumah dan aktivitas kuliahpun juga menjadi dalam jaringan (daring). Di sinilah saya mulai membuat komunitas belajar di kampung saya dan mengajar di SMK juga.


Berfoto di Lapangan Utama Desa Mangkonjaya

Ternyata Bisa Juga Ya, Kalau Mau Belajar

Pelajaran besar yang terakhir adalah saya menyadari bahwa ternyata saya dapat melakukan yang takutkan tersebut, ini semua hanya masalah keberanian untuk mencobanya. Segala sesuatu yang tergambarkan di kepala bahkan kadang lebih buruk daripada kenyataannya. Misalnya, dalam hal memasak tadi, saya sebenarnya meragukan diri saya sendiri, tetapi saya mencobanya dan ternyata saya dapat melakukannya. Selain itu, ini adalah perjalanan jauh untuk pertama kalinya saya mengemudikan kendaraan dari Kota Tasikmalaya ke salah satu daerah yang ada di Kabupaten Tasikmalaya dengan jarak sekitar 49 km dari kampus. Tentu saja, hal ini sangat menantang walaupun saya sudah terbiasa mengendarai motor. Mungkin untuk ke depannya saya akan pergi ke tempat yang lebih jauh dari itu. Intinya, saya selalu berkata kepada diri saya sendiri "kalau tidak melakukannya, ya gak akan berkembang". Dalam kasus terburuknya, saya pernah diminta untuk menjadi MC dan melakukan kesalahan dan tentunya saya merasa malu, tetapi itu juga menjadi koreksi untuk ke depannya supaya lebih baik lagi. Inti dari semuanya adalah saya lebih berpikir terbuka terhadap hal yang datang pada saya sendiri karena di sana kadang terdapat pembelajaran berharga juga. Berpikiran terbuka bukan berarti menerima segala informasi yang datang kepada saya, tetapi lebih ke keinginan untuk mempertimbangkan ide-ide yang baru dan berbeda berdasarkan pengertian dari Cambridge Dictionary.


Itulah serangkaian apa yang saya alami selama KKN. Mungkin untuk beberapa orang terkesan biasa saja. Di sini tujuan implisit saya, yaitu jika kita ingin melakukan suatu kegiatan, terutama KKN, kita harus benar-benar larut di dalamnya, yakni memaksimalkan dan memanfaatkan kesempatan yang sudah diberikan oleh Allah kepada kita. Kita tidak perlu membandingkan progres kita dengan orang lain, tetapi wajib bagi kita untuk membandingkan diri kita sekarang dengan diri kita yang dulu dan belajar memperbaikinya. Di bagian inilah kita akan merasakan sebuah kehidupan yang penuh dengan kesyukuran di masa depan karena apa yang sudah kita lakukan dulunya. So, selamat merangkai cerita KKN versimu sendiri ya. Saya yakin suatu saat kalian juga bakal merasakannya suka dukanya kegiatan yang satu ini. 😇

No comments:

Post a Comment

Pages