Belum Berhenti, Masih Ada Tes Bahasa!


Senang, sudah pasti. Namun, tantangan belum berhenti di sana. Setelah di postingan sebelumnya saya menuliskan tentang Lulus Seleksi Substansi LPDP dan Berbagai Cerita di Baliknya, saya akan menceritakan tantangan selanjutnya, yakni daftar universitas untuk mendapatkan Letter of Acceptance (LoA). Banyak sekali yang harus saya persiapkan dan salah satunya adalah tes bahasa. Tentunya, ketika kita ingin melanjutkan studi ke luar negeri, kita memerlukan sebuah pembuktian bahwa kita memang sudah memenuhi standar kelancaran bahasa yang sudah diterapkan oleh universitas. Pada umumnya, kampus luar negeri memberikan persyaratan Bahasa Inggris dengan skor tertentu. Jujur saja, ini adalah salah satu tantangan terbesar untuk saya lewati karena bukan masalah ujiannya, tetapi uang yang saya habiskan untuk tes ini sekitar 3 juta rupiah. Hal ini menjadi tekanan tersendiri bagi saya karena saya kurang begitu percaya diri dan khawatir. Meskipun demikian, mau atau tidak mau, saya harus tetap melewatinya karena ini sudah menjadi salah satu syarat untuk mendaftar ke universitas impian saya. Ada beberapa poin penting yang saya ingin tuliskan, yaitu sebagai berikut:


Sertifikat Tes Bahasa Inggris yang Sudah Saya Dapatkan

Pilih Tes yang Nyaman untuk Kita Sendiri

Mungkin beberapa dari kita sudah tidak asing lagi dengan tes TOEFL atau IELTS. Ya, tes ini sudah populer di kalangan mereka yang ingin studi keluar negeri atau keperluan apapun itu. Ketika kita sudah melakukan tes tersebut, kita akan mendapatkan informasi berkenaan dengan skor Bahasa Inggris kita dari tes tersebut. Namun, selain itu, masih ada penyedia tes Bahasa Inggris resmi lainnya seperti Duolingo, CAE, PTE, dan tes lainnya. Berdasarkan pengalaman saya sendiri, saya pernah mengambil tes TOEFL ITP, Duolingo, dan PTE Academic. Tes TOEFL ITP harganya lebih murah, yakni sekitar 500 ribu rupiah pas waktu dulu saya. Kemudian, untuk mengikuti tes Bahasa Inggris daring Duolingo kita harus mengeluarkan biaya sekitar 750 ribu rupiah. Terakhir, baru-baru ini saya sudah mengikuti tes PTE Academic yang mana harganya seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya sekitar 3 juta rupiah. Tes PTE Academic ini sederajat dengan TOEFL iBT dan IELTS Academic yang biasa digunakan untuk daftar masuk universitas di luar negeri. Ketiga tes resmi tersebut tidak berbeda jauh dalam hal harga. Namun, dalam pelaksanaannya, setiap penyedia tes Bahasa Inggris memiliki sistem asesmennya masing-masing. Nah, di sinilah saya mulai mengecek bagaimana mekanisme pengerjaannya masing-masing tes dan ternyata, saya lebih nyaman dengan tes PTE Academic untuk daftar masuk universitas ini. Lebih lanjut, saya jelaskan setiap tesnya di bawah ini.


  • Tes Duolingo

Tes Duolingo ini kalau menurut saya adalah tes paling mudah dalam hal pengerjaannya. Menariknya lagi, hasil tes dari Duolingo ini dapat digunakan untuk daftar masuk di beberapa universitas terutama di USA dan UK. Dengan bermodalkan 750 ribu rupiah, tentunya ini akan lebih menghemat pengeluaran biaya kita karena tidak perlu mengikuti lagi tes Bahasa Inggris resmi lainnya yang berkisar 3 jutaan. Sayangnya, tes ini masih belum digunakan kebanyakan universitas di dunia. Jadi, kalau tujuan studi kalian ke UK atau USA, coba kalian lihat terlebih dahulu di situs resminya apakah kita dapat menggunakan sertifikat Duolingo atau tidak. Hal yang paling menantang ketika mengerjakan tes ini, yaitu ketika kita mengerjakan tesnya, kita harus benar-benar fokus dan tidak boleh sedikit pun melirik ke atas, kanan, kiri, atau bawah. Dulu, ketika saya mengerjakan, saya gagal 2 kali tes karena sempat melihat melakukan hal tersebut. Setelah ada peringatan ke-3, pihak Duolingo menginformasikan bahwa ini kesempatan terakhir untuk mengerjakan tes ini. Jika saya masih melakukan hal tersebut, maka kesempatan tes sudah dianggap sudah habis. Ini artinya saya membuang uang 750 ribu rupiah dengan percuma. 😪 Di tes terakhir ini, saya benar-benar fokus dan membaca semua instruksi. Alhasil, tes yang ketiga ini valid dan sertifikat pun sudah dapat dicek di situs resmi Duolingonya. Oh iya, bagi kalian yang beranggapan tes ini terkesan remeh karena mungkin pengetahuan awal kalian yang berkata bahwa Duolingo itu semacam permainan di Playstore dan logonya pun terkesan cute. 😆 Namun, hasil dari tes resmi ini sudah bisa digunakan untuk melamar beasiswa LPDP kategori prasejahtera dan bahkan untuk melamar beasiswa Fullbright.


  • Tes TOEFL

Selanjutnya, tes yang populer digunakan oleh mereka yang ingin studi ke luar negeri, yaitu tes TOEFL. Secara umum, jenis tes TOEFL ini ada dua jenis, yaitu TOEFL ITP dan TOEFL iBT. Walaupun sebenarnya ada tes TOEFL untuk anak-anak 8 tahun ke atas dan 11 tahun ke atas, yaitu tes TOEFL Primary dan TOEFL Junior. Namun, di sini saya akan fokus membahas tes untuk keperluan studi ke luar negeri saja. Pertama, tes TOEFL ITP yang mana bisa kita gunakan untuk melamar beasiswa LPDP kategori prasejahtera dan beasiswa Fullbright juga seperti halnya tes Duolingo. Lebih lanjut, tes ini lebih mudah dibandingkan tes TOEFL aslinya kalau menurut saya. Di tes ini, yang akan kita kerjakan hanya ada 3 sesi, yaitu listening comprehension, structure and written expression, dan reading comprehension. Skor aman untuk melamar beasiswa biasanya 400 ke atas untuk tujuan dalam negeri dan 500 ke atas untuk tujuan luar negeri. Selain itu, untuk program doktor bahkan menuntut harus di atas 550. Berbeda halnya dengan tes TOEFL iBT, tes ini merupakan tes resmi dan berstandar internasional yang mana hasil tesnya bisa digunakan untuk melamar beasiswa sekaligus daftar masuk universitas. Di tes ini, bagian structure and written expression tidak ada, melainkan di tes ini ada 4 sesi, yakni listening, reading, speaking, dan writing. Kalau kalian sangat nyaman dengan Bahasa Inggris aksen Amerika, kalian bisa mempertimbangkan tes ini untuk diambil karena tes TOEFL ini benar-benar full dengan Bahasa Inggris aksen Amerika.


  • Tes IELTS

Kebanyakan dari mereka yang ingin melanjutkan studinya ke luar negeri, tes ini menjadi pilihan yang paling populer. Tes ini sebenarnya bukan hanya melibatkan aksen Bahasa Inggris British, tetapi ada juga beberapa aksen lain. Selain itu, pada sesi speaking, peserta tes akan dihadapkan dengan penguji asli, orang, tidak seperti TOEFL yang mana dalam hal speaking, kita berbicara dengan komputer. Untuk beberapa dari kalian yang nyaman dengan aksen British, tes IELTS ini bisa menjadi bahan pertimbangan untuk diambil. Tes IELTS ini sendiri terbagi menjadi 4, yakni IELTS General, IELTS Academic, IELTS Life Skills, dan IELTS UKVI. Namun, di sini kita hanya fokus ke IELTS Academic saja yang mana jenis IELTS yang kita gunakan nanti untuk keperluan melanjutkan studi ke negara lain. Skor standar yang biasanya ditetapkan universitas pada umumnya, yaitu 6,5 dari range skor 0 - 9. Saya sendiri belum pernah mengambil tes ini dikarenakan saya sudah pernah mengikuti jenis tes ini dan mengikuti beberapa kelas IELTS di kampus. Dari pengalaman saya sendiri, TOEFL lebih nyaman. Tentunya, jika kita memutuskan untuk mengambil tes Bahasa Inggris yang mana untuk dipilih, cara terbaik adalah bereksperimen terlebih dahulu mengikuti mock test masing-masing jenis tes. Setelah itu, kita dapat mempertimbangkannya sendiri tes mana yang akan kita ambil. Sederhananya, IELTS ini lebih mudah ditemukan bahkan ketika kita lulus LPDP kategori prasejahtera pun kita akan diberikan untuk mengikuti pengayaan bahasa dan biasanya yang dilatih di sana, yaitu tes IELTS Academic ini.


  • Tes PTE

Terakhir, ada juga tes yang memang masih kurang populer, tetapi tidak ada salahnya kita coba juga. Pada faktanya, saya sendiri memilih tes ini untuk keperluan mendaftar universitas ke luar negeri. Berdasarkan pengalaman saya sendiri, tes ini juga melibatkan 4 kemampuan utama berbahasa, yaitu writing, speaking, reading, dan listening. Sistem asesmen di tes ini cukup fair yang mana di dalam sesi listening ada beberapa tes yang mana poinnya akan berkontribusi ke nilai writing kita. Saya memiliki strategi tersendiri untuk melewati tes ini. Ketika kita berhadapan dengan tes yang dinilai oleh komputer, ini artinya kita harus sadar bahwa ini semua adalah tentang algoritma. Penilaian komputer dan manusia akan berbeda. Masing-masing dari penilaian tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan. Penilaian komputer lebih kaku sehingga kita harus lebih sadar terhadap strategi yang akan kita gunakan. Sementara itu, jika kita dinilai oleh manusia, pasti akan ada juga emosi yang terlibat di sana. Maksudnya, kita bahkan dapat menghafal template esai untuk nanti diterapkan ketika mengerjakan tes PTE ini karena dinilai oleh komputer menggunakan sistem algoritma. Misalnya, jika kita menggunakan kata "it" di awal kalimat, komputer akan mendeteksi bahwa kata tersebut tidak memiliki referensi dan ini akan mengurangi nilai kita. Lebih lanjut, tes ini terbagi ke dalam tiga bagian, yakni PTE Academic Home, PTE UKVI, dan PTE Academic. Tes yang saya pilih adalah PTE Academic untuk keperluan studi saya. Sebenarnya, PTE Academic Home juga dapat kita pilih, hanya saja beberapa universitas masih belum menerima hasil tes PTE yang tesnya daring. Untuk lokasi tesnya, tes PTE ini ada di IALF, Gading Serpong, Tangerang.


Tips Persiapan Tes Bahasa

Pastinya, beberapa dari kita ada yang masih berpikir "aduh, bisa gak ya aku?!", "ah, bahasa Inggrisku masih gini-gini aja" atau "nanti aja lah kalau udah lebih siap". Saya sendiri pernah mengalami hal tersebut juga, tetapi apakah mengeluh akan memperbaiki keadaan? tentu saja tidak, di sinilah saya mempersiapkan segalanya dari jauh-jauh hari. Satu hal yang perlu kita ketahui adalah ketika kita menantikan momen yang pas, pada akhirnya kita akan berada di ujung deadline ini bukanlah hal yang baik. Nah, berikut beberapa hal yang bisa kalian persiapkan sebelum mengambil tes Bahasa Inggris resmi:


  • Perhatikan Mekanisme Pengerjaan Soalnya

Hal ini memang terlihat sepele, tetapi saya pikir ini akan mempengaruhi performa kita selama tes. Seperti yang saya sudah jelaskan sebelumnya, tidak ada salahnya jika kita mencoba simulasi setiap jenis tes, yakni TOEFL, PTE atau IELTS. Setelah mengerjakannya, kalian dapat menentukan tes mana yang menurut kalian lebih nyaman. Dulu, saya sempat mencoba semuanya dan pada akhirnya memilih PTE Academic karena sistem penilaian yang terintegrasi yang mana artinya nilai writing bisa didapatkan di bagian listening dan begitu pula sebaliknya. Lebih lanjut, alasan saya memilih tes ini karena hasil tes ini dinilai oleh komputer yang mana saya hanya perlu menghafal template esai dan beberapa template lain untuk bagian speaking. Selain itu, di bagian reading saya hanya menghafal strategi-strateginya saja. Hal lainnya yang menarik adalah dalam hal aksen. Di tes PTE ini, penggunaan aksen lebih variatif mulai dari British, American, sampai ke non penutur asli. Jika kalian penasaran bagaimana tes ini, kalian bisa mencoba mengerjakan simulasi tes ini di YouTube. Saya sendiri mengikuti latihan-latihan soal dan strategi PTE ini di YouTube. Ada 2 kanal rekomendasi untuk kalian yang ingin berlatih PTE, yaitu E2 PTE Academic dan Milestone Study.


  • Tes Bahasa Sebenarnya Masalah Strategi

Beberapa dari kita mungkin ada yang pernah berpikir begini "Bahasa Inggrisku, kayaknya udah nyaman dan enak buat komunikasi sama orang lain, tapi kok rasanya gak pede aja ya kalo mau ikutan tes, takut nilainya jelek". Ternyata, itu memang benar, Bahasa Inggris kita bagus pun tidak menjamin bahwa kita akan mendapatkan nilai yang besar di tes Bahasa Inggris ini karena di sini yang dinilai banyak sekali dari cara kita menulis apakah sudah kohesif dan koheren. Selain itu, penggunaan tata bahasa dan pemilihan leksikal yang tepat juga mempengaruhi nilai. Contoh sederhananya, yaitu kita sebagai penutur asli Bahasa Indonesia, apakah kita menjamin bahwa kita akan mendapatkan skor tes yang besar pada saat mengerjakan tes Bahasa Indonesia? Pada faktanya, orang asing yang mempelajari Bahasa Indonesia dengan cermat akan justru lebih baik dalam penggunaan Bahasa Indonesia mereka. Itulah alasannya ada program studi yang berkaitan dengan Bahasa Indonesia karena ternyata bahasa itu jika dikaji lebih dalam lagi sangat kaya dan masih banyak hal yang perlu kita pelajari. Begitu juga dengan penutur asli Bahasa Inggris, mereka juga terkadang berbuat kesalahan seperti "He didn't do nothing". Di sini, mereka menggunakan double negative yang mana jika penutur asli tersebut gunakan dalam esai, itu akan mengurangi nilai juga. Jadi, semuanya adalah masalah strategi. Ketika saya berlatih PTE dari kanal Milestone, pelatihnya memberikan strategi yang benar-benar sederhana dan bahkan saya ragu strategi tersebut akan berhasil. Ternyata, ketika saya menerapkan strategi tersebut, akhirnya saya bisa lulus tes Bahasa Inggris ini. Strategi yang diberikan di kanal YouTube Milestone memang dapat dipahami baik oleh saya sekarang karena hasil tes benar-benar dinilai oleh sistem komputer.


  • Sering Berlatih (Mock Test)

Tips terakhir yang tidak kalah pentingnya, yaitu sesering mungkin berlatih. Sebenarnya, tujuan utama mengerjakan mock test seperti ini supaya kita terbiasa dan tidak syok lagi ketika nanti tes dengan format soalnya. Ada 2 cara untuk kalian untuk mengikuti mock test ini, yaitu melalui YouTube dan melalui kursus intensif IELTS/TOEFL/PTE. Di kampus, biasanya UPT Bahasa mengadakan program tes Bahasa Inggris gratis. Nah, kita dapat mencoba daftar dan membanding skor pertama kali tes sampai skor terakhir kali kita mengikuti tes. Lebih lanjut, di kampus ada beberapa pelatihan IELTS atau TOEFL. Ini menjadi kesempatan bagi kita untuk belajar langsung TOEFL/IELTS dari ahlinya. Untuk PTE, karena tes ini masih kurang begitu populer, kampus pun masih jarang mengadakan pelatihan ini. Berbeda dengan berlatih di YouTube, di sini kita berkomunikasi langsung dengan instrukturnya dan mendapatkan feedback-nya dari mereka. Sebenarnya, kita juga dapat mengikuti pelatihan di luar kampus, tetapi kebanyakan kita harus mengeluarkan biaya yang lumayan mahal terutama jika instruktur tersebut seorang penutur asli dan pernah mengikuti tes bahasa tersebut dengan nilai yang memuaskan. Bagi kita yang minim biaya, memanfaatkan yang ada juga sudah cukup. Apalagi dengan adanya kanal pelatihan strategi dan mock test bahasa tersebar gratis di YouTube, itu sudah lebih dari cukup.


Satu hal lagi, biasanya jika beberapa dari kita ada yang lolos beasiswa prasejahtera LPDP, kita nanti mempunyai kesempatan untuk mengikuti pengayaan bahasa dan ini kesempatan yang bagus untuk kita yang belum begitu yakin dengan hanya belajar mandiri. Saya sendiri dulu tidak mengikuti tes tersebut karena alasan pekerjaan-pekerjaan yang tidak dapat saya tinggalkan, yakni mengajar di sekolah dan membantu dosen saya. Jadi, saya memilih untuk belajar secara mandiri saja dengan mengeluarkan biaya sendiri. Biasanya, nanti setelah pengayaan bahasa, kita mendapatkan kesempatan untuk mengikuti tes IELTS Academic secara gratis. Sayangnya, untuk PTE belum ada juga dan ini juga menambah alasan saya untuk tidak mengikuti pengayaan bahasa ini. Tentunya, setiap bulan kita akan diberikan uang saku jika mengikuti pengayaan bahasa ini karena kita harus datang ke kota di mana pengayaan bahasa tersebut diselenggarakan. Inilah yang harus dipertimbangkan juga buat kalian yang ingin mengikuti pengayaan bahasa dari LPDP. Intinya, semuanya tergantung individu masing-masing karena setiap orang tentunya mempunyai pertimbangan yang berbeda-beda. Jika situasi mendukung untuk mengikuti pengayaan bahasa, ambilah. Jika kurang begitu mendukung, tidak masalah jika tidak mengambilnya juga.


Persiapan Keberangkatan ke Lokasi Tes

  • Sebelum Berangkat

Hal yang harus kita perhatikan pertama adalah menentukan jadwal tes. Berdasarkan pengalaman, saya menargetkan untuk mengikuti PTE paling lambat bulan November karena di bulan Desember pendaftaran salah satu universitas di Finlandia mulai dibuka. Akhirnya, saya booking tes PTE ini pada tanggal 12 November, yakni hari Sabtu. Biasanya waktu yang tersedia untuk pelaksanaan tes ini antara hari Rabu dan Sabtu. Jadwal pun berbeda, ada yang pukul 09.00 - 11.15, ada juga yang pukul 13.00 - 15.15. Untuk lebih jelasnya kalian dapat mengecek di situs resmi IALF [klik di sini]. Kemudian, jika kalian ingin langsung mengunjungi situs resmi PTE, kalian bisa [klik di sini]. Dalam hal pembayaran untuk tes ini, saya dulu menggunakan Visa Checkout. Setelah menyelesaikan pembayaram, kita akan mendapatkan informasi berkenaan dengan lokasi pelaksanaan tesnya. Untuk pelaksanaan tes PTE sendiri, kita dapat pergi ke Gading Serpong, Tangerang di gedung IALF language training service.


Kantung Mata yang Sudah Tidak Tertolong 😏


Setelah semuanya selesai, saya tinggal menunggu tanggal 11 untuk pergi ke Tangerang. Singkat cerita, tanggal 11 sudah tiba. Saya pergi diantar oleh paman saya menuju Tangerang naik bus. Kami menghabiskan waktu dari Tasikmalaya ke Tangerang sekitar 12 jam dengan bus. Walaupun ini perjalanan yang melelahkan sekali, tetapi saya sangat menikmatinya karena ini merupakan pertama kalinya juga ke kota Tangerang. 😂 Pokoknya, selama di perjalanan saya memasang earbuds dan mendengarkan lagu-lagu traveling. Setelah sampai di sana kami menginap di salah satu hotel yang tidak jauh dari gedung IALF. Setelah checked in dan mendapatkan kamarnya, saya langsung bersih-bersih dan ternyata, setelah terasa nyaman semuanya, saya malah tidak bisa tidur. 😫 Saya dulu merasa sedikit khawatir bukan karena tesnya, tetapi lebih ke uang yang sudah saya keluarkan untuk membayar tes ini cukup menguras isi dompet. Alhamdulilah, setelah memaksa diri untuk lebih relaxed dan pada akhirnya bisa tidur.


Pemandangan Sekitar Gading Serpong

  • Hari Tes Tiba

Tidak terasa matahari sudah muncul dan pada waktu itu saya berpikir "duh, tinggal menghitung jam". Jadwal untuk tes saya, yaitu pukul 09.00. Pukul 06.00 pagi, saya dan paman saya pergi ke lantai bawah untuk sarapan terlebih dahulu. Setelah semuanya beres, saya kembali ke kamar dan saya bersih-bersih dan bersiap untuk pergi ke gedung IALF. Kemudian, saya dan paman saya pergi ke menuju gedung IALF dan setelah sampai di sana, ada petugas yang mengarahkan saya ke ruang tes untuk PTE di bagian belakang gedung. Setelah masuk ke gedung, saya menunggu beberapa menit dan kemudian dipanggil ke lantai atasnya untuk pengecekan identitas dan pemberian arahan kepada peserta tes. Sesudah itu, saya dipersilahkan untuk menyimpan barang bawaan saya di loker yang sudah disediakan dan kemudian memasukki ruangan tes. Saya juga sempat diberikan kertas kosong dan pulpen untuk menuliskan sesuatu jika memang diperlukan di beberapa sesinya nanti. Di sini, saya benar-benar mengerahkan segala tenaga dan pikiran saya untuk lebih fokus sampai akhir tes. Setelah selesai tes, saya kembali keluar dan dicek identitas kembali kemudian dipersilahkan membawa barang bawaan di loker.


Tangerang di Malam Hari

  • Selesai Tes, Pulang!

Saya merasa lega sekali setelah melakukan tes, tetapi masih ada perasaan sedikit khawatir sebenarnya dengan hasilnya. Namun, saya tetap berpikir bahwa hasil apapun itu, itulah yang terbaik buat saya. Ketika saya pulang sampai di depan hotel, paman saya sudah menunggu di depan hotel karena sudah checked out. Seterusnya, kami memesan GoCar untuk pergi ke terminal bus. Singkat waktu, kami sampai di terminal bus Poris dan ternyata bus dengan tujuan Singaparna masih lama jadwal berangkatnya. Daripada menunggu lama di terminal ini, kami kemudian naik bus tujuan yang melewati kampung rambutan. Suatu saat, ketika sedang di tengah perjalanan, saya mendapatkan kabar yang menegangkan, yaitu informasi bahwa skor PTE sudah dapat dilihat di situs resminya. Saya merasa tidak karuan, deg-degan, berd'oa, dan penuh dengan harapan. Akhirnya, saya mendapatkan nilai yang cukup untuk melamar ke universitas tujuan studi saya. Singkatnya, kami sudah sampai di kampung rambutan, di sini kami menyempatkan diri untuk makan terlebih dahulu karena perkiraan kami sampai di Tasikmalaya pada waktu tengah malam. Setelah selesai makan, kami kemudian naik bus yang berhenti di Garut. Singkatnya kami menghabiskan waktu berjam-jam untuk sampai ke Garut. Dari Garut, kami menunggu bus dengan tujuan Singaparna. Kami makan terlebih dahulu karena waktu sudah hampir tengah malam. Setelah bus jurusan Singaparna tiba, kami pun segera naik dan akhirnya sampai di Singaparna. Perbandingan durasi antara pergi dan pulang, saya pikir lebih lama ke arah pulang. Bagaimanapun juga, rasa capek atau apapun itu menjadi cerita unik untuk saya sendiri dan saya sangat menikmatinya.



Ada 2 pelajaran besar yang saya petik dari proses persiapan Bahasa Inggris yang cukup melelahkan ini, yakni:


1. Kepada Siapa Lagi Kalau Bukan KepadaNya

Hal pertama yang saya ingat pastinya, yaitu bersyukur kepada Allah. Semua keberhasilan saya sejauh ini sudah jadi kehendak dan ada izin dariNya. Rasa capek, sedih, dan sakit yang saya rasakan mungkin kalau memang harus membandingkan dengan manusia terhormat di hadapan Allah, yakni para nabi dan rasulnya. Usaha dan keluhan saya ini belum ada apa-apanya. Nabi Ayub dengan penyakitnya yang luar biasa sabar. Sabarnya Nabi Muhammad ketika dilempar dengan kotoran dan berperang di medan perang. Hal tersebut merupakan kesabaran yang luar biasa dan saya bisa membayangkan jika saya berada dalam posisi tersebut. Mengendalikan emosi supaya tetap semangat dan fokus bahwa tujuan sebenarnya bukan masalah di dunia ini saja, ada urusan besar yang harus saya persiapkan juga. Jika kita merasa capek, persilahkan diri untuk istirahat dulu sejenak. Jika sedih, sedihlah, tetapi jangan berlarut-larut. Allah pernah berfirman dalam al quran bahwa kita harus segera berhenti bersedih. Ini artinya Allah mengetahui bahwa hambanya pasti akan pernah melewati rasa sedih itu dan sedihlah pada saat itu. Kemudian, bangkit kembali bahwa munculnya rasa sedih tersebut justru harus menjadi trigger untuk kita supaya lebih bersemangat kembali untuk memperbaiki keadaan. Tidak ada yang terlambat di dunia ini, semuanya akan tergantikan nanti di kehidupan selanjutnya. Yang perlu kita lakukan hanyalah usaha dan do'a kepadaNya.


2. Persiapan Bahasa dari Jauh-jauh Hari Lebih Baik

Kalian masih SD? SMP? SMA? Kuliah? Pelajari dari sekarang Bahasa Inggris. Setidaknya, jika diperlukan suatu saat di masa depan tidak akan terlalu menjadi beban. Biasanya, ketika kita sudah sibuk berumah tangga atau menuju masa tua, kita beranggapan "ah saya sudah tua, tidak ada waktu lagi buat belajar begituan, capek!". Memang betul, apalagi untuk mereka yang sudah berumah tangga. Mempelajari Bahasa Inggris bukan berarti kita mengubah identitas kita menjadi kebarat-baratan. Justru kita di sini membuka kesempatan lebih luas lagi untuk mencari ilmu, mencari uang, dan bahkan mencari ilmu agama juga. Apapun bidang yang ingin kita fokuskan di masa depan, bahasa akan tetap menjadi jembatan komunikasi antara dua belah pihak. Prospek terkecil bisa Bahasa Inggris, yaitu paling tidak, kita dapat mengajar privat Bahasa Inggris dan prospek terbesarnya, kita bahkan selangkah mempunyai kesempatan untuk bisa bekerja di perusahaan yang berskala internasional. Jadi, tidak ada alasan lagi untuk tidak mempelajari bahasa apapun itu karena kemampuan ini membawa manfaat untuk kita ke depannya.


Itu saja mungkin yang dapat saya bagikan di postingan kali ini. Pahit memang rasanya melewati proses ini, tetapi terkadang yang pahit juga bisa menjadi obat dan yang manis belum tentu semuanya obat juga. Sampai jumpa di artikel selanjutnya. 😇

2 comments:

  1. Keren kak .dirimu humble sekali sukses yah
    God Bless you

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amiin ya rabb, kak. Do'a yang sama juga buat kakak. Semoga dilancarkan selalu semuanya. Amiin ya rabb :)

      Delete

Pages