Cara Memahami Akar dari Suatu Permasalahan



Halo teman-teman Caravel semuanya! Di artikel sebelumnya, Mimin Caravel sudah membahas tentang Tugas Analitis dan Deskriptif: Dua Jenis Tugas dalam Dunia Perkuliahan. Nah, di postingan kali ini, kita akan lebih fokus pada cara memahami akar dari suatu permasalahan yang kita hadapi. Dalam beberapa situasi, kita sering terjebak dalam pola pikir sebab-akibat tanpa menganalisis faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab utama. Misalnya, kita langsung menyimpulkan bahwa suatu kecelakaan terjadi karena hujan, dan menyalahkan hujan sebagai penyebab utama kecelakaan tersebut. Padahal, jika ditelusuri lebih dalam, bukan hanya hujan saja yang menjadi faktor penyebabnya. Masih ada banyak faktor lain yang perlu dipertimbangkan, terbukti dari kenyataan bahwa tidak semua orang mengalami kecelakaan saat hujan. Di sinilah pentingnya memahami akar permasalahan dari suatu kasus, agar kita tidak salah dalam menarik kesimpulan. Di bawah ini, mimin Caravel akan menguraikan langkah-langkah untuk mengetahui akar permasalahan dari kasus kita hadapi.


Definisikan Terlebih Dahulu dengan Jelas

Memang, jika kita mencoba untuk memahami sebuah masalah, hal itu terdengar sangat sederhana. Namun, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kesederhanaan ini terkadang justru menjadi jebakan. Masalah yang tampak sederhana ternyata membutuhkan ketelitian tinggi untuk benar-benar dipahami secara mendalam.


Lalu munculah pertanyaan, mengapa kita perlu memahami terlebih dahulu masalah yang kita hadapi?


Dalam hal ini, Pólya dan Conway (1957) menyatakan bahwa sangatlah konyol jika kita mencoba menjawab sebuah pertanyaan yang bahkan tidak kita pahami. Misalnya, coba pecahkan soal berikut:


X + Y = ...


Sehebat apa pun kemampuan kita dalam memecahkan masalah, jika soal tersebut hanya berbunyi "X tambah Y", maka jawabannya tidak lain "X + Y", karena kita tidak memiliki informasi tambahan mengenai apa itu X dan apa itu Y.


Perhatikan contoh di bawah ini:


X = 7  

Y = 8  

X + Y = 7 + 8 = 15


Dari soal tersebut, kita dapat memecahkan masalah karena X dan Y sudah didefinisikan terlebih dahulu dengan nilai tertentu. Apa pelajaran yang bisa kita ambil dari sini?


Jika kita menghadapi sebuah masalah, hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari tahu akar permasalahannya. Dalam kasus ini, kita mencari nilai dari X dan Y dalam soal yang kita hadapi. Setelah nilainya jelas dan terukur, barulah kita bisa menyelesaikannya dengan tepat.


Contoh lain, dalam program studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), kita akan menemukan istilah "cloze exercise". Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang berada di luar jurusan ini, terutama dari jurusan yang tidak berkaitan dengan prodi PBI? Tentu mereka akan mengalami kesulitan dalam memahami istilah tersebut. Yang perlu mereka pahami terlebih dahulu adalah makna dari kata cloze itu sendiri. Seseorang yang belajar di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris kemungkinan besar akan mencoba menjelaskan bahwa cloze di sini tidak lain adalah istilah yang populer dalam pembelajaran Bahasa Inggris, yang merujuk pada latihan fill-in-the-blank atau melengkapi bagian yang kosong dalam sebuah teks. Jadi, jika kita menemukan istilah cloze exercise, artinya kurang lebih sama dengan fill-in-the-blank exercise.


Hal penting yang bisa kita pelajari di sini adalah bahwa ketika menghadapi suatu permasalahan, mencari istilah yang lebih sederhana merupakan salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk memudahkan pemahaman. Kita juga mulai menyadari bahwa setiap prodi di perguruan tinggi memiliki istilah-istilah khas yang akan semakin akrab seiring waktu. Inilah salah satu faktor yang membedakan keahlian seseorang di bidang tertentu nantinya.


Memahami Apa yang Harus Kita Lakukan Terlebih Dahulu

Langkah selanjutnya yang tidak kalah penting adalah memahami instruksi, yaitu mengetahui apa yang harus kita lakukan untuk memecahkan masalah tersebut. Pada tahap ini, kita perlu memperjelas langkah konkret yang harus diambil untuk bertindak atau berupaya menyelesaikan masalahnya. Tentunya, di sinilah proses percobaan (trial and error) terjadi, di mana jika tindakan kita masih salah, kita perlu melakukan refleksi dan evaluasi untuk mengetahui bagaimana memperbaiki kesalahan tersebut dan di mana letak kesalahannya, hingga akhirnya kita berhasil memecahkan masalah tersebut.


Namun, bisa juga terjadi bahwa dalam satu percobaan pertama, kita langsung berhasil menyelesaikan masalah. Jika demikian, tindakan tersebut akan otomatis terekam dalam pikiran kita sebagai langkah yang valid untuk diingat dan digunakan nantinya.


Sebagai contoh, ketika kita mengikuti ujian seleksi masuk perguruan tinggi, permasalahan biasanya disajikan dalam bentuk soal-soal. Seperti yang telah disebutkan pada poin sebelumnya, hal pertama yang perlu kita lakukan adalah mendefinisikan atau memahami konsep-konsep yang kemungkinan besar akan muncul dalam ujian tersebut. Setelah itu, dalam proses pengerjaan, kita harus memperhatikan instruksi dengan cermat, terutama fokus pada kata kerja (verba) atau beberapa kata kunci penting lainnya. Perhatikan contoh instruksi berikut.


"Pilihlah jawaban yang benar di bawah ini: a, b, c, atau d."


Dalam instruksi ini, yang perlu kita garis bawahi adalah kata kerja "Pilihlah" dan kata penghubung "atau". Ini berarti instruksi tersebut meminta kita untuk memilih hanya satu jawaban. Jika kita memilih lebih dari satu, atau tidak memilih sama sekali, maka jawaban kita akan dipastikan salah.


Beberapa Strategi dalam Pemecahan Masalah

Dari sekian banyak strategi untuk memecahkan masalah, tentunya ada beberapa strategi yang sering kita terapkan, bahkan mungkin secara tidak sadar pernah kita lakukan. Berikut ini adalah beberapa contoh strategi pemecahan masalah yang sering kita gunakan dalam keseharian kita.


1. Memvisualisasikan Masalah Tersebut

Strategi pemecahan masalah yang pertama adalah berfokus pada visualisasi masalah yang kita hadapi. Apa maksudnya? Ketika kita ingin memecahkan sebuah masalah, mungkin kita pernah menggunakan metode 5W + 1H, yaitu dengan menggambarkan bagaimana permasalahan tersebut terjadi, mulai dari siapa yang terlibat, mengapa, di mana, kapan, dan apa yang terjadi. Misalnya, kita ingin memecahkan masalah dengan berkata pada diri sendiri:


"Saya belum bisa berbahasa Inggris dengan lancar, dan saya ingin memecahkan masalah ini"


Maka, salah satu strategi yang mungkin kita lakukan adalah menggambarkan dalam pikiran kita, mengapa saya ingin mampu berbicara bahasa Inggris dengan lancar, kapan saya menargetkan untuk mencapai kelancaran, di mana kemungkinan saya akan menerapkan kemampuan ini, serta aspek-aspek pertanyaan lainnya, hingga semuanya tergambar dengan jelas dalam pikiran. Namun, jika kita hanya memvisualisasikan sesuatu dengan jelas dalam pikiran tanpa mencatat atau memperkuatnya, besar kemungkinan kita akan melupakannya di kemudian hari. Inilah kelemahan dari hanya menggambarkan masalah dalam pikiran saja. Meskipun demikian, strategi ini tetap membantu kita memperjelas gambaran masalah yang sedang kita hadapi.


2. Menggambarkannya di Sebuah Kertas

Strategi selanjutnya masih berkaitan dengan strategi pertama, namun di sini merupakan tindak lanjut dari visualisasi permasalahan yang sudah jelas dalam pikiran kita, lalu dituangkan ke dalam bentuk tulisan di kertas atau di era teknologi saat ini, digambarkan melalui gadget, yakni menggunakan berbagai aplikasi khusus yang tersedia. Strategi ini tentu sangat efektif, karena setelah kita memahami masalah melalui metode visualisasi sebelumnya, kita memperjelasnya lagi dengan menuangkannya dalam bentuk konkret. Yang dimaksud dengan menggambarkan permasalahan di kertas ini bisa berupa tabel, mind map, atau teknik visualisasi lainnya.


3. Fokus pada Satuan Pengukuran

Strategi efektif lainnya adalah memperhatikan satuan pengukuran. Di sini, kita melihat data secara lebih spesifik. Seperti yang kita ketahui, satuan pengukuran meliputi satuan waktu, satuan panjang, satuan massa, dan satuan-satuan lainnya. Hal ini penting karena akan ada kesimpulan yang bisa kita tarik atau implikasi yang dapat diambil dari data satuan pengukuran tersebut.


Misalnya, seorang pedagang kolang-kaling mencatat hasil penjualannya setiap bulan. Berdasarkan data yang ada, penjualan tertinggi sering kali terjadi di akhir bulan Ramadhan. Pada tahun pertama, kemungkinan pedagang tersebut merasa terkejut melihat hasil penjualannya. Kemudian, di tahun kedua, ia mencoba kembali berdagang kolang-kaling dengan stok yang lebih banyak dan pemasaran yang lebih luas. Hasilnya ternyata kembali memuaskan. Hal yang sama terjadi pada tahun ketiga. Dari sini, pedagang tersebut mulai melihat pola hasil dagangannya berdasarkan data yang telah dikumpulkannya dari tahun pertama hingga tahun berjalan. Ia mengamati bahwa potensi kenaikan penjualan ini kemungkinan besar disebabkan oleh perayaan hari raya Idul Fitri, di mana banyak orang membuat berbagai makanan manis yang membutuhkan kolang-kaling sebagai salah satu bahan dasarnya. Satuan pengukuran yang terlibat di sini adalah satuan waktu, yaitu setiap tahun, serta satuan massa untuk menentukan seberapa banyak kolang-kaling yang perlu ditambahkan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika di tahun berikutnya terjadi kegagalan, tentunya evaluasi akan dilakukan untuk mencari tahu penyebabnya, lalu diputuskan apakah jumlah kolang-kaling yang dijual perlu dikurangi, dipertahankan, atau justru ditambah lagi di tahun selanjutnya.


Di sinilah peran satuan pengukuran menjadi krusial sebagai salah satu faktor penentu dalam pengambilan keputusan saat menghadapi sebuah permasalahan.


4. Definisikan Kata Kunci dan Frasa

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa mendefinisikan sebuah istilah merupakan hal yang penting untuk memahami suatu permasalahan. Lebih spesifiknya, strategi ini dapat dilakukan dengan cara menuliskan daftar istilah-istilah yang belum kita ketahui, atau istilah yang sekilas kita kenali, tetapi belum benar-benar kita pahami. Dari sini, kita dapat memeriksa istilah tersebut melalui Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamus bahasa Inggris, atau jika istilah tersebut berasal dari bahasa asing lainnya, kita dapat mengeceknya di kamus bahasa asing tersebut yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.


Selain istilah, ada juga yang disebut frasa, yaitu kumpulan kata-kata yang membentuk satu kesatuan makna namun belum mencapai tingkat kalimat. Misalnya, ketika kita menemukan frasa "Sang Mentari", meskipun kita familiar dengan frasa tersebut, bisa jadi kita hanya mengenalinya tanpa benar-benar memahami arti dari kata "sang" dan "mentari" secara terpisah. Setelah kita mengecek di Kamus Besar Bahasa Indonesia, kita akan menemukan bahwa "sang" adalah kata yang digunakan di depan nama orang, binatang, atau benda yang dianggap hidup atau dimuliakan, sedangkan "mentari" berarti nama lain dari matahari.


Dengan demikian, kita mulai memahami bahwa frasa "Sang Mentari" bermakna bahwa orang yang mengucapkannya seolah-olah memuliakan atau meninggikan nilai matahari. Tujuannya kemungkinan besar adalah untuk memperindah ungkapan, dan frasa semacam ini cocok digunakan dalam karya sastra seperti puisi, monolog, atau konteks artistik lainnya.


5. Identifikasi "Akar Permasalahannya" dengan Teliti

Salah satu strategi pemecahan masalah yang tidak kalah pentingnya adalah menyelidiki apa akar masalah yang sebenarnya. Perhatikan kasus berikut:


Pada tanggal 13 Oktober 1972, terjadi sebuah insiden di mana pesawat Uruguay Air Force Flight 571 mengalami kecelakaan dan menelan banyak korban jiwa, meskipun ada beberapa penumpang yang berhasil bertahan hidup. Singkatnya, permasalahan utama yang muncul bagi mereka adalah bagaimana mereka bisa bertahan hidup tanpa adanya sumber makanan sama sekali di sekeliling mereka, mengingat insiden ini terjadi di Pegunungan Andes yang dikelilingi oleh suhu yang sangat dingin dan tidak ada makanan sedikitpun untuk mereka. Para penumpang yang selamat ini kemudian berdiskusi untuk mencari solusi bagaimana mereka dapat memperoleh makanan demi mempertahankan hidup. Pada akhirnya, tidak ada pilihan lain selain memakan mayat penumpang lain yang telah meninggal di lokasi kejadian (Sumber: Britannica).


Dari permasalahan di atas, mungkin kedengarannya sangat menakutkan, namun jika kita berpikir secara realistis, dalam kondisi seperti itu, ada dua pilihan, yakni membiarkan diri kelaparan hingga meninggal, atau memakan daging dari mayat penumpang yang telah meninggal. Semua kembali lagi pada bagaimana kita memecahkan masalah yang dihadapi.


Nah, sekarang ada pertanyaan menarik untuk dipertimbangkan. Coba teman-teman Caravel renungkan juga, yaitu apa yang akan terjadi jika, misalnya, si A dan B terdampar di sebuah pulau tanpa makanan sama sekali, dan mereka ingin memecahkan masalah untuk bisa bertahan hidup? Bagaimana solusi yang mungkin diambil dalam situasi seperti itu?


Contoh lain yang lebih sederhana adalah ketika kita menghadapi sebuah permasalahan, misalnya baterai HP yang cepat habis, lalu kita langsung menyimpulkan bahwa solusinya adalah membeli baterai baru, dengan alasan baterai tersebut kemungkinan sudah lama digunakan dan waktunya untuk diganti. Namun, jika kita selidiki lebih teliti, akar permasalahannya ternyata terletak pada banyaknya aplikasi yang berjalan di HP. Jadi, membeli baterai baru dengan kualitas yang sama pun tidak akan mengubah keadaan jika permasalahannya sebenarnya terletak pada banyaknya aplikasi, bukan pada usia baterai itu sendiri. Inilah yang disebut dengan mencari akar dari sebuah permasalahan.


Itulah postingan kali ini tentang topik pemecahan masalah. Tentunya masih akan ada postingan-postingan selanjutnya yang berkaitan dengan konsep pemecahan masalah ini. Sampai jumpa di postingan berikutnya, dan semoga postingan ini bermanfaat untuk teman-teman Caravel. See you! 😊


Referensi


Dutcher, L. (n.d.). Academic Skills for University Success. Coursera. https://www.coursera.org/specializations/academic-skills.


Pólya, G., & Conway, J. H. (1957). How to solve it: a new aspect of mathematical method (p. 2015). Princeton: Princeton University Press.


Tikkanen, A. (2025, February 3). Uruguayan Air Force flight 571. In Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com/event/Uruguayan-Air-Force-flight-571

No comments:

Post a Comment

Pages