Mengasah Kemampuan Problem Solving dengan Mengenal 7 Jenis Masalah Ini


Halo sobat Caravel! Selamat datang kembali di postingan mimin Caravel yang akan membawa kalian jalan-jalan menjelajahi informasi-informasi dan tentunya bisa menambah wawasan sobat Caravel nantinya. Setelah di postingan sebelumnya, mimin membahas topik seru tentang problem solvingMemahami Pentingnya Kemampuan Problem Solving di Dunia Perkuliahan. Kita semua setuju bahwa kemampuan problem solving sangatlah penting, terutama di dunia perkuliahan. Setelah memahami pentingnya kemampuan ini di postingan sebelumnya, kini saatnya kita mempelajari 7 jenis masalah dan bagaimana melakukan pendekatan pada setiap kategori permasalahan tersebut. Oh iya, jangan lupa! Sebelum kita mulai, Mimin Caravel akan memberikan pembahasan singkat tentang konsep dasar problem solving. Yuk, kita mulai!



Konsep Dasar Problem Solving

Pada postingan sebelumnya, kita telah membahas tentang problem solving menurut para akademisi dari The University of Sydney. Namun, mari kita coba mendalami konsep ini lebih lanjut. Menurut Robertson (2001), sebuah masalah terbentuk dari tiga faktor, yaitu:


Robertson Parts of Problem Theory by Yadi Supriadi, Caravel Writer


Sekarang, mari kita aplikasikan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari dan bahasa Inggris. Yuk, kita lihat dua contoh sederhana di bawah ini!


Contoh dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Rosa and Rina ___ an article every single day. (simple present tense)

a. write

b. writes

c. wrote

d. written


Jika kita perhatikan dengan seksama, soal di atas meminta kita untuk mengisi bagian kosong dengan memilih satu jawaban yang telah disediakan sesuai dengan aturan tata bahasa dalam bagian simple present tense. Hal ini merujuk pada initial state atau keadaan awal dari sebuah permasalahan.


Setelah menyelesaikan bagian awal tersebut, kita kemudian memasuki bagian kedua yaitu solution path atau proses penyelesaiannya. Di sini, kita akan menerapkan aturan tata bahasa dari simple present tense. Dalam kasus ini, kita harus memperhatikan penggunaan kata ganti orang ketiga tunggal seperti "she" untuk "Rosa" dan "Rina". Selanjutnya, karena ada kata penghubung "and", maka "Rosa" dan "Rina" digunakan sebagai kata ganti orang ketiga jamak, yaitu "they" dalam Bahasa Inggris. Setelah mengetahui hal ini, kita bisa mulai membentuk kalimat dengan memilih kata kerja yang tepat sesuai dengan aturan tata bahasa. Sebagai contoh, jika "they" digunakan sebagai subjek, maka kita tidak perlu menggunakan akhiran "-s" atau "-es".


Terakhir, kita harus memahami goal atau tujuan dari permasalahan tersebut. Dari aturan tata bahasa yang telah dipelajari sebelumnya, kita bisa menemukan jawaban yang tepat. Ternyata, kata kerja "write" merupakan jawaban yang tepat karena kata tersebut merupakan kata kerja ke-1 dalam bahasa Inggris yang digunakan pada simple present tense dan tidak memerlukan akhiran "-s" atau "-es".


Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari

"Rani merupakan seorang mahasiswa yang mendapatkan bantuan pendidikan dari pemerintah dan mendapatkan uang saku per bulannya. Namun, uang saku tersebut hanya cukup untuk membeli makanan saja. Sementara itu, Rani juga memiliki tanggung jawab untuk membayar uang kosan sebesar Rp500.000,00 per bulan. Minggu depan, pada bulan yang baru, kontrak kerja Rani akan habis. Bagaimana cara Rani mendapatkan uang setidaknya Rp500.000 di akhir bulan depan nanti?"


Sebelum memberikan jawaban atas pertanyaan di atas, Robertson (2001) kembali menegaskan bahwa seringkali kita terjebak dalam masalah karena kita tidak memiliki tujuan yang jelas (goal) atau karena tidak tahu jalur solusinya (solution path). Seperti contoh masalah yang dihadapi oleh Rani dalam kehidupan sehari-hari, di mana ia tidak mengetahui solution path-nya untuk mendapatkan uang 500.000 di akhir bulan depan nanti.


Untuk menjawab pertanyaan Rani di atas, dia bisa mulai memikirkan berbagai opsi pekerjaan yang dapat dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti kesehatan, pengelolaan waktu, dan hal lainnya. Dengan begitu, ia dapat menemukan jalur solusi yang terbaik untuk menyelesaikan masalah keuangannya. Di sini kita juga mendapatkan sebuah pelajaran bahwa dalam setiap masalah selalu terdapat peluang untuk mencari solusi dan memperbaiki keadaan tersebut.



7 Kategori Masalah dan Strategi untuk Mengatasinya

Sekarang, kita memasukki bagian yang lebih mendalam tentang teori pemecahan masalah dari Robertson. Dalam bagian ini, kita akan mulai belajar mengenai 7 kategori masalah dan strategi untuk mengatasinya. Dengan memahami konsep ini, kita akan memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai jenis masalah dan menemukan cara terbaik untuk mengatasi setiap masalah dengan efektif.



1. Masalah dengan Kebutuhan Pengetahuan yang Sedikit (Knowledge-Lean Problem)

Jika beberapa di antara kita suka memainkan puzzle atau brain teasers, mungkin kita pernah mengalami jenis permasalahan yang pertama ini. Nah, permasalahan ini terjadi ketika kita kurang paham atau tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang suatu hal, tapi sebenarnya kita hanya butuh pengetahuan awal atau bahkan menggunakan metode heuristik untuk menyelesaikannya. Senada juga dengan apa yang dikatakan oleh Robertson (2001) bahwa permasalahan ini memerlukan pengetahuan awal yang tidak terlalu banyak atau mendalam. Contoh penggunaan metode heuristik ini bisa kita perhatikan contoh kasus berikut:


Pagi-pagi kita harus berangkat sekolah, tapi kita bingung harus sarapan apa. Ada satu cara yang bisa kita pakai, yaitu metode heuristik ini. Metode ini seperti petunjuk pintar di otak kita yang membantu kita membuat keputusan dengan cepat tanpa harus memikirkan semua opsi yang ada. Contohnya, kita bisa bilang "Oke, saya minum sereal saja karena lebih cepat". Dengan begitu, kita bisa memutuskan dengan cepat dan tidak perlu banyak mikir karena waktu kita sangat terbatas. Tapi, kita juga harus hati-hati karena keputusan yang dibuat terlalu cepat kadang bisa menghasilkan hasil yang buruk. Jadi, metode ini bisa digunakan jika situasinya sangat mendesak.


Yang menarik dari jenis permasalahan ini adalah bahwa solusinya sebenarnya sudah tersedia dalam masalah itu sendiri. Maka dari itu, metode heuristik sudah lebih dari cukup untuk menyelesaikan permasalahan ini. Perhatikan contoh berikut!


"Ibu Roni memiliki 4 anak. Rani adalah anak pertama, Rina adalah anak kedua, dan Rudi adalah anak ketiga. Siapakah anak ke-4?"


Seperti pada contoh soal brain teaser di atas, meskipun awalnya terlihat sulit, namun dengan menggunakan pengetahuan awal atau trik-trik khusus, kita bisa menemukan jawaban yang tepat. So, jangan takut dengan permasalahan semacam ini, karena kita bisa menguasainya dengan cepat dan mudah!



2. Masalah dengan Kebutuhan Pengetahuan yang Banyak (Knowledge-Rich Problem)

Nah, ada satu jenis masalah lagi yang membutuhkan pengetahuan mendalam agar dapat dipecahkan. Masalah ini biasanya muncul di pertanyaan esai, hipotesis penelitian, atau beberapa materi kompleks dalam matematika. Untuk bisa menyelesaikan masalah ini, kita harus punya kosakata khusus dalam bidang tertentu, rumus-rumus tertentu dalam matematika, teori-teori, dan konsep-konsep lainnya.


Masalah ini seringkali muncul di dunia perkuliahan. Dosen suka sekali memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan pengetahuan mendalam untuk bisa dijawab. Hal ini ditujukan untuk menguji seberapa dalam pengetahuan kita sebagai mahasiswa terhadap spesialisasi atau jurusan yang telah dipilih oleh kita ini. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh soal berikut:


"Berdasarkan teori proses pembentukan identitas yang dikemukakan oleh Gee, identitas terbagi menjadi empat jenis identitas, yaitu N-Identity, I-Identity, D-Identity, dan A-Identity. Diskusikan bagaimana keempat jenis identitas tersebut berkontribusi dalam pembentukan identitas seseorang dan berikan contoh masing-masing proses dalam kehidupan sehari-hari."


Dari contoh soal di atas, terdapat istilah-istilah seperti teori proses pembentukan identitas yang dikemukakan oleh Gee, serta istilah-istilah seperti N-Identity, I-Identity, D-Identity, dan A-Identity. Jika kita tidak familiar dengan istilah-istilah tersebut, maka kita tidak akan mampu menjawab pertanyaan yang diberikan, bahkan jika kita merasa cukup pintar. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk memiliki pengetahuan dasar tentang istilah-istilah dan teori identitas tersebut agar bisa memecahkan permasalahannya. Untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam, kita harus melakukan riset dan mempelajari lebih lanjut tentang topik tersebut.



3. Permasalahan yang sudah Terdefinisikan dengan Baik (Well-Defined Problem)

Jenis permasalahan yang selanjutnya adalah permasalahan yang terdefinisikan dengan baik. Ini berarti, permasalahan tersebut sudah memiliki langkah-langkah yang jelas (solution path) untuk menyelesaikannya dan tujuan akhir yang ingin dicapai (goal). Contoh dari jenis permasalahan ini adalah permasalahan tentang penggunaan simple present tense dalam bahasa Inggris, di mana kita hanya perlu menerapkan rumus yang sudah ada pada soal yang sudah diberikan sebelumnya di atas tadi.


Yang menarik dari jenis permasalahan ini adalah kita tidak perlu menghabiskan waktu yang lama untuk menganalisis dan mengevaluasi setiap detailnya. Sebaliknya, kita bisa langsung menuju solusi dan menyelesaikan permasalahan tersebut dengan cepat. Ketika jawabannya sudah ditemukan, semuanya akan menjadi jelas sekali.


Namun, meskipun jenis permasalahan ini terlihat mudah, tetap penting untuk memahami langkah-langkah yang ada dengan baik. Jika kita salah menerapkan rumus atau mengabaikan detail kecil, maka jawaban yang ditemukan mungkin tidak akurat. Oleh karena itu, ketelitian dan kejelian tetap diperlukan dalam menyelesaikan jenis permasalahan ini.



4. Masalah yang belum Terdefinisikan dengan Baik (Ill-Defined Problem)

Ketika kita berbicara tentang permasalahan yang terdefinisi dengan baik (well-defined problem), seperti contoh di atas sebelumnya, kita tahu persis apa yang harus dilakukan dan tujuannya apa. Namun, ada jenis permasalahan lain yang lebih rumit dan sulit. Permasalahan ini biasanya disebut sebagai permasalahan yang tidak terdefinisi dengan baik (ill-defined problem).


Permasalahan ini tidak memiliki jalur solusi (solution path) yang jelas dan seringkali memerlukan investigasi dan analisis yang lebih mendalam untuk menemukan jawaban yang tepat. Bahkan, jawaban (goal) yang ditemukan seringkali tidaklah pasti dan memerlukan interpretasi dan penjelasan lebih lanjut. Jenis permasalahan ini seringkali terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan contohnya adalah mengatasi perubahan iklim.


Untuk menyelesaikan permasalahan perubahan iklim ini, kita tidak dapat hanya memfokuskan pada satu area permasalahan saja, seperti penggunaan energi, justru kita harus mempertimbangkan banyak faktor lainnya yang terkait dengan permasalahan tersebut, seperti penggunaan sumber daya, kebijakan pemerintah, dan banyak lagi. Dengan mengambil pendekatan yang lebih kompleks, kita dapat mengembangkan solusi yang lebih akurat dan berkelanjutan untuk permasalahan yang tidak terdefinisi dengan baik.



5. Masalah yang Kaya secara Makna (Semantically-Rich Problem)

Dalam jenis permasalahan ini, kita bisa disebut sebagai seseorang yang mengalami semantically-rich problem jika kita telah memiliki pemahaman yang cukup mengenai subjek yang terlibat, sehingga dapat mengatasi permasalahan tersebut dengan lebih mudah. Contohnya, ketika kita menghadapi permasalahan matematika seperti menjumlahkan dua bilangan, maka kita tidak memerlukan waktu yang lama untuk memahami bahwa 1 + 1 = 2. Kita telah memiliki pemahaman yang cukup mengenai konsep bilangan dan operasi aritmatika sehingga mampu mengatasi permasalahan tersebut dengan mudah.


Salah satu contoh permasalahan yang kaya secara makna dalam matematika adalah seperti yang dijelaskan di atas, yaitu menjumlahkan dua bilangan. Ketika kita diberikan permasalahan seperti 134 + 120 = ..., maka kita sudah memiliki pemahaman mengenai arti dari angka-angka tersebut, operasi penjumlahan (+), dan bagaimana cara melakukan penjumlahan dengan benar. Oleh karena itu, kita dapat dengan mudah menyelesaikan permasalahan tersebut, bahkan tanpa menyadari bahwa kita sedang menghadapi permasalahan yang kaya secara makna ini.


Dalam situasi seperti ini, kemampuan untuk mengenali dan memecahkan permasalahan semantically-rich sangatlah penting, karena dapat membantu individu menghadapi masalah dalam bidangnya masing-masing.



6. Masalah yang Kurang secara Makna (Semantically-Lean Problem)

Berikutnya, jenis permasalahan ini merupakan kebalikan dengan poin yang sebelumnya, di mana kita belum akrab dengan topik tertentu dan belum pernah menghadapi permasalahan serupa sebelumnya. Sebagai contoh, anak yang belum belajar berhitung akan kesulitan memahami arti dari angka 1, 2, 3, dan tanda tambah. Oleh karena itu, perbedaan antara jenis permasalahan yang kaya secara makna (semantically-rich problem) dan jenis permasalahan yang kurang kaya secara makna (semantically-lean problem) sangat tergantung pada kemampuan individu dalam memecahkan masalah tersebut.



7. Masalah yang Berkaitan dengan Wawasan (Insight Problem)

Terakhir, terdapat jenis permasalahan yang membutuhkan pemahaman dan sudut pandang baru yang tidak pernah dilihat sebelumnya serta membutuhkan ide kreatif dan solusi yang tidak biasa. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Dow & Mayer (2004), di mana jenis permasalahan ini muncul dengan jalur solusi (solution path) tertentu dan terkadang tampak sudah jelas, namun membutuhkan solusi yang baru dan terkadang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Jenis permasalahan terakhir ini juga merupakan bagian dari enam kategori permasalahan yang sudah dijelaskan sebelumnya. Karena itulah, jenis permasalahan ini sulit untuk didefinisikan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Robertson (2001), ketika kita berhasil menemukan solusi tepat untuk mengatasi masalah ini, jawabannya tiba-tiba menjadi sangat jelas dan tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Salah satu contoh kasusnya dapat dilihat di bawah ini:


"Tumbuhan teratai air bertambah dua kali lipat setiap 24 jam. Pada awal musim panas, di sebuah danau terdapat satu teratai air. Dibutuhkan waktu 60 hari agar seluruh permukaan danau tertutupi oleh teratai air. Pada hari berapa setengah luas danau tertutupi oleh teratai air?"


Jika kita perhatikan soal di atas, kita mungkin akan mulai menghitung hari pertama hingga terakhir saat danau dipenuhi oleh tumbuhan teratai. Atau mungkin beberapa dari kita akan mencari tahu hari ketika setengah dari 60 hari sudah berlalu dan danau akan tertutupi setengahnya oleh tumbuhan teratai. Namun, jika kita memperhatikan lebih detail lagi, kita akan menyadari bahwa kita tidak memiliki informasi lebih lanjut tentang luas danaunya atau bahkan jumlah tumbuhan teratai yang dibutuhkan untuk menutupi setengah dari danau tersebut.


Untuk memecahkan masalah ini, kita perlu memperhatikan premis utama yaitu pada hari ke-60 danau akan tertutupi sepenuhnya oleh tumbuhan teratai. Sementara premis pertama menyatakan bahwa tumbuhan teratai akan bertambah dua kali lipat setiap harinya. Namun, kita tidak perlu fokus pada jumlah tumbuhan yang bertambah setiap hari, melainkan pada frasa "dua kali lipat". Dari sini, kita bisa menyimpulkan bahwa pada hari ke-59, tumbuhan teratai akan menutupi setengah dari danau itu, dan pada hari ke-60 akan menutupi seluruh danau karena jumlahnya akan menjadi "dua kali lipat" dari tumbuhan teratai yang ada pada hari ke-59. Dengan demikian, kita sudah mendapatkan jawabannya, yaitu pada hari ke-59 dari masalah tersebut tanpa harus mengetahui luas danau atau jumlah tumbuhan teratai yang dibutuhkan.


Sampai di sini dulu untuk artikel kali ini. Kategori permasalahan yang telah kita bahas di atas hanya merupakan sebuah teori, tetapi setidaknya ini akan sangat membantu ketika kita menghadapi beberapa masalah, terutama dalam dunia perkuliahan. Kita bisa mengidentifikasi jenis permasalahan yang sedang dihadapi dan mencari cara untuk mengatasi dengan lebih mudah. Semoga artikel ini memberikan manfaat bagi sobat Caravel semuanya dan jangan lupa untuk mengikuti postingan mimin selanjutnya, ya! 😊


Referensi


Dow, G. T., & Mayer, R. E. (2004). Teaching students to solve insight problems: Evidence for domain specificity in creativity training. Creativity Research Journal, 16(4), 389-398.


Dutcher, L. (n.d.). Academic Skills for University Success. Coursera. https://www.coursera.org/specializations/academic-skills.


Robertson, S. I. (2001). Problem Solving. Philadelphia, PA: Psychology Press.

No comments:

Post a Comment

Pages