Jerman, Sekilas Nostalgia Kunjungan Negara Kedua

Yadi di Terminal FlixBus Menuju Jerman dari Belgia
 

Setelah menceritakan tentang Indahnya Langit Brussels di Pagi Hari: Perjalanan Menuju Kantor PA Europe, selanjutnya saya ingin menceritakan kunjungan negara kedua dalam hidup saya, yaitu Jerman. Ya, saya juga tidak menyangka akan diberikan kesempatan untuk melakukan perjalanan ke negara yang terkenal dengan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologinya. Pada waktu itu, saya masih belum percaya akhirnya saya dapat mengunjungi negara tempat Pak Habibie belajar dulu ini juga. Singkatnya, PA Europe menawarkan saya untuk pergi ke 2 negara sebelum program magang ini berakhir. Saya memilih Jerman dan negara satu lagi yang mana nanti saya akan tuliskan nanti di postingan selanjutnya. Beberapa hari sebelumnya, saya ditawarkan untuk menginap di hotel pergi ke sana dengan biaya yang akan ditanggung oleh PA Europe. Kemudian, saya berpikir dulu, kemudian mencoba menghubungi Mo dan Jessica, teman lama saya karena mereka juga pernah homestay di rumah saya pada 2016 dulu di Indonesia. Alhasil, saya menolak untuk tidur di penginapan karena saya sudah menghubungi teman saya di sana sebelumnya.


Perubahan Yadi 2016 - 2019
Setelah 3 Tahun Bertemu Kembali

Setelah 3 Tahun Lamanya, Bertemu Kembali

Jadi, pada tahun 2016, saya menjadi bagian dari anggota komunitas Couchsurfing di Tasikmalaya dan selalu menerima banyak orang asing ke kampung saya. Nah, salah satunya adalah pasangan ini. Mereka adalah tamu kedua setelah saya bertemu dengan yang pertama dari Argentina. Pada waktu itu, mereka sempat tinggal di rumah saya selama 2 hari dan saya mengajak mereka keliling kampung. Hingga pada saat saya mengantar kembali mereka ke terminal bus Indihiang (gambar kiri) untuk lanjut ke Batu Karas, Pangandaran, saya pernah berjanji kepada mereka bahwa saya akan bertemu mereka suatu saat nanti entah bagaimana pun caranya. Mereka juga sangat menantikan hal itu juga. Pada tahun 2019, saya mendapatkan rezeki untuk pergi ke Belgia melalui perlombaan Mashudi Awards 2019. Ternyata, Belgia dengan Jerman sangat dekat sekali dan kebetulan teman saya ini juga bertempat tinggal di daerah Cologne, Jerman. Mereka mengetahui bahwa saya berada di Belgia dan mengundang saya untuk datang ke rumahnya. Saya pun berusaha mencari waktu untuk pergi ke sana dan ternyata, di akhir program magang ini, saya diberikan kesempatan untuk mengunjungi negara lain di Eropa ini. Singkatnya, momen ketika saya bertemu pertama dengan si Mo karena saya dijemput oleh dia di terminal busnya. Kemudian, saya diajak hiking sebentar dan setelah pulang hiking, saya dan Mo pergi ke rumahnya. Lalu, saya bertemu lagi dengan Jessica, ini momen yang sangat emosional sekali. 😊 Kita langsung berpelukan lagi setelah 3 tahun lamanya tidak bertemu dengannya.


Yadi Melihat Sungai Rhine di Jerman
Melihat Indahnya Pemandangan Sungai Rhine dari atas (2019)

Rhine River dan Kesan Pertamaku terhadap Jerman

Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, saya pergi ke Jerman untuk menjelajah Cologne dan menginap di rumah teman saya. Namun, ketika saya sampai di terminal bus Bonn, saya dijemput oleh Mo dan diajak hiking ke gunung yang dekat dengan sungai yang namanya Sungai Rhine. Setelah sampai di tempat, kami mulai naik ke atas dengan jalan kaki dan memang melelahkan. 😂 Luar biasanya, walaupun saya merasa lelah, tetapi saya tidak peduli karena ini mungkin akan menjadi pengalaman saya sekali seumur hidup. Jadi, habis-habisan juga tidak masalah. 😁 Kemudian, tidak disesali, sesampainya di atas gunung, saya merasa senang dan tidak tahu harus berkata apalagi. Inilah yang saya inginkan, mencoba menjelajah tempat yang memang sudah menjadi impian saya dulu. Alhamdulilah, sampai saat ini Allah mengirimkan teman-teman yang baik ke dalam hidup saya. Setelah hampir satu jam berada di atas dan mengobrol dengan si Mo, kami akhirnya turun lagi untuk pergi ke rumahnya. Ketika sampai di rumahnya, saya bertemu dengan Jessica juga. Kami benar-benar melepas rindu setelah 3 tahun lamanya tidak bertemu. Di sini, saya diberikan tempat untuk tidur di lantai atas rumahnya yang mana saya dapat melihat pemandangan indahnya Jerman besok di pagi hari. Kesan pertamaku terhadap Jerman sungguh lebih dari yang saya harapkan. Saya benar-benar sudah menemukan definisi kebahagiaan bagi saya pribadi di dunia ini.


Menyambut Indahnya Pagi Hari di Jerman

Menjelajah Cologne Seharian Bersama Mereka

Yuhu! akhirnya bisa merasakan suasana pagi hari untuk pertama kalinya di Jerman. 2 Bulan di Eropa ini benar-benar penuh dengan rasa terharu karena saya suka tiba-tiba terpikirkan momen-momen saya dulu di mana saya suka berkata kepada diri sendiri "Pengen traveling, tapi duit dari mana ya?". Persoalan tersebut sungguh menjadi tantangan terbesar bagi saya karena saya terlahir dari keluarga yang memang hidup seadanya saja. Namun, hal ini justru membuat saya termotivasi untuk terus berjuang sampai pada akhirnya inilah salah satu hadiah terbesar yang Allah berikan kepada saya. 


Makan Pagi di Jerman
Makan Pagi di Cologne
Sungai Rhine, Jembatan Hohenzollern, dan Cologne Cathedral
Sungai Rhine dan Jembatan Hohenzollern

Sebelum berangkat menjelajah Cologne, saya, Jess, Mo, Miriam, dan Vera makan pagi terlebih dahulu. Hal unik yang saya temukan pas makan adalah makanan yang memang serba hambar karena lidah saya masih belum terbiasa dengan makanan-makanan Eropa walaupun sudah hampir 2 bulan lamanya di sini. Jessica bahkan menawarkan saya sambal-sambal buatan Asia entah dari mana dan rasanya itu seperti sambal terasi biasa. Saya mencampurkan beberapa makanan yang bisa saya colek ke sambal tersebut. 😆 Darah Sunda-nya tidak bisa lepas wkw. Singkatnya, ketika kami sudah beres makan pagi, kami pergi menggunakan mobil Miriam. Pertama-tama, saya, Jess, dan Mo berjalan menuju Jembatan Hohenzollern, melihat sungai Rhine lebih dekat lagi dan bisa melihat Cologne Cathedral dari sini. Jujur saja, dalam hidup saya, ini adalah pemandangan pertama melihat sungai yang sangat besar di depan mata karena memang saya orang yang tidak terlalu banyak pergi ke mana-mana di Indonesia.


Yadi OTW Jump House di Cologne, Jerman
On our way to Jump House
Yadi di Jump House, Cologne, Jerman
Bersenang-senang di Jump House 😎

Tempat selanjutnya yang kami kunjungi adalah Jump House. Ya, sebenarnya tempat hiburan ini ada banyak di Indonesia. Namun, sayangnya, saya belum pernah ke tempat seperti ini sebelumnya, jadi bisa dikatakan ini adalah pengalaman pertama saya ke Jump House dan di Jerman lagi. 😂 Di sini, saya mencoba berbagai permainan. Berdasarkan apa yang saya amati, Jump House ini benar-benar bakal lebih dapat dinikmati secara maksimal sambil kita memakai earbuds atau airpods. Why? silahkan dicoba saja sendiri kalau kalian ke Jump House. 😆


Pemandangan Cologne Cathedral di Jerman
Di Sekitar Katedral Cologne, Jerman
Di Dalam Cologne Cathedral dan Beberapa Orang di dalamnya
Di Dalam Katedral

Tempat selanjutnya yang kami kunjungi adalah katedral yang paling besar dan populer di Cologne, Jerman. Tempat ini sungguh mengingatkan saya kepada guru saya Pak Faiz yang mana beliau dulu pernah ke tempat ini dan berfoto di sini, saya dulu hanya dapat membayangkan jikalau saja saya dapat berada di sana. Beliau sempat meyakinkan bahwa saya juga bisa pergi ke luar negeri suatu saat dan dangan kuasa Allah, saya akhirnya bisa menyusul apa yang sudah bapakke lakukan dulu. Saya sempat masuk ke dalam katedral bersama teman-teman saya dan ini juga saya pertama kali masuk ke sebuah gereja. Di sana saya menemukan beberapa orang yang sedang beribadah dan ada juga yang sedang melihat-lihat apa saja yang ada di dalam gereja besar ini.


Berjalan Pulang sambil Menikmati Pemandangan Sungai Rhine di Sore Hari

Tidak terasa, waktu sudah sore hari, setelah saya mengunjungi katedral, saya kemudian diajak oleh teman-teman saya ke sebuah restoran terdekat untuk makan-makan di sana. Kebetulannya, restoran yang didatangi menyediakan cabe. Jess sangat mengetahui bahwa saya memang suka makanan pedas dan saya ditawarkan level pedas sesuai dengan lidah saya. Lucunya, semua orang melihat saya ketika saya meminta pedas dengan banyak sekali. Sedikit informasi, menurut teman-teman saya membawa pedas dengan level segitu benar-benar hal yang kurang lazim bagi mereka karena kebanyakan orang-orang Jerman tidak terlalu suka makanan yang super pedas. Okay, singkat waktu, kami selesai makan, Miriam pulang duluan karena ada urusan, saya dan teman-teman yang lainnya pulang dengan jalan kaki. Selama di perjalanan kami menyempatkan diri untuk pergi ke sebuah toko minuman. Seperti yang kita ketahui, alkohol memang sudah menjadi minuman lazim untuk mereka. Saya ditawarkan minuman soda yang tidak mengandung alkohol. 😂 You know what, enaknya berjalan-jalan sambil minum, sambil menikmati pemandangan sungai Rhine dan sekitarnya. Akhirnya, kami tiba di stasiun sejenis KRL kalau di Jakarta dan kita menuju rumah Mo dan Jess. Sesampainya di rumah, Vera akhirnya pamitan dan pulang juga. Kemudian, Saya beristirahat begitu juga dengan Mo dan Jess karena besoknya saya harus siap-siap untuk pulang ke Belgia dan lanjut ke kota Paris, Perancis.


Walaupun hanya 1 hari 2 malam di sana, saya setidaknya bisa merasakan sekilas bagaimana suasana Jerman itu rasanya. Nah, di bawah ini saya tuliskan beberapa pelajaran yang saya dapatkan dari kunjungan ke negara Jerman ini.


Yadi di Depan Nibelungenhalle di Königswinter, Jerman
Depan Nibelungenhalle di Königswinter, Jerman

Rawatlah Mental Kita

Bukan hanya tubuh kita saja, mental adalah sesuatu yang tidak terlihat, tetapi penting untuk dijaga dengan baik karena akan ada momen di mana kita merasa terpuruk. Paham stoikisme memang bisa kita terapkan dalam kehidupan kita. Sederhananya, menurut saya pribadi, stoikisme adalah sebuah topeng rasa sakit dalam hidup karena pada faktanya hidup di dunia ini bukan hanya tentang kata "senang" saja, pasti ada lawan katanya juga dari hadirnya kata tersebut. Normalisasi rasa sakit inilah yang harus mulai kita adopsi dari sekarang ke dalam pikiran kita. Jika kita pikirkan lagi lebih dekat, datangnya rasa sakit ke dalam hidup kita justru akan membuat kita lebih menjadi seseorang yang kuat dan berbeda dari sebelumnya jika kita menghadapinya bukan malah mundur. Poin refleksi ini sangat bisa saya buktikan sendiri dari cerita saya di atas. Saya bisa ke Jerman ini mungkin seolah-olah terjadi secara kebetulan. Namun, jika saya pikirkan lagi, apa yang saya sudah lakukan sampai mimpi saya ini bisa terealisasikan adalah hasil bibit-bibit yang saya tanam dulu. Sekarang sudah berbuah lebat dan saya tinggal menikmatinya. Lebih lanjut, saya sadar juga bahwa musim akan berubah dan buah yang lebat ini hanya bisa dinikmati sementara ini saja. Oleh sebab itu, saya harus siap lagi dengan tantangan-tantangan selanjutnya yang akan datang menghampiri hidup saya. Intinya, kita harus selalu merawat mental bukan hanya berorientasi ke "rasa senang", tetapi yang harus lebih diprioritaskan adalah bagaimana kita bereaksi terhadap rasa yang datang dari luar ke dalam diri kita supaya tetap stabil dan fokus. Terakhir, bagian terpenting yang sering kita lupakan dari prinsip stoikisme ini adalah harus ada yang namanya refleksi sehingga kita akan lebih siap mengatasi hal-hal negatif yang akan datang lagi kepada kita nantinya.


Foto Yadi dkk di Rumah Temannya
Foto 2016 Ketika Mereka di Depan Rumah Saya Dipajang di Rumah Mereka

Perbanyaklah Koneksi

Selanjutnya, hal kedua yang paling saya ingin sampaikan adalah pentingnya membangun koneksi. Apakah kita pernah mendengar wejangan seperti ini "banyak teman, banyak rezeki"? Hal tersebut memang benar. Setidaknya, dengan memperbanyak koneksi akan lebih membuka peluang banyak untuk kita mendapatkan banyak manfaat. Seperti yang kalian ketahui, dalam dunia bisnis pun jaringan merupakan hal yang sangat penting sekali untuk mengembangkan bisnis kita. Tidak jauh berbeda dengan kehidupan kita sendiri karena pada dasarnya kita tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Perbanyaklah teman-teman dari sekarang karena mungkin saja suatu saat mereka akan akan ada di depan kita di saat kita memerlukan sebuah pertolongan. Tentunya, kita juga harus memberikan value yang sama kepada mereka juga. Intinya, prinsip win-win memang fakta yang tidak dapat dihindari lagi. Sederhananya, dengan kemampuan sendiri, seekor kuda mungkin hanya dapat mengangkut beberapa kilo karung beras, tetapi dengan menambahkan kuda lainnya, kuda tersebut bahkan dapat mengangkut lebih banyak karung beras lagi sekaligus. Dengan bekerja sama, kita akan bersinergi untuk menuju tujuan utama yang sama semuanya. Contoh yang bisa saya ambil dari cerita di atas adalah koneksi saya dengan teman-teman saya di Jerman tersebut. Pada tahun 2016, saya sering menampung para travelers dari berbagai negara karena di samping saya mengenalkan kampung saya, ada hal lainnya, yaitu memperluas pertemanan saya sampai ke luar negeri. Saya berkata kepada mereka jika saya keluar negeri suatu saat, saya ingin mengunjungi tempat-tempat lokal di daerah mereka. Tentunya, mereka sangat menyambut sekali. 3 tahun kemudian, saya ada rezeki untuk pergi ke Jerman, saya menghubungi mereka, dan mereka mengundang saya untuk ke rumahnya. Inilah indahnya pertemanan, kita di dunia ini tidak akan merasa sendirian lagi dan lebih berwarna. Namun, kita tetap harus hati-hati dan selektif juga karena tidak semua orang akan menyukai kita juga, beberapa orang mungkin saja ada yang iri dan bahkan ingin mencelakakan kita. Selalu berdo'a kepada Allah mudah-mudah kita selalu ada dalam lindunganNya.


Belgia ke Jerman Naik FlixBus
Perjalanan dari Belgia ke Jerman

Pentingnya Tujuan untuk Menemukan Rasa Butuh

Beragam rasa sakit, sedih, dan emosi negatif lainnya bisa saya hadapi karena saya memang membutuhkan emosi tersebut juga supaya pengalaman yang saya ceritakan ke orang lain terdengar lebih menarik dan berwarna. Kalau kita pikirkan lebih realistis lagi, kehidupan akan terasa lebih membosankan jika tidak ada tantangan sama sekali di dunia ini dan kita tidak akan tumbuh menjadi orang kuat. Lebih jelasnya, yang menjadi dasar dari pembentukan mental ini adalah hadirnya sebuah tujuan atau target dalam hidup kita. Jika kita memiliki target yang jelas ke depannya, kita menilai suatu masalah pun dengan sudut pandang yang berbeda, yakni kita memiliki rasa butuh terhadap kemampuan tertentu untuk mencapai tujuan utama kita nanti. Contoh nyatanya, saya dulu terbilang orang yang sangat takut sekali berbicara di depan umum, tetapi sejak saya memiliki tujuan, saya lebih percaya diri. Lebih lanjutnya, saya pernah diminta untuk menjadi MC acara pertama kalinya dalam hidup di sebuah organisasi, tadinya saya ingin menolak saja. Namun, saya saya berpikir kembali bahwa kemampuan berbicara di depan umum ini sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan atau target karier saya ke depannya. Suatu waktu, ada perlombaan Mashudi Awards di tahun 2019 dan saya mengikuti lomba tersebut. Di perlombaan ini, saya harus berbicara di depan umum hingga akhirnya alhamdulilah saya menjadi pemenang utama dan mendapatkan rezeki pergi ke Belgia, Jerman, dan Perancis. Di sini, saya sadar sekali bahwa jikalau saja saya tetap malu berbicara di depan umum, saya mungkin tidak akan berada di Jerman seperti saat ini. Itulah pentingnya tujuan dalam hidup supaya memberikan peluang pada cara berpikir kita bagaimana cara menggapai target tersebut dan apa saja yang dibutuhkan untuk mencapainya.


Itulah sekilas cerita 1 hari 2 malam saya di Jerman. Semoga artikel ini menginspirasi kalian juga untuk mulai bermimpi dan mulai mengambil tindakan nyata dari sekarang karena semuanya itu mungkin dan dapat dicapai selama kita terus konsisten berusaha. Sisanya, kalau masalah takdir, Allah yang mengaturnya. 😇

No comments:

Post a Comment

Pages