Tugas Analitis dan Deskriptif: Dua Jenis Tugas dalam Dunia Perkuliahan

 


Hai Sobat Caravel, selamat datang kembali di postingan kita kali ini di kategori problem solving di dunia perkuliahan. Pada pembahasan sebelumnya, Mimin Caravel telah membahas hal-hal yang menarik tentang Mengasah Kemampuan Problem Solving dengan Mengenal 7 Jenis Masalah Ini. Lebih lanjutnya, di postingan kali ini, kita akan membahas tentang dua jenis tugas yang akan kita temukan selama berada di dunia perkuliahan, yaitu tugas deskriptif dan tugas analitis. Pasti kita sudah tidak asing lagi dengan istilah tugas akademik, bukan? Sejak kecil saat kita masih di sekolah, kita sudah diberikan istilah ini sebagai salah satu kewajiban yang harus kita lakukan sebagai seorang siswa. Namun, di tingkat perguruan tinggi, kita harus mengetahui bahwa tugas pada dasarnya terbagi ke dalam dua kategori yang sudah disebutkan tadi.


Pentingkah kita mengetahuinya? Jawabannya sangat penting, karena kita harus mengetahui dengan jelas tujuan dosen memberikan tugas kepada kita. Pertanyaan yang mereka berikan tidak hanya sekedar untuk memenuhi tugasnya saja, tetapi juga untuk membimbing kita agar mampu berpikir lebih kritis. Misalnya, ketika kita ditanya "Apa kabar?", kita mungkin akan menjawab dengan "saya baik-baik saja", tetapi sebenarnya pertanyaan dengan awalan "apa" digunakan untuk menanyakan nama (jenis, sifat) sesuatu menurut KBBI. Jadi, jawaban yang tepat untuk pertanyaan tersebut seharusnya adalah "kabar adalah sebuah laporan tentang peristiwa yang biasanya belum lama terjadi" menurut KBBI.


Tapi bagaimana jika kita ingin menanyakan kondisi seseorang? Nah, dalam hal ini kata "bagaimana" lebih cocok untuk digunakan. Kita dapat bertanya "Bagaimana kabarnya?" sebagai pengganti dari pertanyaan "Apa kabar?" untuk menanyakan kondisi seseorang. Jadi, mari kita pelajari lebih lanjut tentang tugas deskriptif dan tugas analitis agar kita dapat memahami tujuan dari setiap tugas yang diberikan oleh dosen kita.


Tugas yang Bersifat Deskriptif (Descriptive Task)

Ketika memasuki dunia perkuliahan, kita akan dihadapkan pada tugas deskriptif sebagai tugas pertama. Tugas ini mengharuskan kita untuk menggambarkan atau menjelaskan informasi spesifik seperti fakta, angka, atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Jenis tugas ini sering kali muncul di semua jenjang pendidikan, mulai dari SD hingga perguruan tinggi. Tugas deskriptif biasanya dimulai dengan kata-kata seperti definisikan, uraikan, jelaskan, ringkas, dan gambarkan (Brick, 2014). Sebagai contoh, pertanyaan "Jelaskan secara ringkas bagaimana game online bisa meningkatkan hormon dopamin kita?" meminta penjelasan secara singkat tanpa perlu memasukkan pendapat atau pengetahuan baru.


Namun, hal ini tidak berarti bahwa tugas deskriptif mudah dan tidak memerlukan pemahaman yang mendalam. Sebaliknya, tugas ini merupakan ujian sejauh mana kita memahami topik yang ditanyakan. Oleh karena itu, saat meringkas sebuah artikel, kita hanya perlu menuliskan ide-ide utama atau poin-poin inti dari setiap paragrafnya tanpa perlu memasukkan pendapat pribadi. Dalam hal ini, kita harus mampu mengenali dan membedakan informasi penting dari yang tidak penting. Meskipun terlihat sederhana, tugas deskriptif dapat menjadi pondasi yang kuat bagi kemampuan kita dalam memahami suatu topik secara menyeluruh.


Tugas yang Bersifat Analitis (Analytical Task)

Selanjutnya, yaitu tugas yang bersifat analitis. Tugas ini meminta kita untuk tidak hanya menyajikan informasi yang ada, tetapi juga untuk mengkritik dan menginterpretasikan topik yang ditanyakan. Dalam tugas ini, kita berusaha untuk menciptakan pengetahuan baru dengan melibatkan pendapat kita sendiri terhadap suatu topik. Pertanyaan jenis tugas ini sering diawali dengan kata-kata seperti "bandingkan", "analisis", "evaluasi", "diskusikan", dan kata-kata lainnya. Sebagai contoh, jika ditanya untuk membuat ringkasan peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah, kita hanya perlu menyajikan fakta-fakta yang terjadi dari referensi yang kita pelajari sebelumnya. Namun, jika diminta untuk mendiskusikan peristiwa tersebut, kita perlu melibatkan pendapat kita sendiri tentang hikmah dari peristiwa itu, mencari hubungannya dengan isu-isu yang sedang terjadi di zaman sekarang, apa dampak yang terjadi jika Nabi Muhammad tidak melakukan hijrah tersebut, dan pandangan kita lainnya dari peristiwa tersebut.


Namun, tidak semua tugas analitis diawali dengan kata-kata seperti yang disebutkan sebelumnya. Sebagai contoh, pertanyaan seperti "Apakah menabung itu penting?" membutuhkan evaluasi terhadap konsep menabung itu sendiri, tidak hanya mengatakan bahwa menabung itu penting untuk menghemat uang saja. Kita harus mempertimbangkan apakah konsep menabung masih bisa dianggap baik pada zaman sekarang, di mana banyak pro kontra mengenai apakah yang diperlukan saat ini adalah menabung atau menghasilkan lebih banyak uang. Oleh karena itu, jawaban anak kecil akan berbeda dengan jawaban yang lebih matang dari mereka yang memahami bagaimana cara kerja ekonomi.


Antara Permasalahan yang bersifat Deskriptif dan Analitis

Setelah memahami kedua jenis tugas yang ada, kita bisa mengerti bahwa masalah deskriptif pada umumnya adalah masalah yang sudah terdefinisikan dengan baik. Solusi dan jalur solusinya sudah jelas, berbeda dengan masalah analitis yang masih belum terdefinisi dengan baik. Masalah jenis ini tidak bisa diselesaikan dengan mudah menggunakan formula atau konsep dasar, dan solusinya masih bersifat sementara karena mungkin ada solusi yang lebih baik di masa depan. Contohnya adalah masalah yang dihadapi oleh Andi, seorang pelajar internasional yang harus mencari apartemen yang cocok dengan kebutuhannya di Swiss. Meskipun terlihat mudah, masalah ini memerlukan perhatian khusus karena beberapa kata seperti "murah", "modern", "sejuk", dan "tempat belajar yang kondusif" memerlukan standar yang cocok dengan Andi. Oleh karena itu, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini.


1. Identifikasi Permasalahan

Identifikasi Permasalahan adalah langkah pertama dalam menyelesaikan masalah. Andi harus mengidentifikasi unsur-unsur permasalahan yang dihadapi dan memprioritaskan mana yang kurang penting sampai ke yang paling penting. Setelah itu, ia bisa fokus ke salah satu unsur terlebih dahulu, misalnya murah. Kemudian, Andi dapat mencari daftar apartemen yang masih kosong dan murah dari grup di Facebook atau mencari di website lainnya. Namun, ketika mencari apartemen yang murah, ia harus ingat untuk tidak terkecoh karena salah satu fitur yang diinginkannya, yaitu tempat belajar yang kondusif. Tujuan utamanya adalah murah dan kamar mandi di dalam terlebih dahulu.


2. Identifikasi Solusi

Identifikasi Solusi adalah langkah selanjutnya setelah mengidentifikasi permasalahan. Misalnya, jika Andi meminta kita untuk mencarikan apartemen yang ia inginkan, maka kita harus mengidentifikasi solusinya dengan menanyakan rentang harga yang dianggap murah dan definisi dari kata sejuk. Namun, jika permasalahan belum terdefinisikan dengan baik, maka solusi yang nanti ditemukan belum tentu dapat diterima oleh Andi. Dalam dunia perkuliahan, permasalahan semacam ini biasanya muncul saat mengajukan proposal penelitian, apakah sudah sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan.


3. Evaluasi Solusi

Setelah mengidentifikasi permasalahan dan mencari solusinya, langkah terakhir dalam menyelesaikan permasalahan adalah mengevaluasi solusi yang telah ditemukan. Dalam contoh sebelumnya, kita bisa membuat daftar apartemen yang sesuai dengan keinginan Andi. Namun, perlu diingat bahwa hasil riset apartemen tersebut hanya sebagai referensi terbaik dari kita dan keputusan akhir untuk memilih apartemen masih bergantung pada pilihan Andi sendiri. Tidak selalu jawaban dari kita akan diterima oleh klien atau orang yang meminta bantuan. Hal ini seringkali terjadi pada permasalahan yang belum terdefinisikan dengan baik. Meskipun begitu, kita tetap bisa mencari solusi sementara untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Namun, hasilnya bersifat sementara dan masih bisa diubah tergantung pada perkembangan situasi dan kondisi yang ada.


Terima kasih telah membaca postingan kali ini. Kita sudah membahas mengenai kedua jenis tugas tersebut beserta perbedaan dan cara mengerjakannya. Sebagai mahasiswa, kita harus memahami dengan jelas setiap tugas yang diberikan oleh dosen agar kita dapat menjawab pertanyaan dengan tepat dan sesuai dengan tujuan dosen memberikan tugas tersebut. Dengan memahami kedua jenis tugas ini, kita dapat memperkaya pengetahuan kita dan berpikir lebih kritis dalam memecahkan masalah. Jadi, selamat belajar dan semoga bermanfaat bagi kalian semua. 😇


Referensi


Brick, J. (2014). Academic culture: a student's guide to studying at university (2nd ed.). South Yarra, Australia: Macmillan.


Dutcher, L. (n.d.). Academic Skills for University Success. Coursera. https://www.coursera.org/specializations/academic-skills.

No comments:

Post a Comment

Pages