Dari sekian banyak semester yang telah saya lewati, termasuk semester sebelumnya, Semester 6, Langkah Awal Menyusun Jalan Menuju Akhir Studi, dengan segala dinamika dunia perkuliahan, mulai dari rasa antusias yang tak terkendali hingga mencapai titik di mana saya benar-benar meragukan diri sendiri dan merasa berada dalam kegelapan, semester 7 ini membuat saya semakin bersyukur atas semua yang telah saya lalui. Pada akhirnya, semua itu menjadi bagian dari cerita yang unik dan berkesan bagi saya pribadi. Tak terasa, di semester ini saya sudah mulai menulis proposal penelitian dan menjalani magang di salah satu sekolah paling populer di Kota Tasikmalaya, yaitu SMAN 2 Tasikmalaya, yang biasa dikenal dengan sebutan SMANDA. Pada postingan kali ini, saya akan membagikan berbagai kegiatan signifikan yang saya lakukan selama semester 7, serta pelajaran penting yang dapat saya ambil dari pengalaman tersebut.
Masih Tertarik Mata Kuliah Elektif
Seharusnya, seperti yang sudah saya tuliskan di judul, fokus utama saya di semester ini adalah pada magang dan penelitian. Namun, kenyataannya saya masih tertarik untuk mengambil salah satu mata kuliah, yaitu English for Tourism. Alasan saya mengambil mata kuliah tersebut adalah karena selama masa pandemi, saya tidak memiliki banyak aktivitas, sehingga saya memutuskan untuk menyibukkan diri dengan mengikuti satu mata kuliah tambahan. Perkuliahan tentunya dilaksanakan secara daring, dan tantangan utamanya adalah semua hal harus dikerjakan secara mandiri. Jika biasanya saya bisa berkomunikasi dan berdiskusi langsung dengan teman-teman di lingkungan kampus, selama pandemi saya harus beradaptasi dengan berkomunikasi secara terbatas melalui perangkat yang saya miliki. Terus terang, saya mengambil mata kuliah ini bukan karena kontennya menjadi prioritas utama, tetapi karena ingin menambah jumlah kredit dan tentu saja mengejar nilai. Saya menyadari bahwa pola pikir seperti ini tidak sepenuhnya tepat, namun saat itu saya mempertimbangkan bahwa saya perlu mendapatkan IPK yang memuaskan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2. Terlebih lagi, saya berencana menempuh jalur beasiswa, yang tentu sangat kompetitif dan menjadikan IPK sebagai salah satu faktor penentu yang cukup penting.
PLP di Masa Pandemi Covid-19
Salah satu kegiatan utama di semester ini adalah Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP), yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan school-based internship. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan bentuk magang dengan durasi sekitar dua bulan. Seperti biasanya, tugas akhir dari kegiatan PLP bagi mahasiswa jurusan pendidikan, termasuk saya, adalah menyusun laporan hasil pelaksanaan magang tersebut. Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, saya melaksanakan PLP di SMAN 2 Tasikmalaya dan dibimbing oleh guru pembimbing, atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai mentor teacher. Beruntungnya, beliau sangat menyambut saya dan beberapa teman yang satu kelompok dengan saya juga dengan hangat, serta membimbing kami dengan baik. Beliau menjelaskan deskripsi pekerjaannya secara jelas dan mendelegasikan beberapa tugas kepada kami. Melalui bimbingan tersebut, saya mulai familiar dengan berbagai berkas administrasi sekolah, seperti silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hingga praktik mengajar secara daring. Khususnya dalam masa pandemi ini, seluruh administrasi sekolah disesuaikan dengan kondisi pembelajaran jarak jauh. Menurut saya, pengalaman praktik seperti ini sangat berharga karena inilah bentuk pembelajaran yang saya cari, yakni pelaksanaan proyek yang diakhiri dengan evaluasi terhadap hal-hal yang perlu dipertahankan maupun diperbaiki. Oleh karena itu, saya pribadi lebih menyukai pembelajaran yang seimbang antara teori dan praktik.
Penulisan Proposal Penelitian
Selanjutnya, kegiatan utama lainnya di semester ini adalah penulisan proposal penelitian. Inilah tahap awal dari proses penulisan skripsi, meskipun pada tahap ini belum langsung menulis skripsi, melainkan harus menyusun proposal terlebih dahulu. Saya memahami bahwa tujuan lembaga mewajibkan penulisan proposal terlebih dahulu agar proses penelitian lebih sistematis, sehingga mahasiswa memiliki pengalaman yang lebih mendetail tentang bagaimana memulai sebuah penelitian dengan prosedur yang kompleks dan dilakukan secara hati-hati. Harapannya, hal ini dapat meningkatkan kualitas hasil penelitian mahasiswa. Saya memahami pentingnya proses ini karena saya sebelumnya telah memiliki pengalaman dalam publikasi jurnal ilmiah dari hasil penelitian kolaboratif bersama teman-teman saya, yang dibimbing oleh dosen kami. Saat itu, kami tidak melalui tahap penulisan proposal sama sekali, melainkan kami langsung turun ke lapangan untuk mengambil data, menganalisisnya, dan mempublikasikan hasilnya di salah satu website resmi jurnal ilmiah universitas.
Awalnya, semua mahasiswa diberi kesempatan untuk memilih dosen pembimbing, tetapi keputusan akhir tetap ditentukan oleh pihak lembaga. Akhirnya, saya mendapatkan satu dosen pembimbing yang saya pilih, dan satu lagi ditentukan dari prodinya. Setelah itu, saya dan mahasiswa lainnya diwajibkan menulis rancangan penelitian tentatif yang memuat judul, pertanyaan penelitian, metode yang digunakan, serta tinjauan pustaka singkat lengkap dengan referensi untuk memperkuat dasar penelitian yang akan dilakukan. Barulah setelah itu, saya mulai menulis proposal penelitian secara lengkap. Saya sangat bersyukur karena pada semester 7 ini saya berhasil menyelesaikan proposal penelitian tepat waktu, sehingga di semester 8 nanti saya bisa langsung melanjutkan ke tahap penulisan skripsi.
Dulu Merasa Hanya Ilusi Saja
Yang masih membekas dalam ingatan saya selama masa magang adalah sekolah tempat saya menjalani praktik tersebut, yaitu SMAN 2 Tasikmalaya (SMANDA). Mengapa? Karena ternyata sekolah ini pernah saya kunjungi ketika masih aktif di kegiatan Pramuka saat bersekolah di SMK. Waktu itu, saya mengikuti perlombaan Pramuka yang diadakan di SMANDA, tetapi jujur saja, saya tidak terlalu memperhatikan nama sekolahnya. Saat itu, saya memang tidak terlalu bersemangat menjalani masa sekolah karena saya merasa berada di tempat yang tidak sesuai dengan keinginan dan potensi saya. Yang mengejutkan, saya dulu melihat sekolah ini sebagai sekolah elit, tempat orang-orang berkemampuan tinggi menempuh pendidikan. Tapi, seperti sebuah keajaiban, Allah menuntun saya kembali ke sekolah ini, bukan sebagai siswa, melainkan sebagai pengajar. Luar biasa, bukan? Jika bukan karena kehendak-Nya, seberapa besar pun usaha saya, saya mungkin tidak akan pernah menginjakkan kaki di sana dalam posisi seperti sekarang. Pengalaman ini memberi pelajaran besar bagi saya dan membentuk pola pikir baru bahwa hadiah dari Allah sering kali datang dengan cara yang tak terduga. Saat dulu saya melihat SMANDA sebagai harapan di masa SMK, saya tidak pernah terlalu berharap tinggi, tetapi juga tidak merendahkan diri sendiri. Saya tahu saya harus berusaha agar pantas berada di lingkungan seperti itu. Memang, pemikiran ini sangat abstrak, tetapi dari sanalah saya belajar untuk terus melakukan perbaikan-perbaikan kecil dan memahami arah hidup saya, serta memanfaatkan apa yang ada saat ini sebagai jembatan menuju masa depan.
Akhirnya, serumit apa pun polanya, jika kita berusaha merapihkan dan menyelaraskan setiap langkah dengan tujuan utama kita, bukan tidak mungkin harapan kecil di masa lalu akan hadir kembali sebagai jalan menuju impian yang lebih besar. Contohnya, salah satu harapan saya yang belum terwujud hingga saat ini adalah pergi ke kota London, Inggris. Entahlah, jika memang itu takdir saya, mungkin suatu hari saya akan sampai di sana. Namun, saya belajar dari pola masa lalu di mana dulu saya bermimpi ke London, tetapi justru berkesempatan mengunjungi beberapa negara di Eropa terlebih dahulu. Ini semacam jawaban tidak langsung dari harapan saya. Meskipun belum ke London, saya sudah merasakan naik pesawat jarak jauh dan berada di negeri Barat, yang pada akhirnya membuat ekspektasi saya terhadap London sedikit mereda. Saya jadi lebih sadar bahwa esensinya bukan soal kotanya, melainkan pengalaman berada di luar negeri dan memahami dunia yang lebih luas. Namun, bukan berarti saya menghapus mimpi itu. Saya hanya lebih sadar bahwa impian London itu hanyalah obsesi besar yang lahir dari keinginan kuat untuk melihat dunia. Kini, saya lebih fokus menjadi pembelajar seumur hidup, memperhatikan pola-pola kecil yang telah terjadi, dan menjadikannya fondasi untuk melangkah lebih baik ke masa depan.
Semakin Jelas Arah Ingin Ke Mana
Hal yang menjadi pelajaran besar selanjutnya adalah bahwa saya semakin memahami ke mana saya ingin membawa diri saya ke depannya. Di titik ini, bidang pendidikan semakin menjadi sorotan utama dalam hidup saya. Entah mengapa, saya sudah menikmati bidang ini sejak kecil. Saya masih ingat, ketika kecil saya sering bermain roleplay bersama teman dengan berperan sebagai guru. Meskipun saya belum memahami materi pelajaran dengan baik, keinginan saya untuk mengubah pola pikir seseorang menjadi lebih positif sudah muncul sejak saat itu. Intinya, saya ingin mengajak orang lain untuk berani bermimpi. Saya juga masih teringat bahwa mimpi utama saya saat itu adalah pergi ke luar negeri. Hal ini dipicu oleh ucapan seorang guru pengajian saya yang mengatakan, “Jangan hanya tinggal di kampung ini saja, mulailah bereksplorasi karena dunia ini sangat luas, ambillah pelajaran darinya”. Sejak saat itu, saya mulai berpikir, “Oh iya ya, dunia ini luas. Kenapa saya harus terjebak di satu tempat saja?” Pemikiran tersebut kemudian berkembang menjadi ambisi yang tidak terbendung. Sampai sekarang, saya tidak tahu apakah ambisi itu adalah kutukan atau berkah, tapi yang pasti, ia masih menyala seperti api abadi yang tertanam di hati saya.
Refleksi ini kembali muncul dengan kuat saat saya menulis proposal penelitian. Saya mulai bertanya secara mendalam pada diri sendiri: mengapa saya memilih judul tersebut? Pasti ada makna yang lebih dalam di baliknya. Saya pun mulai mengamati lebih cermat dan akhirnya menyadari bahwa aspek yang paling menonjol dari pilihan saya bukanlah sisi bahasa Inggrisnya, melainkan sisi pendidikannya. Judul penelitian yang saya pilih berkaitan dengan pendidikan dan teknologi, karena saya memiliki ketertarikan yang besar terhadap dunia pendidikan, meskipun saya juga menyukai teknologi. Namun, ketertarikan saya terhadap pendidikan tetap yang paling dominan. Jika saya harus jujur, ambisi saya terhadap teknologi juga sebenarnya sangat besar, tetapi kondisi finansial membuat saya menjadi lebih realistis dan menurunkan ekspektasi. Maka dari itu, fokus utama saya tetap di dunia pendidikan, dan inilah yang melandasi saya dalam membangun website Caravel ini.
Dinamika Hubungan dengan Manusia
Pelajaran penting lainnya yang saya dapatkan adalah mengenai dinamika hubungan antar manusia. Saya berhasil menyelesaikan proposal penelitian hingga akhir semester 7 ini bukan tanpa tantangan, justru ada banyak sekali rintangan, terutama dalam hal interaksi dengan dosen pembimbing. Dalam proses ini, saya berusaha mengamati dan memahami bagaimana melakukan pendekatan yang tepat kepada mereka demi mengejar target menyelesaikan proposal penelitian pada semester ini, terlebih di masa pandemi ketika hampir semua kegiatan dilakukan secara daring. Tantangan utamanya saat itu adalah menyelaraskan ketersediaan waktu antara kedua dosen pembimbing saya dan saya sendiri. Jujur saja, saya adalah tipe orang yang kurang sabar, sehingga menghadapi situasi seperti ini terasa cukup menyulitkan, karena saya harus menyesuaikan dengan jadwal orang lain.
Selain itu, saya juga menyadari bahwa mereka berdua adalah manusia, dan saya pun demikian. Kita tidak bisa mengendalikan manusia sepenuhnya, karena pada akhirnya kendali itu ada di tangan mereka masing-masing, termasuk teman-teman Caravel yang sedang membaca artikel saya ini. Lalu, bagaimana solusinya? Solusi yang saya terapkan saat itu adalah dengan selalu bertanya pada diri sendiri: Apakah saya sudah bertindak dan berusaha semaksimal mungkin? Jika jawabannya iya, namun hasilnya belum terlihat, maka sisanya saya serahkan kepada Rabb saya. Namun, ini bukan berarti saya menyerah. Saya tetap memaksimalkan energi saya dengan fokus pada prioritas lain. Saat itu, saya juga sedang mengajar di sebuah sekolah. Jadi, saya menerapkan focus switching secara fleksibel di mana ketika belum ada respons dari dosen, saya mengalihkan perhatian dan energi saya ke pekerjaan part-time saya sebagai guru di sekolah tersebut.
Itulah artikel yang dapat saya tuliskan untuk semester 7 ini. Kini, semester 8 semakin mendekat, semester di mana seharusnya saya menyelesaikan studi saya. Namun, seperti biasa, ada saja drama kehidupan yang mempersulit keadaan. Tentunya, cerita itu akan saya bagikan di postingan selanjutnya. Semoga dari tulisan kali ini ada beberapa hal bermanfaat yang bisa diambil. Sampai jumpa di postingan berikutnya!
No comments:
Post a Comment