Datangnya Kejutan-kejutan tak Terduga di Semester 4


Semester demi semester berlalu, rasa lelah dalam hidup sudah menjadi makanan sehari-hari bagi saya. Memang tidak mudah menjalaninya, tetapi di lubuk hati saya yang paling dalam, saya selalu percaya bahwa Allah selalu melihat perjuangan saya dan apa yang saya lakukan. Seakan-akan saya berbicara kepada diri saya sendiri dalam hati, "Lihat! Suatu hari saya akan berada di sana!". Setelah bercerita singkat tentang perjalanan saya di semester 3, Mengarungi Lautan Ilmu di Semester 3, di postingan kali ini, saya akan menuliskan tentang bagaimana pada akhirnya kejutan-kejutan hasil perjuangan saya satu per satu bermunculan, terutama di semester 4 ini, di mana kejutan terbesar muncul tahun ini.


Anak-anakki di SMPN 1 Sukaraja Kelas 8

Proyek Mengajar di Edgar Brood Academic Chair (EBAC)

Hal pertama yang terlintas di pikiran saya ketika mengingat semester ini adalah teaching project di EBAC. Sebenarnya, di postingan sebelumnya, saya sempat menulis pengalaman spesifik tentang Teaching Project ini, Pengalaman Mengajar di Sekolah dalam Proyek Sukaraja English Teaching. Namun, di sini saya akan menceritakan secara umum. Jadi, setelah semester 3 berlalu, saya mulai terbiasa dengan kosan yang baru ini, walaupun nyamuk adalah salah satu tantangan pada waktu itu karena kosan tersebut tepat berada dekat dengan kebun di belakangnya. Di sinilah saya mulai bersiap-siap untuk mengajar pertama kalinya di sekolah dan tentunya saya dibayar dalam proyek mengajar ini dengan upah yang lebih dari cukup untuk saya. Saya sangat bersyukur karena menemukan pekerjaan seperti ini bukanlah hal yang mudah.


Di semester 4 ini, bisa dibilang saya mulai banyak pekerjaan selain di EBAC. Hal ini tentunya membuat saya lebih bisa merefleksikan bagaimana orang tua saya berjuang mati-matian untuk membesarkan saya. Terkadang, saya merasa capek, tetapi saya kembali bersemangat karena perjuangan mereka yang menghidupkan semangat saya sampai detik ini.


Di proyek ini pula, saya mulai mengenal bagaimana lingkungan persekolahan itu, terutama profesi sebagai guru bahasa Inggris. Saya sangat bersyukur karena di semester 4, yang masih terlalu dini untuk mengajar, kemampuan pedagogi saya belum begitu baik sedikit demi sedikit terlatih. Di sinilah, saya mempraktikkannya secara langsung di kelas di bawah bimbingan dosen saya. Selanjutnya, manfaat yang saya rasakan dari pengalaman mengikuti proyek ini adalah ketika saya mengambil salah satu mata kuliah mengajar di semester 5, saya sudah mempunyai pengalaman mengajar, yang mempermudah saya terutama dalam pembuatan RPP dan menghadapi anak-anak di dalam kelas. Program ini berjalan selama kurang lebih 4 bulan, tetapi sangat berkesan bagi saya karena banyak nilai yang saya ambil selama proses mengajar tersebut.


Berpamitan dengan Bapak Rektor UNSIL dan Wakil Rektor UNSIL

Tantangan Selanjutnya, Mengikuti Mashudi Awards 2019

Setelah proyek mengajar ini selesai, tantangan belumlah selesai. Dari awal semester 4 ini, saya sudah melihat pengumuman dari EBAC bahwa akan ada kompetisi yang bernama Mashudi Awards, di mana pemenang utamanya nanti akan dikirim ke Belgia. Yang paling lucunya, saya menemukan pengumuman ini dari adik tingkat saya ketika saya tiba di kampus di sekitar gazebo. Saya melihat adik tingkat saya memegang sebuah kertas, dan saya menyapanya. Sambil ngobrol dan duduk, dia kemudian memperlihatkan selembar kertas tersebut yang berisikan pengumuman tentang kompetisi ini.


Awalnya, saya berpikir, "Wah, pasti yang ikut ini bukan orang malas-malasan, tetapi mereka yang benar-benar mengejar impiannya dengan serius". Saya tadinya tidak begitu yakin untuk mengikuti kompetisi ini, tetapi kemudian ada satu hal yang mendorong saya untuk ikut, yakni saya sudah mempunyai target jangka panjang yang sudah jelas ke depannya, dan hal ini menjadi salah satu kesempatan saya. Jika saya berhasil, kontribusi dari program ini akan lebih mendekatkan saya pada target jangka panjang tersebut.


Sebenarnya, saya sudah menceritakan pengalaman Mashudi Awards ini juga di postingan sebelumnya, Pengalaman dari A-Z Mengikuti Mashudi Awards 2019. Dan apa yang terjadi? Saya berhasil masuk babak final dan bahkan menjadi juara pertama. Saya masih ingat beberapa hari sebelumnya, saya sempat memberitahukan kepada ibu saya bahwa saya masuk babak final pada hari Jumat nanti, dan saya meminta beliau mendo'akannya.


Hari Jumat waktu itu merupakan hari terbaik bagi saya, dan di sini pula saya sama sekali tidak menyangka bahwa saya akan pergi ke Belgia dan melihat langit Eropa. Lebih umumnya, saya bisa mencoba naik pesawat untuk pertama kalinya. Di sinilah, bayangan-bayangan indah sudah memenuhi pikiran saya. Entahlah, yang saya nikmati dari keseluruhan ini bukan masalah saya mendapatkan penghargaan tersebut, tetapi lebih pada bagaimana saya melihat kembali masa lalu saya yang begitu gelap, terutama di tahun 2016. Ditambah lagi, saya harus kehilangan ayah saya di tahun 2017. Saya bisa membayangkan bagaimana sulitnya pada waktu itu, tetapi saya terus berusaha keras mendobrak rasa sakit tersebut sampai akhirnya saya sadar bahwa saya berada di jalan yang benar dan sudah menaklukkannya.


Momen yang paling mengharukan pada waktu itu adalah ketika nama saya disebutkan sebagai pemenang kompetisi ini. Saya tidak percaya, saking tidak percayanya sampai ketika saya pulang ke kosan, saya masih melamun, seolah-olah, "Ya Allah, kok bisa saya ya?" Tetapi di sini juga saya sadar, mungkin ini adalah waktunya saya untuk naik ke level yang lebih tinggi lagi dengan tantangan yang lebih berat. Di sinilah, saya semakin bersemangat dan semakin yakin akan hidup saya bahwa semuanya adalah masalah resiliensi diri, dan bukti dari ayat-ayat yang ada dalam Surah Al-Insyirah benar-benar nyata dan saya alami.


Beres UAS Semester 4

Mengambil 2 Mata Kuliah Semester 6

Sorotan selanjutnya di semester ke-4 ini adalah, lagi-lagi, saya mengambil mata kuliah semester 6, di mana saya masuk kelas dan bergabung bersama kakak tingkat saya. Saya masuk ke kelas B dan kelas C angkatan 2016. Sebenarnya saya sadar bahwa saya seumuran dengan mereka karena saya sendiri adalah angkatan 2016. Namun, pada waktu itu, saya belum ada rezeki untuk berkuliah di periode tersebut, sehingga saya baru mulai berkuliah pada tahun 2017.


Apa hal unik yang saya temukan selanjutnya dari mengambil mata kuliah semester 6 ini? Sebenarnya, kalau masalah tantangan konten mata kuliah, memang sangatlah sulit. Namun, bukan berarti kita tidak bisa mempelajarinya selama kita serius dan memiliki komitmen yang sangat matang. Jadi, kenapa tidak kita ambil. Iya, kan?


Manfaat yang saya rasakan dari mengambil mata kuliah bersama kakak tingkat adalah saya mendapatkan teman-teman baru yang sebelumnya tidak saya kenal. Sampai sekarang, beberapa dari kami masih berkomunikasi satu sama lain. Unik bukan? Jadi, di balik manfaat akademik, ada manfaat lainnya yaitu dalam hal sosialisasi. Manfaat bersosialisasi dengan kakak tingkat yang saya rasakan adalah mendapatkan pengalaman-pengalaman mereka mengenai mata kuliah yang sudah mereka lalui. Setidaknya, kita mendapatkan gambaran umum tentang bagaimana mata kuliah tersebut di semester 4 karena mereka sudah mengalaminya.


Pemandangan Tanah Eropa dari Atas untuk Pertama Kalinya

Selesai Semester 4, Terbang Menuju Langit Eropa

Selesai semester 4, tantangan belumlah selesai dan masih ada kaitannya dengan semester 4 ini. Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, saya telah mendapatkan penghargaan dari Mashudi Awards dan salah satu hadiahnya adalah kesempatan magang di Belgia pada bulan Juli sampai Agustus. Saya juga sudah menceritakan pengalaman ini di postingan sebelumnya, Sambutan Indah di Awal Umurku yang ke-22: Perjalanan Menuju Negeri Cokelat.


Yang ingin saya ceritakan di postingan ini adalah refleksi diri saya. Terkadang saya berkata dalam pikiran saya, "Yad, you made it! Ini kan yang kamu inginkan dari dulu?" atau "Yad, luar biasa, kamu sudah berjalan sejauh ini". Saya sendiri pun tidak percaya dengan apa yang saya alami pada waktu itu karena standar penghargaan ini terlalu tinggi bagi saya, seorang anak yang tinggal di sisi gunung dan di perkampungan.


Namun, saya selalu ingat bahwa informasi yang saya konsumsi ketika saya berada di bangku SMK sangat memotivasi saya. Saya sering kali menonton Mario Teguh Golden Ways, mendengarkan audiobook Tung Desem Waringin, membaca buku dari Ahmad Fuadi, dan menonton berita tentang Kak Raeni yang ayahnya seorang tukang becak tetapi bisa berkuliah ke luar negeri. Semua informasi ini benar-benar membuat saya yakin bahwa saya juga bisa mencapai hal yang sama jika saya berusaha keras.


Dan ternyata, benar. Namun, tentu saja, di balik itu semua, banyak sekali roller coaster emosi yang saya alami. Tetapi hanya satu yang pasti, yakni terus melangkah dan memperbaiki diri karena itulah satu-satunya solusi untuk membuat diri menjadi lebih kuat dari sebelumnya.


Kala Itu di Tengah Malam Pukul 02.00

Menemukan Alasan Kuat untuk Mendekati-Nya

Hal selanjutnya yang saya temukan di semester 4 ini adalah titik munculnya pergerakan hati saya kepada-Nya. Sebenarnya, jika harus saya bicarakan tentang hal spiritual dari 2019 ke belakang, saya memiliki agama ini hanya sebatas kepercayaan akan adanya Allah. Menurut saya, pada waktu itu, percaya kepada-Nya saja sudah lebih dari cukup. Semester ini merupakan titik terendah dalam spiritualitas saya, tetapi di saat yang bersamaan, luar biasa bagaimana Allah membukakan jalan bagi saya untuk lebih dekat mengenal-Nya. Rasionalisasi dalam berpikir membantu saya mengenal-Nya lebih dekat. Singkatnya, pada waktu itu saya sempat bertanya-tanya apakah dengan segudang dosa yang saya miliki ini, Allah masih bisa memaafkan saya? Kemudian, saya menonton video Dr. Zakir Naik yang mengutip salah satu ayat Alquran, yang menyatakan bahwa janganlah putus asa dalam memohon ampun kepada-Nya. Dari sana, saya berpikir betapa besar pintu ampunan yang ditawarkan oleh Sang Pencipta.


Di semester ini pula, semuanya berubah. Saya menyadari bahwa saya harus mempelajari isu-isu yang bukan hanya terjadi di negara saya saja, tetapi juga isu-isu yang terjadi di seluruh dunia. Ketika merefleksikan momen semester 4 ini, saya merasakan bahwa ada tema khusus untuk periode ini, yakni 'alasan yang terang untuk berusaha lebih mendekat kepada-Nya'. Di sinilah, semangat hidup dibarengi dengan semangat spiritual semakin membuat hidup saya lebih pasti dan paham ke mana saya harus pergi.


Mungkin itu saja cerita singkat tentang semester 4 ini. Saya mulai merasakan bahwa setiap semester saya mengalami perubahan yang signifikan, mulai dari hal terkecil seperti cara berpakaian hingga pola berpikir. Saya sangat mensyukuri karena di semester inilah saya mempunyai tujuan hidup yang semakin jelas dan pasti, sehingga membuat saya semakin bersemangat dan menikmati petualangan hidup di dunia ini. Menikmati di sini bukan berarti senang-senang dengan menghindari rasa pahit dari kehidupan, tetapi justru saya lebih siap merangkul segala rasa sakit karena inilah yang membuat saya lebih kuat dari sebelumnya. Semoga postingan ini bermanfaat, dan sampai jumpa di postingan selanjutnya! 😊

No comments:

Post a Comment

Pages