Perjuangan di Balik Gelar Sarjanaku


Setelah di artikel sebelumnya membahas pengalaman tentang KKN Desa Mangkonjaya, dari Suka sampai Dukanya, kurang enak rasanya jika saya tidak menceritakan pengalaman kuliah secara umumnya. Saya tahu bahwa beberapa di antara kita masih bingung tentang tujuan kuliah dan mengalami kesulitan untuk menjaga semangat selama perkuliahan, bahkan mungkin dijuluki sebagai "Kupu-kupu" karena hanya pulang-pergi ke kampus tanpa tujuan yang jelas. Namun sebenarnya, banyak sekali hal yang dapat kita lakukan selama kuliah, tergantung pada motivasi kita. Kali ini, saya ingin berbagi kisah tentang bagaimana saya tetap termotivasi dan semangat berkuliah meskipun saya mengalami situasi yang sangat sulit. Saya sadar bahwa memperkuat mental adalah kunci utama untuk berhasil dalam segala hal, termasuk di dunia perkuliahan. Walaupun saya harus menghadapi beberapa tantangan seperti kehilangan seseorang yang sangat saya sayangi, masalah kedisiplinan yang masih kurang, dan manajemen emosi yang buruk, saya tetap tidak menyerah dan berusaha memperbaiki keadaan tersebut agar bisa melanjutkan perkuliahan dengan semangat yang sama seperti sebelumnya. Bagi saya, melangkah maju dan menyelesaikan kegiatan perkuliahan adalah hal yang sangat penting dan saya berusaha untuk tetap termotivasi dan fokus untuk mencapai tujuan tersebut.


Mamake Foto Bersama Dua Teman Saya dari Perancis dan Almarhum Bapakke di Paling Kanan

Semester Awal, Bapakke Dipanggil oleh Allah

Dalam awal perkuliahan, semangat kita masih segar dan penuh dengan keinginan untuk mencoba hal-hal baru di kampus. Hal ini juga terjadi pada diri saya sendiri, dari mengikuti delegasi English Department Student Association (EDSA) 2017 hingga bernyanyi dengan penuh semangat tanpa memperdulikan rasa malu, yang terpenting mencoba. Saya merasa terdorong untuk memaksimalkan setiap peluang yang datang, karena saya tahu betapa sulitnya untuk masuk ke dalam dunia perkuliahan yang pernah menjadi impian saya selama masa gap year satu tahun sebelumnya. Saya merasa inilah saatnya untuk bersinar dan memanfaatkan segala kesempatan yang ada. Namun, ketika semangat saya sedang berkobar-kobar, tiba-tiba suatu pagi saya mendapat kabar dari ibu saya. Beliau memberitahu bahwa "Yad, bapakmu sedang sakit keras, jangan datang sendiri, pamanmu akan menjemputmu." Saya merespon dengan berkata, "Ya, Mah. Coba urut jempol kakinya, dulu juga biasanya agak mendingan kalau diurut jempol kakinya sama Adi."


Seketika itu, paman saya sudah tiba di kosan dan saya langsung pulang ke kampung halaman. Sesampainya di sana, hati saya berbisik, "Wah, kenapa banyak orang ya?" Walaupun sebenarnya, saya sudah mengira bahwa sedang ada acara pemakaman. Namun, ketika semua anggota keluarga menyambut saya dan berkata, "Sabarlah, Di. Ayahmu sudah tenang di sana." saya benar-benar lemas dan tak sanggup menahan rasa sakit hati yang mendalam. Saya belum bisa menerima kenyataan bahwa ayah saya sudah pergi, dan yang membuat saya paling tersiksa adalah belum bisa memberikan apa-apa kepadanya. Saat bertemu dengan ayah di malam terakhir, saya hanya bisa memberikan seratus ribu rupiah, dan minta maaf karena belum bisa memberikan lebih dari itu. Tapi, ayah berkata, "Yad, melihat Yadi berhasil saja sudah membuat bapak bahagia." Kata-kata ini memberi semangat baru pada saya untuk terus mengejar cita-cita kuliah. Lambat laun, saya mulai memahami bahwa segala sesuatu akan kembali kepada-Nya. Pada saat itu, yang paling penting bagi saya adalah bagaimana saya bisa merancang cerita hidup saya di dunia ini.


Mengobrol dengan Teman-teman Sebelum Masuk Kelas

Berjuang dengan Kedisiplinan Diri

Kedisiplinan adalah nilai penting yang harus dijunjung tinggi oleh seorang mahasiswa. Terlibat dalam berbagai kegiatan akademik dan non-akademik yang menuntut waktu dan perhatian, tentu bukan hal yang mudah. Namun, bagi saya yang belajar di program studi pendidikan, menjadi seorang pendidik yang baik dan menjadi contoh bagi peserta didik di masa depan adalah suatu tanggung jawab yang tidak dapat diabaikan.


Sayangnya, kebiasaan kurang disiplin saya telah terbentuk sejak sekolah menengah kejuruan (SMK). Saya sering datang terlambat ke sekolah dan hukuman di depan gerbang sudah seperti langganan bagi saya. Ketika saya memasuki dunia perkuliahan, kebiasaan ini menjadi cambuk berat yang memperumit perjalanan akademik saya. Sebagai contoh, saat Ulangan Tengah Semester (UTS), saya datang terlambat dengan alasan "hujan". Meskipun benar bahwa hujan sedang turun deras dan saya harus menunggu hingga reda, dosen saya menanyakan apakah saya sudah mencoba meminjam tempat tinggal di sekitar kampus, seperti kos atau tetangga, untuk menjaga kedisiplinan saya dalam mengikuti kebijakan akademik. Saya tidak bisa berkata apa-apa karena memang ada opsi untuk meminjam tempat tinggal tersebut. Apapun alasan yang saya miliki, kebijakan akademik tetaplah kebijakan akademik. Meskipun karakter setiap dosen berbeda-beda, saya memahami bahwa hikmah yang bisa saya ambil dari pengalaman ini adalah bahwa pengorbanan saya masih belum cukup.


Saat jadwal kuliah dengan dosen yang berbeda di sore hari, saya meminta untuk masuk karena terlambat. Namun, kali ini alasan saya tidak diterima dan saya tidak diperbolehkan masuk ke kelas. Ini adalah pengalaman yang menyakitkan, namun mengajarkan saya bahwa kedisiplinan bukan hanya penting untuk menjaga diri sendiri tetapi juga untuk menghormati waktu dan perjuangan orang lain. Saya menyadari bahwa menjadi mahasiswa bukanlah perkara mudah. Namun, dengan kedisiplinan yang kuat, saya yakin dapat melewati segala rintangan dan mencapai tujuan akademik saya. Sebagai seorang calon pendidik, saya berkomitmen untuk menjadi contoh yang baik bagi peserta didik saya dan mengajarkan nilai kedisiplinan yang penting dalam kehidupan mereka.


Saya merasakan begitu banyak rasa sedih dan bingung selama kuliah. Kadang-kadang, saya merenung dan bertanya pada diri sendiri, "Kenapa saya masih begini ya? Saya calon pendidik, harusnya saya lebih baik lagi sekarang." Namun, pada suatu hari, saya mulai merenung dan melakukan introspeksi. Saya menyadari bahwa saya telah berkembang sangat jauh dari masa lalu saya di bangku SMK, terutama dalam hal kedisiplinan. Kini, saya percaya bahwa segala sesuatu membutuhkan waktu, dan yang terpenting adalah tidak pernah berhenti berusaha. Bahkan ketika saya melakukan kesalahan, saya sekarang bisa menerimanya dengan lapang dada. Saya menyadari bahwa asalkan saya sudah berusaha dengan sebaik-baiknya, jika hasilnya tidak sesuai dengan ekspektasi, itu bukanlah masalah besar bagi saya. Yang terpenting adalah terus berusaha untuk menjadi lebih baik, karena setiap manusia pasti akan melakukan kesalahan di masa depan.


Menjadi MC Salah Satu Acara di Kampus

Permasalahan dalam Komunikasi

Mungkin di antara kalian pernah merasakan betapa kaku dan gugupnya saat harus mempresentasikan sesuatu dalam Bahasa Indonesia, terutama jika belum terbiasa. Saya sendiri pernah mengalami hal tersebut, di mana pada suatu waktu saya harus mempresentasikan sesuatu dalam mata kuliah Bahasa Indonesia dan kegugupan saya sangat terlihat oleh teman-teman saya.


Namun, saya tidak menyerah begitu saja. Di semester awal perkuliahan, saya merasa sedikit kaget dengan lingkungan baru dan kurangnya kemampuan komunikasi yang baik. Namun, saya tidak tinggal diam, saya mencari cara untuk meningkatkan kemampuan public speaking saya. Saya menonton video dari Dr. Matt McGarrity, seorang instruktur di Coursera yang mengajarkan cara-cara public speaking yang baik. Dari situ, saya belajar bahwa salah satu kunci utama untuk menjadi percaya diri di depan publik adalah dengan memperbanyak pengalaman.


Dari situlah saya menyadari bahwa jika saya tidak mencoba dan bertindak, maka saya tidak akan pernah bisa mengatasi ketakutan saya di depan publik. Saya mulai memanfaatkan setiap kesempatan untuk mempresentasikan sesuatu, mulai dari presentasi kecil di kelas hingga mengikuti perlombaan Mashudi Awards 2019 yang membawa saya ke tiga negara di Eropa. Dari situ, saya merasakan betapa pentingnya memiliki kemauan yang kuat dan tujuan yang jelas untuk mencapai apa yang kita inginkan.


Setelah mengalami beberapa persoalan di atas, selanjutnya saya akan menggambarkan apa yang saya lakukan selama kuliah, mulai dari bergabung dengan organisasi sampai bekerja paruh waktu untuk mencari uang tambahan. Mendengar hal tersebut memang terdengar melelahkan, tetapi mau apalagi, saya melakukannya karena saya sudah mempertimbangkannya dengan matang bahwa aktivitas tersebut akan sangat bermanfaat baik saat ini ataupun di masa depan. Jadi, bagaimanapun juga, saya wajib melakukannya, apalagi karena kuliah saya didanai oleh program pemerintah, yaitu Bidikmisi. Kuliah sudah gratis, tinggal semangat dan usaha keras saya. ✊


EDSA Periode 2018

EDSA Periode 2019

Gabung Organisasi

Seperti yang sudah jelaskan sebelumnya, saya masuk kuliah dengan gratis dan saya mulai berpikir bagaimana saya dapat memaksimalkan potensi yang saya miliki. Di postingan Hikmah Gap Year, Ngapain Aja? Saya sempat menjelaskan bahwa saya pernah mengambil salah satu MOOCs dari University of Sydney (UoS) tentang persiapan untuk masuk dunia perkuliahan, saya mengingat salah satu poin yang dikatakan oleh salah satu mahasiswa di UoS sana bahwa ketika berada dalam dunia perkuliahan, alangkah baiknya kita mencoba segala untuk memperkaya pengalaman kita baik yang berkaitan dengan kegiatan akademik ataupun non-akademik. Kemudian, saya mengikuti tiga organisasi sekaligus. Pada waktu itu, saya tidak berpikir panjang bahwa ketika mengikuti organisasi lebih dari satu, otomatis tingkat kegiatan juga semakin meningkat seperti salah satu contohnya, yaitu frekuensi kehadiran rapat yang lebih meningkat. Setelah saya mempertimbangkan kembali, saya akhirnya memilih untuk fokus di himpunan mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa Inggris yang mana nama organisasinya, yaitu English Department Student Association (EDSA). Saya dengan rela meninggalkan dua organisasi lainnya karena senyampang masih awal dan belum masuk pendidikan kilatnya.


Selama 2 tahun saya merasakan banyak sekali manfaat ketika bergabung dengan organisasi. Terutama, Saya merasakan arti kekeluargaan kedua di sini. Seperti yang kita ketahui, ketika dalam dunia perkuliahan, kita berpikir ingin dengan siapa kita berteman dan ingin dalam circle pertemanan seperti apa. Pada waktu itu, saya ingin berada dalam circle pertemanan yang mendorong saya menuju arah yang lebih positif. Alasan utamanya, kembali lagi, saya merupakan anak Bidikmisi, tidak boleh mengecewakan negara dan orang tua saya sendiri hanya karena pergaulan yang kurang baik. Saya tidak ingin sampai perkuliahan saya rusak karena pertemanan yang membawa saya ke arah negatif. Alhamduliah, selama saya kuliah dipertemukan dengan orang-orang yang tepat dan saya merasa mempunyai keluarga kedua di tengah tekanan dunia akademik. Thank you very much keluarga EDSA Periode 2018 dan Periode 2019. 💕😊 Saya belajar banyak hal dari kalian, kalian merupakan mentor-mentor terbaik untuk saya, tanpa kalian, saya tidak akan menjadi seseorang seperti saat ini. Kemampuan berorganisasi yang saya dapatkan dari kalian sangat bermanfaat dan sudah saya terapkan sampai sekarang di masyarakat. Bergabung dengan EDSA merupakan suatu anugerah, saya belajar bagaimana untuk menjadi seseorang yang lebih humanis, berani, percaya diri, kooperatif, dan banyak sekali nilai berharga lainnya. Saya tidak akan pernah melupakan tempat pertama perubahan besar saya ketika berada dalam dunia perkuliahan. 💕


Sukaraja English Teaching Project (SDN 1 Sukapura)

Sukaraja English Teaching Project (SMPN 1 Sukaraja)

Kuliah Sambil Kerja

Mendengar kata kuliah sambil kerja seolah-olah diri saya terdengar sebagai seseorang yang tidak fokus. Hal tersebut memang benar dan tidak dapat saya tolak. Namun, ada 2 hal yang mendorong saya untuk melakukan ini. Pertama, uang saku dari Bidikmisi belumlah cukup sejujurnya untuk memenuhi kebutuhan saya sehari-hari selama kuliah sehingga pada waktu itu, saya mencoba untuk mengajar privat beberapa kali dalam seminggu dan juga membantu dosen saya di kantornya. Lelah? ya, tetapi saya ingin mencoba membayar kosan dengan uang saya sendiri daripada menggantungkan diri ke orang tua saya terus. Sederhananya, dengan uang Bidikmisi yang hanya sekitar 700 ribu rupiah per bulan, itu hanya cukup untuk makan pagi, siang, dan malam. Dengan adanya uang tambahan, selain dapat membayar kosan, setidaknya saya juga bisa jajanan makanan enak lainnya seperti yang lainnya. 😁 Selanjutnya, alasan kedua, yaitu saya juga yakin bahwa pengalaman kerja ini akan menjadi modal besar untuk saya ke depannya karena lebih kontekstual dan seolah-seolah saya sedang berada dalam magang. Contohnya, dosen saya dulu mengadakan Sukaraja English Teaching Project. Di sinilah, saya pertama kali mengajar di dalam kelas yang mana kala itu saya benar-benar masih gugup berada di depan anak-anak. Namun, saya menikmati prosesnya hingga pada akhirnya, sampai sekarang, saya sudah mengajar di dua Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Intinya, saya sendiri mengatakan bahwa lelah itu sudah menjadi risiko dalam dunia ini. Jika saya meninggal besok, bulan depan, tahun depan, atau kapanpun itu, satu hal yang saya ingat di sini, saya meninggal dalam perjuangan yang positif karena Allah. 😇


Beberapa Kursus Spesialisasi yang Saya Selesaikan di Coursera

Mengasah Kemampuan Akademik

Dari beberapa hal mulai organisasi sampai pekerjaan-pekerjaan yang saya lakukan, saya tidak lupa juga dengan tugas utama, yaitu kuliah. Tentunya, dalam kegiatan akademik ini saya harus belajar dengan sungguh-sungguh. Suatu waktu, di salah satu mata kuliah, saya mendapatkan nilai C untuk pertama kalinya. Walaupun nilai C sudah terbilang cukup dan tidak perlu mengulang, tetapi ini cukup memukul saya. Mengapa? karena saya beranggapan bahwa saya harus lebih serius lagi dari itu dan saya pasti bisa. Alhasil, di tahun selanjutnya saya mulai mengambilnya lagi. Dari sini juga, saya sadar bahwa masih perlu usaha lebih agar performa akademik saya lebih meningkat, yakni sebelum semester selanjutnya tiba, saya mengambil beberapa kursus yang berkaitan dengan mata kuliah yang akan dipelajarinya nanti terlebih dahulu secara daring. Strategi ini sangat membantu saya karena ketika semester selanjutnya tiba, saya sudah memiliki pengetahuan awal yang cukup. Ini mengurangi tingkat kebingungan saya dalam hal pemahaman materi selama dosen menjelaskan di kelas. Jadi, saya hanya perlu mencatat beberapa hal saja yang baru untuk saya. Situs Massive Open Online Courses (MOOCs) yang pernah saya coba, yaitu Coursera, Edx, Future Learn, dan Udemy. Situs MOOCs tersebut merupakan situs belajar yang cukup populer. Dalam hal frekuensi, saya lebih banyak menggunakan Coursera untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan saya karena lebih banyak kursus yang berkaitan dengan mata kuliah saya dulu. Saya selalu ingat apa yang dikatakan oleh Tung Desem Waringin, seorang motivator dan pakar marketing, mengatakan bahwa berdasarkan pengalamannya, supaya memiliki performa akademik yang sangat baik di kelas, yaitu kita harus mempelajari mata kuliah tersebut jauh-jauh hari sebelum kita mempelajarinya.


Foto Pasca Lulus Sidang ke-3 dan Resmi S.Pd. 😇

Skripsian Akhirnya

Semester 6 tiba, ini merupakan titik awal saya menentukan penelitian apa yang akan saya garap ke depannya. Di mata kuliah Qualitative Research in English Language Teaching (ELT) ini, semua mahasiswa diharuskan untuk membuat sebuah proposal penelitian sebagai produk akhir dan proyek ini juga menjadi salah satu proyek yang akan menjadi penilaian dosen. Pada dasarnya, proyek ini masih termasuk mata kuliah dan dianggap sebagai latihan persiapan untuk menghadapi skripsi di semester 8 nanti. Namun, dosen saya mengatakan bahwa saya sebenarnya sudah dapat melanjutkan proposal tersebut ke skripsi nanti, jika saya sendiri memang tetap ingin fokus dengan topik penelitian ini. Pada akhirnya, saya memutuskan topik penelitian ini akan saya lanjutkan di semester akhir nanti untuk skripsi. Di semester 7 saya hanya difokuskan untuk melakukan sebuah Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP).


Singkatnya, setelah semester 7 berlalu, kemudian tidak terasa semester 8 di depan mata dan saya harus siap yang namanya skripsian. Pada waktu itu, saya mulai memilih calon pembimbing. Walaupun, pilihan ini bersifat menyesuaikan lagi karena keputusan juga kembali lagi ke keputusan yang ada di prodi. Setelah saya mendapatkan pembimbing 1 dan 2, seterusnya, saya diminta untuk menuliskan tentatif judul penelitian untuk kemudian ditinjau ulang oleh pembimbing saya. Setelah tentatif judul penelitian saya diterima oleh mereka, kemudian saya mulai menulis sebuah proposal. Di sini, sebenarnya saya merasa sedikit dipermudah karena sudah ada proposal yang saya sudah susun di semester 6. 😅 Alhamdulilah pada Bulan Mei 2021, saya sudah melaksanakan sidang proposal. Selanjutnya, semester 9 tiba. Ya, tentunya, saya sedikit sedih karena harus menambah semester, tetapi saya tetap yakin bahwa setiap orang berbeda lini masanya. Lebih lanjut, karena status Bidikmisi saya sudah tidak ada, saya harus membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT), tetapi alhamdulilah saya menerima penurunan UKT dan bahkan dapat dicicil. Saya dapat membayarnya dengan gaji yang saya dapat dari sekolah pada waktu itu. Melihat hal ini, saya benar-benar terdorong harus menyelesaikan di semester ini karena keadaan keuangan ini. Alhamdulilah di Bulan Desember, saya menyelesaikan sidang telaah komprehensif dan pada tanggal 11 Januari saya melakukan sidang akhir skripsi. Kemudian, secara resmi, saya mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.). 😇


Itulah beberapa hal yang saya lakukan selama berada dalam dunia perkuliahan secara singkatnya. Sebenarnya masih banyak sekali kegiatan akademik penting lainnya. Namun, kegiatan-kegiatan di atas merupakan aktivitas yang harus saya highlight dengan alasan mungkin aktivitas di atas lebih relate ke kita semua pada umumnya. Selanjutnya, saya akan merefleksikan apa saja pelajaran-pelajaran besar selama berada dalam dunia perkuliahan.


Singaparna (2021)

1. Tidak Semuanya Harus Manis Selalu

Pada waktu itu, saya selalu menginginkan yang baik-baik saja di dunia ini tanpa menyadari bahwa hadirnya permasalahan yang tidak begitu saya inginkan merupakan salah satu elemen yang menjadikan siapa diri saya sekarang. Di sini, saya belajar bahwa dunia tidaklah sesempurna surga. Rasa lelah dan sedih merupakan bumbu yang membuat rasa kehidupan menjadi lebih kuat. Lebih jelasnya, saya sadar bahwa tidak ada sesuatu yang abadi dan harus benar-benar dibanggakan di dunia ini. Toh, suatu saat saya juga akan meninggalkan dunia ini. Yang terpenting, saya tetap memaksimalkan dan berusaha untuk menyebarkan kebaikan. Perang, pembunuhan, korupsi, penculikan dan yang lainnya seakan menjadi alasan besar mengapa manusia harus ada di bumi ini. Bahkan, ketika saya sendiri di tempat nyaman, saya merenung dan selalu terlintas dalam pikiran "Alhamduliah, ya rabb terima kasih banyak, eh.. tapi gimana ya mereka yang tinggal di daerah peperangan?". 😞 Intinya, saya memandang secara positif bahwa Allah menempatkan mereka di tempat yang kurang beruntung tidak seperti saya karena sebenarnya, Allah sedang menguji saya seberapa peduli saya kepada mereka dan apa yang akan saya lakukan terhadap mereka. Begitu juga dengan kehilangan salah satu orang tua saya, hal ini sungguh mendorong saya untuk lebih berusaha lagi karena satu keinginan yang dititipkannya kepada saya, yaitu "Yadi, melihat Yadi berhasil juga, bapak sudah lebih dari bahagia". Entahlah, kata berhasil tersebut memang masih abstrak dan sampai saat ini saya berusaha untuk berhasil di dunia dan juga akhirat karena pesan dari almarhum bapakke saya tersebut salah satunya. Sederhananya, lahir ke dunia, harus siap dengan segala risikonya. 😊


Cidugaleun (2022)

2. Konsisten Berusaha untuk Hasil yang Maksimal

Kata 'konsisten' sungguh merupakan salah satu prinsip yang sudah saya terapkan sejak saya mengetahui tujuan hidup saya sebenarnya. Langkah-langkah kecil yang sedang saya lakukan memang tidak berpengaruh langsung terhadap kehidupan saya, tetapi saya percaya suatu saat saya akan menikmati hasilnya. Saya sungguh yakin bukan karena hanya menebak-nebak masa depan, tetapi saya pernah mengalami hal ini. Salah satu contohnya, yaitu di tahun 2016, suatu waktu saya harus berpisah dengan teman saya yang berasal dari Jerman di sebuah terminal bus. Saya berjanji kepada mereka bahwa kita akan bertemu lagi dan saya akan pergi berkunjung ke Jerman. Saya mengucapkannya dengan percaya diri karena saya sudah mempunyai dasar yang kuat, yaitu 'konsisten'. Selama saya berkomitmen dan konsisten mempunyai tujuan pasti, berapa jauhpun jarak suatu saat pasti akan sampai di tujuan tersebut. Atas izin Allah, di tahun 2019, saya mempunyai kesempatan untuk pergi ke 3 negara yang mana salah satunya adalah Jerman. Pada waktu itu, saya langsung menghubungi mereka bahwa saya sedang berada di Brussels, kemudian teman saya menawarkan saya untuk pergi ke Jerman. Alhasil, saya pergi berkunjung ke tempat tinggal mereka. Momen ini benar-benar saya catat dalam ingatan bahwa semuanya akan bisa terwujud selama terus konsisten berusaha. Ketika kami sudah bertemu, teman saya sempat berkata "Yadi, aku masih ingat dulu kamu ngomong pasti bakal ke Jerman suatu saat dan ternyata benar-benar terwujud". Lalu, saya hanya tersenyum lembut membalas apa yang dia katakan dan lanjut berbincang-bincang  di sepanjang jalan.


Mangkonjaya (2020)

3. Pentingnya untuk Selalu Merasa Bersyukur

Selama menjadi mahasiswa, ada beberapa momen yang membuat saya tidak nyaman dan merasa bahwa diri saya sendiri payah belum punya apa-apa. Perasaan tersebut muncul dikarenakan saya sering membandingkan diri saya dengan apa yang orang lain sudah raih. Sebelum saya menjelaskannya, saya ingin menceritakan bagaimana saya bisa melewati perasaan seperti ini. Pada waktu itu, saat sedang menyimak penjelasan dosen di kelas, Mrs. Melisa sempat menjelaskan bahwa kita tidak dapat membandingkan anak kita dengan yang lainnya. Misalnya, ikan dengan kemampuan berenangnya, domba dengan kemampuan berlarinya, dan monyet dengan kemampuan memanjatnya. Kita tidak dapat memaksakan kodrat alam atau bawaan ikan dan domba untuk menguasai kemampuan memanjat seperti monyet. Analogi sederhana inilah yang membuka mata hati bahwa saya harus bersyukur dengan modal dan kemampuan yang saya miliki sekarang. Selanjutnya, saya terapkan prinsip ini ketika saya sedang dalam penyelesaian skripsi, saya selalu berpikir "Ya sudahlah, toh setiap orang pasti ada linimasanya, yang penting tetap konsisten berusaha". Pada akhirnya, saya dapat lulus toh. Poin penting lagi, setelah lulus sebagian dari kita ada yang sudah langsung bekerja dan ada pula yang sedang mencari pekerjaan. Ya, ketika sudah lulus artinya kita harus siap dengan dunia karir atau masih ingin melanjutkan pendidikan lagi. Ralp Waldo Emerson dalam buku yang ditulis oleh Pak Kaswan pernah mengatakan bahwa "Apa yang ada di belakang kita dan apa yang ada di depan kita adalah hal kecil jika dibandingkan dengan apa yang ada di dalam diri kita". Intinya, Allah sudah memberikan kita sebuah modal yang sangat tak ternilai, yaitu akal pikiran. Modal inilah yang kita gunakan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan masa lalu yang kita lakukan. Indah bukan? inilah bagaimana cara kita semua bisa menjadi seseorang yang lebih kuat dari sebelumnya, yakni karena belajar dari pengalaman sebenarnya. 😇


Pangandaran (2018)

4. Terkadang Harus Rela Mengorbankan Salah Satu

Pernahkah kalian dihadapkan pada situasi di mana kalian harus memilih salah satu dari kedua hal? Begitu juga yang saya alami, memilih sesuatu bukanlah hal yang mudah, tentunya, saya harus siap dengan berbagai risiko yang sudah saya pilih. Contohnya, di saat teman-teman bersenang-senang dengan kumpulannya, di sisi lain, kita memikirkan tugas akademik yang tenggat waktunya besok. Berpikir jernih dalam memutuskan kedua pilihan ini memang terdengar mudah dengan kemungkinan jawaban seperti "ah kalem saja nanti juga beres malam", "tinggal dikerjakan bareng teman saja di sana, gampang kan?" atau "capek, perlu istirahat, tidur dulu ah". Pada dasarnya saya sudah mencoba ketiga hal tersebut, tetapi secara pribadi hal-hal tersebut kurang efektif yang mana saya tetap mengerjakan tugas tidak terlalu maksimal. Alhasil, saya harus rela menarik diri dari teman-teman untuk sementara waktu dan menarik diri dari enaknya tidur untuk fokus terlebih dahulu menyelesaikan tugas. Tentunya, ini kembali lagi ke setiap indvidu masing-masing karena cara belajar seseorang berbeda-beda. Contoh lainnya, yaitu meninggalnya bapakke. Lho, kok bisa? Jadi, di sini mungkin Allah memanggil bapakke supaya saya lebih tercambuk dan terdorong lagi untuk menjadi benar-benar berusaha keras. Saya mengamati sendiri usaha yang dilakukan sesudah bapakke dipanggil oleh Allah menjadikan saya seseorang yang lebih kuat, sabar, bermental kuat, dan lebih berani bermimpi untuk mewujudkan sebuah pesan keinginan darinya yang sempat terlontarkan kepada saya.


Itulah serangkaian pahit manisnya berkuliah yang saya jalani selama 4,5 tahun. Saya tidak lulus tepat waktu, tetapi saya bersyukur karena selama kuliah banyak sekali pelajaran-pelajaran yang membuka mata hati saya. Pelajaran-pelajaran tersebut berpengaruh terhadap karir yang sedang jalankan sekarang, termasuk konsistennya saya menulis di blog Caravel ini. 😊 Semuanya demi diri saya sendiri, demi mereka, demi kalian, demi orang tua saya, dan terutama demi Allah SWT. Terima kasih Universitas Siliwangi sudah memberikan pengalaman akademik dan non-akademik yang berharga. Saya yakin pendidikan di Tasikmalaya akan menjadi salah satu yang terbaik di Indonesia atau bahkan dunia suatu saat khususnya untuk Universitas Siliwangi. Salam Pendidikan! ✊

No comments:

Post a Comment

Pages