Pengalaman dari A-Z Mengikuti Mashudi Awards 2019


Suatu waktu, seperti biasanya, saya menunggu jam kuliah selanjutnya dan duduk di kursi depan Gazebo. Kemudian, salah satu adik tingkat, namanya Alifa, dia memanggil saya dan kita mengobrol hal-hal seputar akademik sampai akhirnya dia menunjukkan pamflet bahwa sebentar lagi akan diadakan sebuah ajang penghargaan, yakni Mashudi Award 2019. Pada awalnya, saya tidak begitu tertarik, tetapi saya mempertimbangkan kembali bahwa di kompetisi ini, pemenang akan dikirim ke Belgia untuk magang selama 2 bulan. Hal ini tentunya mulai saya pertimbangkan karena saya membutuhkan pengalaman bagaimana internship di luar itu rasanya. Mulai dari sini, saya mulai mempersiapkan segalanya termasuk dokumen-dokumen yang diperlukan sampai akhirnya bisa menjadi juara pertama di Mashudi Awards 2019 ini. Lebih lanjut, di artikel ini saya akan membagikan apa yang saya lakukan untuk melewati tahap demi tahap kompetisi tersebut dan apa saja pelajaran-pelajaran berharga yang saya dapatkan dari momen-momen tersebut.



Daftar Partisipan yang Lulus Seleksi Administrasi (2019)
Sumber: @officialebac

Seleksi Administrasi

Di tahap ini, saya mempersiapkan segala perlengkapan dokumen yang diminta pada waktu itu, saya mengecek terus menerus kelengkapan dokumen sebelum dikumpulkan karena dikhawatirkan ada dokumen yang terlewat. Saya benar-benar tipe orang yang overthinking dalam hal seperti ini. 😅 Jujur saja, saya orangnya sedikit kurang teliti. Jadi, saya harus memastikan dengan teliti apakah semuanya sudah ada. Selanjutnya, saya mulai mengisi online form yang berisikan borang data pribadi dan yang paling penting adalah esai pribadi. Sebelum menulis esai, tentunya saya melakukan persiapan terlebih dahulu. Untuk lebih jelasnya, tips dalam penulisan esai pribadi sudah saya tulis di postingan sebelumnya, Aku dan Segenap Ikhtiarku: Perjuangan Melewati Seleksi Administrasi LPDP. Di salah satu poin dari postingan tersebut saya menjelaskan bagaimana dasar menulis esai pribadi saya dan metode ini sudah saya terapkan sebelum mengikuti LPDP 2022, yakni ketika mengikuti Mashudi Awards 2019.



Tes Bahasa Inggris Mashudi Awards (2019)
Sumber: @officialebac

Seleksi Tes Bahasa Inggris

Selanjutnya, yaitu tahap tes Bahasa Inggris. Pada waktu itu, saya benar-benar kurang percaya diri karena saya belum pernah sama sekali melakukan tes Bahasa Inggris lagi. Terakhir saya melakukan tes Bahasa Inggris seperti TOEFL prediction pada tahun 2014. Pada waktu itu, tes Bahasa Inggris yang diteskannya berupa kemampuan Menyimak dan Membaca. Lebih lanjut, jenis tesnya berupa International English Language Testing System (IELTS). Ketika saya mengerjakan tes ini, seperti biasanya, saya fokus pada kemampuan yang memang setidaknya percaya diri, yakni dalam bagian reading comprehension. Alasan saya lebih nyaman di bagian reading karena saya lebih leluasa dan dapat membaca kembali teks untuk memastikan jawaban yang dikira tersebut sudah tepat atau tidak. Namun, dalam hal listening, saya benar-benar berhati-hati sekali apalagi kebanyakan dari tes ini menggunakan aksen Bahasa Inggris yang kurang begitu jelas, yakni Bahasa Inggris British. Jujur saja, tahap ini adalah tahap yang paling menantang di antara semua tahap di kompetisi ini. Setelah tes selesai, pengumuman lulus atau tidaknya akan diberitahukan lewat email. Ternyata, Alhamdulilah, kerja keras saya terbayarkan juga, saya lulus melewati tahap tes yang paling sulit ini.


Focus Group Discussion
Sumber: @officialebac

Seleksi Focus Group Discussion (FGD)

Tahap selanjutnya yang tidak kalah menegangkan, yaitu Focus Group Discussion (FGD). Di sini tahap di mana saya dihadapkan pada suatu issue yang sudah diberikan sebelumnya, yakni dalam bidang pertanian, pendidikan, infrastruktur, malnutrisi, dan Antimicrobial Resistance (AMR). Tentunya, ini akan menjadi tantangan sendiri, yakni kemungkinan saya akan mendapatkan topik yang tidak berkaitan dengan pendidikan yang mana di luar bidang keahlian saya. Ternyata benar saja, grup saya mendapatkan topik diskusi dalam bidang pertanian. Singkat waktu, saya dan partisipan lainnya mulai membaca artikel yang diberikan oleh salah satu juri sebelum memulai diskusi dan diberi satu lembar kertas polos untuk mencatat hal-hal penting. Setelah beberapa menit kemudian, salah satu juri mempersilahkan peserta untuk memulai berdiskusi dan saya mencoba menyimak pembahasan yang mereka bahas masing-masing terlebih dahulu sampai akhirnya saya mulai berbicara. Pada waktu itu, dengan pertanyaan yang sudah diberikan (saya lupa lagi pertanyaannya), saya menggagaskan sebuah ide yang sederhana, yaitu mengapa tidak kita memanfaatkan beras terus untuk membuat produk-produk lokal dan bisa kita promosikan ke di ruang lingkup negara kita atau bahkan dikenalkan kepada orang-orang dari berbagai mancanegara. Setelah menunggu beberapa hari, peserta yang lulus sudah diumumkan di Instagram resmi EBAC dan alhamduliah saya lulus dan masih diberikan rezeki oleh Allah.

Tahap Interview
Sumber: @officialebac

Seleksi Wawancara

Setelah melewati berbagai tahap, saya semakin tidak percaya bahwa saya bisa sampai tahap ini. Di sinilah, saya mulai berharap lebih dan saya mulai berpikir "lakukan saja yang terbaik, siapa tahu rezeki". Beberapa kemudian, saya menerima email dari EBAC untuk memilih jadwal interviu sesuai dengan ketersediaan saya dan memilihnya di website Doodle. Saya masih ingat, semalam sebelum besoknya interviu, saya melakukan latihan sendiri dari YouTube dan melihat beberapa pertanyaan yang sering muncul dalam wawancara. Hari interviu pun tiba, saya datang sesuai dengan jadwal yang saya pilih saat itu. Ternyata, benar saja, ada salah satu pertanyaan yang muncul sesuai dengan apa yang saya tonton dari YouTube di malam sebelumnya, yakni pertanyaan tentang kekurangan diri saya apa. Saya dulu menjawab bahwa "kekurangan diri pada saya adalah masih kurangnya kepercayaan diri berbicara di depan umum, tetapi saya memperbaikinya dengan memanfaatkan kegiatan-kegiatan yang disediakan oleh kampus seperti gabung organisasi di mana saya diminta untuk menjadi MC di depan umum dan juga bergabung Sukarajapura Teaching Project mengajar anak-anak di sekolah. Pada awalnya, saya sangat tidak percaya diri, tetapi semakin ke sini saya semakin percaya diri dan ini adalah masalah jam terbang saja ternyata". Jawaban tersebut, merupakan salah satu jawaban dari beberapa pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan oleh interviewer-nya. Pada akhirnya, di tahap ini juga saya dapat lolos untuk maju ke tahap final, yaitu presentasi.


Babak Final - English with a Case
Sumber: @officialebac

English with a Case

Jujur saja, saya dapat berada di tahap ini pun tidak percaya dan saya hanya mengerahkan usaha saya sebaik mungkin. Lebih lanjut, saya tidak sedikit pun terpikirkan akan menjadi pemenang di kompetisi ini karena dari 10 finalis yang hadir di sini, mereka semuanya mempunyai advokasi yang luar biasa bagus. Singkatnya, saya sudah melakukan presentasi advokasi saya tentang Vision Buids Students' Mental Toughness atau Visi Membangun Kekuatan Mental Pelajar. Tentunya, para juri dosen dari UNSIL, Kepala UPT Bahasa, salah satu Konsultan PA CSR Jakarta lulusan dari Universitas Brawijaya, dan juri lulusan dari University of Edinburgh. Beberapa dari mereka melontarkan pertanyaan kepada saya berkenaan dengan apa yang sudah saya presentasikan. Saya masih ingat, pertanyaan pertama, yaitu "Yadi, how can you make sure that the students were motivated as each individual is different?" saya menjawabnya dengan menunjukkan 3 data yang saya sajikan di PowerPoint dan menunjukan bahwa si partisipan merasa termotivasi oleh masukkan-masukkan dari saya dan saya menyebutkan juga bahwa saya sebenarnya masih banyak mendapatkan surat-surat seperti ini dari adik tingkat saya. Semakin tidak percaya lagi dan dekat dengan kemenangan, saya masuk 5 besar dan di sini saya diberikan beberapa pertanyaan dan salah satu pertanyaan yang masih saya ingat dulu kurang lebih adalah "apa visimu dan bagaimana kamu berkontribusi dengan visimu itu?". Saya dulu menyebutkan bahwa saya ingin menjadi seorang dosen multilingual atau menjadi seorang pendidik lebih umumnya. Kontribusi yang sudah saya lakukan dari hal kecil misalnya adalah mengikuti EDSA Mengajar di Yayasan Al Kahfi.


Menjadi Juri di Final Stage of Mashudi Awards 2020/2021

Menjadi Juri Mashudi Awards 2020/2021

Di Mashudi Awards berikutnya, saya dipercaya untuk menjadi seorang juri di acara besar ini. Tentunya, saya harus mengamati dan menilai mana advokasi peserta yang memang merupakan suatu hal yang baru dan dapat memecahkan suatu permasalahan yang terjadi di sekitar. Di sini, saya dan juri-juri lainnya bukan melihat dari kompleksitas atau kesederhanaanya sebuah advokasi tersebut, tetapi lebih ke bagaimana advokasi tersebut disampaikan dengan struktur yang jelas dan terukur. Lebih lanjut, prinsip SMART (Specific, Measureable, Achieveable, Relevant, Time-bounded) benar-benar saya sendiri amati dalam hal ini. Saya menjadi juri dalam penilaian esai yang mana memeriksa bagaimana penggunaan tata bahasa esai tersebut dan kualitas konten esai tersebut tersebut. Di sini saya dan juri lainnya menilai menggunakan sistem blind assessment yang mana esai tersebut sudah dihilangkan identitas penulisnya terlebih dahulu sehingga dalam penilaian saya dan juri lainnya menjadi lebih objektif. Kemudian, di tahap final, saya menjadi juri juga dan ikut menilai presentasi dari setiap advokasi peserta Mashudi Awards 2020/2021. Di sini, bukan hanya metode SMART yang saya gunakan, tetapi lebih ke bagaimana keberlanjutan dari advokasi yang mereka presentasikan juga untuk ke depannya. Selanjutnya, saya bertanya kepada beberapa peserta berkenaan dengan advokasi mereka tentang hal-hal spesifik yang memang perlu saya dan juri lainnya ketahui dari advokasi yang mereka presentasikan. Hal ini saya lakukan untuk memastikan apakah mereka paham dan menguasai betul dengan advokasi yang mereka presentasikan kepada saya dan juri lainnya.


Dari penjelasan panjang di atas, mulai dari apa saja yang saya lakukan selama menjadi peserta Mashudi Awards 2019 sampai menjadi juri Mashudi Awards 2020/2021, ada beberapa hal yang perlu kalian perhatikan jika ingin mengikuti Mashudi Awards selanjutnya berdasarkan apa yang saya sudah alami.


1. Jelas dan Terukur

Pelajaran penting yang pertama yang saya dapatkan ketika mengikuti Mashudi Awards 2019 adalah jelas dan terukur. Ini maksudnya adalah kita harus menjadi seseorang yang visioner dengan misi-misi hidup yang jelas dan terukur. Ini semua adalah tentang bagaimana kita menyampaikan apa tujuan-tujuan kita ke depannya dan apa relevansinya dengan mengikuti kompetisi ini. Jika hanya karena semata-mata menginginkan penghargaannya saja, kita belum mengeluarkan kejujuran dan orisinalitas kita sebagai individu. Jika kita memiliki tujuan yang jelas dan terukur, mereka pun akan menilai bahwa kita layak dipilih karena memiliki tujuan-tujuan yang jelas dan didukung portofolio yang kita kumpulkan sebagai data pendukung bahwa kita memang kandidat yang terbaik. Saya yakin bahwa beberapa calon peserta Mashudi Award selanjutnya akan menjadi lebih baik lagi karena apa yang sudah mereka pelajari dari para awardee Mashudi sebelumnya. Hal ini tentunya semakin memperketat persaingan di kompetisi ini. Oleh karena itu, semakin matang kita mempersiapkan segalanya, semakin memperbesar peluang kita untuk memenangkan kompetisi ini. Satu poin lagi yang saya ingin sampaikan adalah ketika kita berniat mengikuti kompetisi ini, anggap saja kita sedang tidak dalam kompetisi dengan orang lain, melainkan kita sedang berkompetisi menantang diri kita, yakni berusaha menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri. 


2. Totalitas

Bersambung dengan poin yang di atas, masalah hasil sepenuhnya sudah keputusan yang di atas. Apakah kita rugi jika kita gagal mengikuti kompetisi ini? Tentunya tidak, jika kita merefleksikan dan mengevaluasi pasti ada banyak pelajaran yang dapat diambil dan disyukuri. Bahkan kita dapat mengikuti Mashudi di periode selanjutnya. Misalnya, awardee Mashudi Awards 2020/2021, saya mengamati individu tersebut pernah mengikuti Mashudi Awards 2019 dan berada di Top 10, tetapi dia belum berhasil menuju 5 besar. Di Mashudi Awards selanjutnya, dia benar-benar melakukan perubahan yang luar biasa yang mana dia mempresentasikan advokasinya dengan penyampaian baik mulai dari esai sampai babak final. Ini adalah bukti bahwa kesempatan itu masih ada, jika kita terus melakukan perbaikan dan memaksimalkan apa yang ada dalam diri kita. Kita tidak perlu meniru sepenuhnya orang lain, just be authentic karena kita juga harus membawakan sesuatu yang asli dari kita sendiri sebagai identitas diri. Contohnya, ada seseorang namanya, Vina. Siapa Vina itu? Bagaimana Vina ingin dikenal orang lain? Apa skills yang Vina punya sehingga orang lain mengetahuinya dan itu menjadi bagian dari identitas dia. Jadi, totalitas di sini bukan hanya tentang memaksimalkan dalam hal persiapan untuk melewati setiap tahap dari kompetisi tersebut, tetapi ini juga tentang mengamati apa potensi yang ada dalam diri kita dari apa yang sudah kita lakukan, yang sedang kita lakukan, dan apa yang akan kita lakukan.


3. Kemampuan Persuasive Speech

Mungkin beberapa dari kita sudah tidak asing lagi dengan kata public speaking. Ya, kemampuan ini memang benar-benar hal yang perlu kita kuasai yang mana komunikasi merupakan salah satu kemampuan penting di abad 21 ini. Saya sudah bagus nih public speaking-nya, pasti saya bisa melewati kompetisi ini dengan mudah, bukan? Jawabannya, belum tentu. Dalam public speaking ada salah satu jenis speech, yaitu persuasive speech. Ya, kemampuan yang diuji di kompetisi ini bukan hanya masalah menyajikan advokasi dan mempresentasikannya seperti sidang skripsi. Di sini, estetika ketika berbicara di depan umum akan menjadi poin penting untuk meyakinkan para juri bahwa advokasi kita benar-benar layak dan penting untuk dipertimbangkan. Salah satu hal kecil adalah kita dapat menggunakan quotes atau kata-kata mutiara atau kata-kata bijak di awal atau akhir presentasi. Hal ini memang terlihat sepele, tetapi akan menjadi pembuka atau penutup yang menarik. Hal apapun yang membuat penyampaian lebih menarik, tidak ada salahnya jika kita menerapkannya ketika presentasi. Banyak sekali referensi di internet tentang bagaimana cara membuat presentasi kita menjadi lebih menarik dan meyakinkan untuk audiens. Kalau diibaratkan, banyak sekali orang menggoreng telur dengan cara biasa (mata sapi). Nah, di sini kita dapat menyajikannya dengan cara yang berbeda mungkin dengan menambah bumbu-bumbu yang sedikit berbeda atau mengubah bentuk sehingga lebih menarik orang yang akan mengonsumsinya nanti.


4. Kalau Rezeki Tidak Akan Ke Mana

Poin terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah bersyukur. Tidak berhentinya saya memberikan poin refleksi ini karena bersyukur adalah salah satu kunci kebahagiaan. Saya sudah melalui banyak kegagalan dalam hidup mulai dari melamar beasiswa untuk masuk kuliah sampai program-program volunteer, pertukaran pelajar, dan lain-lain. Namun, yang saya rasakan, manisnya satu keberhasilan yang saya dapat. Rasa pahit yang sudah saya lalui menjadi hiasan cerita hidup saya yang mana membuat cerita ini menjadi lebih menarik, tidak monoton hanya penuh dengan kebahagiaan dan kita menjadi orang yang lebih bijak lagi. Oleh karena itu, poin penting kita mengikuti Mashudi Awards ini adalah bukan tentang memenangkan saja, tetapi kita harus memikirkan value apa yang ada di dalam diri kita yang bisa kita kontribusikan ke orang-orang setelah mengikuti kompetisi ini nanti. Berbicara tentang kemenangan, sebenarnya kita harus bangga apa yang sudah kita lakukan karena tidak semua orang tidak seserius ini seperti kita, yakni merealisasikan niat ke dalam tindakan. Oleh karena itu, menang atau tidak dalam kompetisi ini, sebenarnya kita sudah menang di dalam diri kita sendiri hanya saja memenangkan juara pertama dan memenangkan hadiah belum menjadi rezeki kita. Namun, jika kita benar-benar berusaha dengan mengerahkan seluruh tenaga dan totalitas yang luar biasa, Insha Allah rezeki tidak akan pernah tertukar. Saya sendiri pun tidak percaya dulu, tetapi yang saya percaya adalah saya serius mengikuti kompetisi ini dan melakukannya dengan usaha yang penuh, tidak setengah-setengah.


Itulah apa yang saya lakukan selama Mashudi Awards 2019 dan apa yang saya rasakan pula di setiap tahap dari kompetisi tersebut. Untuk kalian yang ingin mengikuti Mashudi Awards selanjutnya, bersiaplah dari sekarang dan ingat, ini adalah salah satu pintu kesempatan untuk kita lebih mengembangkan dan mengasah potensi diri lagi untuk ke depannya. Good luck and I am sure you will make it! Amiin.. 😇

4 comments:

Pages