Skripsi, Tesis, dan Disertasi - Apa Perbedaannya?


Di postingan kali ini, Mimin Caravel akan menjelaskan perbedaan antara skripsi, tesis, dan disertasi. Pada dasarnya, ketiga hal tersebut merupakan bentuk tugas akhir yang harus dilalui oleh seorang mahasiswa sesuai dengan jenjang pendidikan dan standar tertentu. Sangat penting untuk memahami perbedaan dasar antara skripsi, tesis, dan disertasi, karena hal ini memberikan gambaran awal tentang apa yang akan kita hadapi selama menjalani masa kuliah. Di postingan selanjutnya, mimin akan membahas topik yang lebih mendalam mengenai proses penulisan tugas akhir, baik itu skripsi, tesis, maupun disertasi. Lebih jelasnya, di postingan kali ini, mimin akan menjelaskan di mana letak perbedaan ketiga jenis tugas akhir tersebut. Jika diterjemahkan ke dalam konteks bahasa Inggris, istilah-istilah ini juga mengalami sedikit pergeseran makna dan penjelasannya akan dibahas lebih lanjut di bawah ini.


Apa itu Skripsi?

Seperti yang kita ketahui, skripsi merupakan salah satu bentuk tugas akhir di dunia perkuliahan. Namun, tidak semua tugas akhir di perguruan tinggi berbentuk skripsi. Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan skripsi?


Binus University Graduate Program dalam situs resminya menjelaskan bahwa dari aspek akademik, skripsi memiliki bobot ilmiah yang lebih rendah dibandingkan dengan tesis dan disertasi. Namun, justru karena berada di tingkat awal, proses bimbingannya lebih intensif. Hal ini karena mahasiswa dianggap masih baru dalam dunia akademik dan membutuhkan pendampingan yang lebih banyak.


Sementara itu, situs resmi Coding Studio mendefinisikan skripsi sebagai karya tulis ilmiah yang dihasilkan melalui proses penelitian oleh mahasiswa jenjang S1 ini. Selain pengelompokan berdasarkan tingkat pendidikan, Quipper Campus juga menjelaskan bahwa skripsi merupakan tugas akhir mahasiswa. Dalam artikelnya, penulisnya membandingkan bahwa di Indonesia, skripsi umumnya menjadi syarat wajib untuk menyelesaikan studi S1. Sementara itu, beberapa kampus di luar negeri hanya mensyaratkan coursework, di mana mahasiswa cukup memenuhi jumlah kredit dan menyelesaikan semua mata kuliah. Selain itu, terdapat juga bentuk tugas akhir berupa proyek, yang bisa dikerjakan secara individu maupun berkelompok.


Di Indonesia sendiri, sebenarnya ada beberapa kampus yang hanya mensyaratkan publikasi jurnal ilmiah dari hasil penelitian tanpa perlu menulis skripsi panjang. Hal ini sejalan dengan informasi dari situs Revo Edu yang menyebutkan bahwa tugas akhir di beberapa perguruan tinggi dapat berbentuk proyek akhir, portofolio studi kasus, atau bahkan ujian komprehensif. Misalnya, jika ada kampus yang cukup dengan melakukan penelitian berupa studi kasus dan bahkan dipublikasikan di jurnal ilmiah, maka itu sudah dianggap memenuhi syarat kelulusan.


Dalam situs resminya, Brain Academy by Ruangguru juga menjelaskan bahwa untuk dapat mengajukan skripsi, mahasiswa umumnya harus memenuhi sejumlah persyaratan, seperti jumlah minimal Sistem Kredit Semester (SKS), menyelesaikan KKN, laporan magang atau PKL, serta lulus seminar proposal. Tentunya, syarat-syarat ini dapat berbeda tergantung pada kebijakan universitas atau fakultas masing-masing.


Jadi, secara keseluruhan, walaupun skripsi memiliki bobot ilmiah yang lebih rendah dibandingkan tesis atau disertasi, fase ini merupakan momen penting bagi mahasiswa untuk belajar menjadi peneliti. Dalam prosesnya, mahasiswa akan didampingi oleh para pembimbing yang sudah berpengalaman di bidangnya. Ketika nanti kita ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi, pengerjaan tesis dan disertasi akan sedikit berbeda dalam hal tantangan pengerjaannya.


Apa itu Tesis?

Setelah menyelesaikan jenjang kuliah S1, jika kita melanjutkan ke jenjang S2, beberapa universitas menerapkan tesis sebagai tugas akhir mahasiswa. Tesis ini sedikit berbeda dengan skripsi. Seperti yang dilansir lagi dari situs Binus University Graduate Program, bobot ilmiah tesis lebih tinggi dibandingkan skripsi. Proses penulisannya pun sebagian besar menjadi tanggung jawab mahasiswa, meskipun tetap ada pembimbing yang mendampingi progres selama studi.


Menariknya, Jonathan (2023) dari situs resmi SUN Education menjelaskan bahwa dalam bahasa Inggris, istilah 'skripsi' tetap disebut sebagai thesis, baik untuk jenjang S1 maupun S2. Hanya saja, di Indonesia kita membedakan penyebutannya, 'skripsi' untuk S1 dan 'tesis' untuk S2. Oleh karena itu, ketika menulis tesis di jenjang S2, pengetahuan dan pengalaman dari S1, khususnya dalam menulis skripsi, bisa menjadi bekal awal yang mempermudah kita memahami proses penulisan, sistem bimbingan, hingga publikasinya nanti.


Seperti yang dilansir dari situs resmi Munich Business School (MBS), secara umum, jenjang S1 memerlukan waktu sekitar 4 tahun, meskipun durasinya dapat berbeda tergantung kebijakan masing-masing universitas. Tujuan pendidikan S1 adalah untuk memperluas pengetahuan dasar sesuai jurusan yang diambil. Skripsi pada akhir masa studi menjadi bukti bahwa kita mampu menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama 4 tahun tersebut dalam bentuk kontribusi pengetahuan, baik melalui publikasi karya tulis skripsi itu sendiri bahkan ke dalam bentuk jurnal ilmiah.


Selain itu, berdasarkan dari MBS juga dan situ resmi LSPR Institute of Communication and Business, menjelaskan bahwa di jenjang S2, fokus pembelajaran lebih mengarah pada pendalaman ilmu dari S1 dan mengerucut ke arah spesialisasi. Misalnya, jika di S1 kita mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, maka di S2 ada yang tetap mengambil Pendidikan Bahasa Inggris, ada yang memilih Pendidikan murni, Linguistik, atau program studi lain yang masih berkaitan. Apa pun jurusan yang diambil saat S2, tidak ada yang benar-benar 'tidak linear'. Kombinasi antara ilmu di S1 dan S2, yang umumnya ditempuh dalam 2 tahun, diharapkan dapat menjadikan mahasiswa S2 sebagai spesialis di bidang tertentu dan memperjelas arah karier yang ingin dituju nanti.


Apa itu Disertasi?

Disertasi merupakan bentuk tugas akhir bagi mahasiswa program doktoral (S3) untuk memperoleh gelar doktor. Seperti yang dijelaskan dalam situs resmi Binus University Graduate Program juga, penulisan disertasi umumnya dilakukan secara mandiri oleh mahasiswa, dengan pendampingan dari pembimbing yang relatif minim. Situs resmi Universitas Prasetiya Mulya juga menyatakan bahwa disertasi merupakan karya ilmiah yang lebih menantang, karena menuntut peneliti untuk menemukan sesuatu yang benar-benar baru.


Perbedaan mencolok antara disertasi dan karya ilmiah di jenjang sebelumnya juga terlihat dari jumlah bab dan halaman yang lebih banyak. Jenis penelitian yang dilakukan pada jenjang S3 umumnya bersifat eksplanatori, yaitu penelitian yang mendalam dan umunya, lebih bertujuan untuk menemukan hubungan kausal (sebab-akibat), bukan sekadar eksploratif atau deskriptif.


Dalam penelitian eksplanatori, peneliti berfokus pada temuan-temuan dari penelitian sebelumnya yang bersifat eksploratif maupun deskriptif. Korelasi yang ditemukan pada penelitian-penelitian jenis deskriptif menjadi dasar untuk membangun hipotesis kausal yang lebih pasti. Luaran dari penelitian eksplanatori diharapkan mampu memberikan kepastian ilmiah terhadap suatu fenomena.


Untuk penjelasan lebih lengkap, mimin Caravel juga telah membahas jenis-jenis penelitian ini pada postingan sebelumnya, 3 Jenis Tujuan Penelitian yang Perlu Kamu Ketahui, serta bagaimana jenis penelitian ini memengaruhi jenjang studi kita. Misalnya, dalam penelitian eksploratif, peneliti mencoba menginvestigasi kasus kecelakaan yang terjadi saat musim hujan, terbatas pada kejadian pada hari tertentu saja. Pada penelitian deskriptif, peneliti mulai berasumsi bahwa hujan mungkin berpengaruh terhadap kecelakaan tersebut, dan menemukan adanya korelasi, yakni ketika hujan turun, risiko kecelakaan meningkat. Namun, ini masih sebatas korelasi, belum membuktikan adanya hubungan sebab-akibat.


Nah, di jenjang S3 inilah, peneliti dituntut untuk dapat menyimpulkan secara ilmiah bahwa hujan menyebabkan kecelakaan, jika memang demikian adanya. Proses ini sangat menantang karena penelitian eksplanatori menuntut pembuktian hubungan kausal yang pasti, bukan hanya eksplorasi fenomena atau pencarian korelasi. Meskipun demikian, literatur dari penelitian sebelumnya yang bersifat eksploratif maupun deskriptif tetap menjadi referensi penting dalam menyusun dan menjalankan penelitian eksplanatori.


Perbandingan Skripsi, Tesis, dan Disertasi secara Hukum di Indonesia

Jika ditinjau secara kontekstual di Indonesia, istilah-istilah seperti skripsi, tesis, dan disertasi memiliki makna yang berbeda dibandingkan dengan di luar negeri. Seperti yang telah mimin Caravel jelaskan sebelumnya, istilah skripsi bersifat kontekstual. Di luar negeri, karya ilmiah pada jenjang S1 umumnya disebut thesis, sama seperti sebutan untuk karya ilmiah jenjang S2 di Indonesia.


Dalam konteks ini, kita akan melihat perbandingan antara skripsi, tesis, dan disertasi dari sudut pandang hukum di Indonesia. Referensi yang digunakan berasal dari dokumen peraturan perundang-undangan yang dapat diakses langsung melalui database regulasi pemerintah, tautan menuju sumber tersebut sudah mimin sediakan di bagian referensi.


Referensi utama dalam pembahasan ini bersumber dari situs resmi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Namun, mimin Caravel telah memperbaruinya karena salah satu peraturan perundang-undangan yang dirujuk sebelumnya sudah tidak berlaku lagi. Ada 2 dokumen peraturan utama yang menjadi dasar perbandingan antara skripsi, tesis, dan disertasi di Indonesia, yaitu:


1. Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012, perbedaan skripsi (S1), tesis (S2), dan disertasi (S3) di Indonesia terletak pada tingkat kompleksitas, tujuan, dan kontribusi akademik yang diatur sesuai level kualifikasi. Skripsi, KKNI Level 6, bertujuan membuktikan kemampuan mahasiswa S1 dalam mengaplikasikan ilmu secara prosedural untuk menyelesaikan masalah dengan pendekatan monodisiplin. Di samping itu, tesis, dengan KKNI Level 8, mengharuskan mahasiswa S2 mengembangkan pengetahuan/teknologi melalui riset inovatif dan teruji dengan pendekatan inter/multidisiplin. Sementara disertasi, dengan KKNI Level 9, menuntut mahasiswa S3 menciptakan teori/konsep/gagasan baru yang orisinal, kreatif, dan teruji melalui riset transdisiplin, serta berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan yang berdampak nasional/internasional. Dengan demikian, ketiga karya ilmiah ini secara berurutan menecerminkan peningkatan kompetensi akademik sesuai jenjang pendidikan tinggi yang dijamin secara hukum melalui KKNI.


2. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi yang menggantikan Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020, perbedaan skripsi (S1), tesis (S2), dan disertasi (S3) di Indonesia diatur melalui standar kompetensi lulusan dan kriteria tugas akhir sesuai jenjang pendidikan. Skripsi (S1) bertujuan membuktikan kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah secara prosedural melalui tugas akhir berbentuk skripsi, prototype, proyek, atau sejenisnya seperti yang tertera di Pasal 18, dengan beban belajar minimal 144 SKS dan pendekatan monodisiplin. Tesis (S2) menuntut pengembangan ilmu melalui riset inovatif berbentuk tesis, tertera pada Pasal 19, dengan beban belajar 54-72 SKS dan pendekatan multidisiplin/interdisiplin. Sementara disertasi (S3) mengharuskan penciptaan karya orisinal berbentuk disertasi, tertulis di Pasal 20, dengan fokus penelitian transdisiplin selama minimal 4 semester. Peraturan ini mengintegrasikan penjaminan mutu melalui akreditasi, menekankan pemenuhan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN Dikti), serta mencabut Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020. Dengan demikian, ketiga karya ilmiah ini secara berurutan mencerminkan peningkatan kompleksitas, inovasi, dan kontribusi akademik sesuai jenjang pendidikan tinggi yang dijamin melalui sistem penjaminan mutu terpadu.


Intinya, secara umum, tingkat kompleksitas dari skripsi hingga disertasi tentu semakin meningkat. Dalam praktiknya, ketika teman-teman melakukan penelitian di jenjang yang berbeda, perbedaan tersebut akan terasa langsung, mulai dari aspek umum seperti bobot ilmiah, hingga hal-hal yang lebih spesifik seperti jumlah minimal daftar pustaka dalam penelitian. Selain itu, konteks juga berpengaruh, baik dari segi istilah maupun peraturan atau standar karya ilmiah tersebut. Misalnya, jika kita tinggal di Indonesia, tentu akan ada perbedaan maupun kesamaan dengan standar yang berlaku di negara lain. Itulah yang bisa Mimin tulis pada postingan kali ini. Semoga ada hal yang bermanfaat yang bisa teman-teman Caravel ambil. Jika ada yang ingin didiskusikan, silakan tinggalkan komentar di kolom yang tersedia di bawah ya. Sampai jumpa di postingan selanjutnya! 😊


Referensi


BINUS University. (2021). Skripsi, Tesis, Dan Disertasi, Apa Saja Perbedaannya?. BINUS University - Graduate Program. https://graduate.binus.ac.id/2021/11/06/skripsi-tesis-dan-disertasi-apa-saja-perbedaannya/ 


Coding Studio Team. (2023). Mengenal Apa Itu Skripsi, Jenis Dan Tahap Pembuatannya. Coding Studio. https://codingstudio.id/blog/mengenal-apa-itu-skripsi-jenis/ 


Institut Teknologi Sepuluh Nopember. (n.d.). Skripsi S1 vs. Tesis S2 vs. Disertasi S3 - Departemen Sistem informasi. https://www.its.ac.id/si/program-studi-s2/skripsi-s1-vs-tesis-s2-vs-disertasi-s3/ 


Jonathan. (2023). Gambaran Skripsi di Luar negeri, Apakah Beda Dari Indonesia? SUN Education Group. https://suneducationgroup.com/app/sun-media-app/news-app/trivia-app/skripsi-di-luar-negeri-seperti-apakah/ 


LSPR News. (2024). Apa Itu Tesis? Publikasi Akademik Untuk mendapat gelar master. LSPR Institute. https://www.lspr.ac.id/apa-itu-tesis/ 


Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (2023). Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi. Database Peraturan | JDIH BPK. https://peraturan.bpk.go.id/Details/265158/permendikbudriset-no-53-tahun-2023


Munich Business School. (n.d.). Difference Bachelor Master: The Ultimate Guide. Munich Business School | Difference Bachelor Master explained. https://www.munich-business-school.de/en/l/degree-programs/difference-bachelor-master-explained


Nanda, S. (2024). Skripsi: Definisi, Cara membuat, Tujuan, Tahapan, & struktur. Portal Belajar & Latihan Soal Terlengkap | Blog Brain Academy -. https://www.brainacademy.id/blog/apa-itu-skripsi 


Peraturan Presiden (2012). Perpres No. 8 tahun 2012. Database Peraturan | JDIH BPK. https://peraturan.bpk.go.id/Details/41251/perpres-no-8-tahun-2012 


Quipper Campus Team. (n.d.). Skripsi - Definisi dan pengertiannya. Quipper Campus. https://campus.quipper.com/kampuspedia/skripsi 


Universitas Prasetiya Mulya. (2023). Mengenal Apa Itu Skripsi, Tesis, Dan Disertasi Serta Berbagai Perbedaannya. https://www.prasetiyamulya.ac.id/mengenal-apa-itu-skripsi-tesis-dan-disertasi-serta-berbagai-perbedaannya/ 


SilviaK. (2025). Kuliah Tanpa Skripsi: Pilihan kampus Dan Jurusan di Indonesia. Revo EDU. https://revoedu.org/kuliah-tanpa-skripsi-pilihan-kampus-dan-jurusan-di-indonesia/ 

No comments:

Post a Comment

Pages