Berbagi Cahaya Pendidikan di SMK Islam Paniis Selama 2 Tahun


Dalam postingan sebelumnya, saya telah membagikan sedikit cerita tentang perjalanan satu tahun saya di SMK Ar Ridwan Cintamulya. Setelah menyelesaikan tugas mengajar di sana, saya menantikan beberapa bulan dan tanpa ragu menghubungi kepala sekolah SMK Islam Paniis, yang sebelumnya telah saya hubungi tahun sebelumnya. Namun, beliau merekomendasikan saya untuk terlebih dahulu mengajar di SMK Ridwan Cintamulya. Beliau menjelaskan bahwa setelah satu tahun di sana, saya bisa mencoba melamar sebagai guru bahasa Inggris di SMK Islam Paniis ini. Alasannya, yakni karena tahun lalu sudah ada Guru Bahasa Inggris di sekolah ini. Jadi, saya harus menunggu satu tahun.


Dengan pemahaman yang mendalam tentang perilaku dan pola pikir para siswa SMK secara umum, ketika saya memulai mengajar di SMK ini, saya sudah terbiasa dan tidak lagi terkejut seperti yang saya rasakan pada awalnya. Dalam postingan kali ini, saya ingin menyajikan cerita singkat dalam bentuk sorotan-sorotan yang masih terngiang hingga saat ini. Melalui cerita ini, saya juga merefleksikan pengalaman dan pembelajaran yang telah saya peroleh selama 2 tahun mengajar di sekolah ini.


Agenda Nyeblak Sebagian Guru 😂

Alumni Jadi Guru Di Sini

Tak pernah terlintas dalam pikiran saya bahwa suatu hari nanti saya akan kembali mengajar di SMK tempat saya pernah belajar dan menjadi siswa di sini. Setelah berlalu beberapa tahun, saya kembali ke sini dengan peran yang berbeda, yaitu sebagai pengajar mata pelajaran bahasa Inggris. Jika saya merenungkan itu, sungguh menggelitik dan pada saat yang sama menjadi sumber pembelajaran bagi saya juga. Dahulu, saya masuk ke jurusan multimedia di sekolah ini, namun kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang yang sangat berbeda, yakni jurusan pendidikan bahasa Inggris.


Sebenarnya, meskipun jurusan yang saya ambil tersebut berbeda, kemampuan yang saya peroleh dari keduanya sangat berharga dalam karier saya saat ini. Misalnya, saat ini saya menulis dan membuat blog serta mengelola akun Instagram Caravel dengan memanfaatkan kemampuan desain yang saya pelajari di SMK, dan keahlian berbahasa yang saya peroleh selama masa kuliah. Sungguh bermanfaat, bukan? Maka dari itu, tidak ada alasan untuk salah dalam memilih jurusan. Semua memiliki manfaatnya masing-masing, karena di era saat ini kita dituntut memiliki kemampuan multidisiplin, tidak hanya mengandalkan keahlian inti kita saja.


Saya sangat tertarik dengan dunia pendidikan, namun hal itu tidak berarti saya harus menghindari atau tidak belajar hal-hal lain seperti literasi digital, mempelajari bahasa, atau keterampilan lain yang dianggap relevan dan mendukung bidang keahlian utama saya di pendidikan. Kembali ke cerita sebelumnya, saya ingin kembali mengajar di SMK ini dengan tujuan utama untuk memberikan kontribusi atau mengabdi kepada sekolah saya dan menanamkan harapan pada generasi-generasi berikutnya di sekolah ini.


Seperti yang kita ketahui, kebanyakan orang di kampung halaman mereka mendorong anak-anak mereka untuk segera bekerja setelah lulus dari SMK. Memang tidak ada yang salah dengan pendekatan itu, karena memulai bekerja lebih awal merupakan pilihan yang baik juga. Namun, fakta di lapangan sangat kompleks, terutama di era saat ini yang penuh dengan tantangan dan persaingan kerja yang ketat. Inilah tantangan terbesar yang dihadapi mereka, kecuali bagi beberapa individu yang memiliki jiwa wirausaha yang kuat.


Penilaian Prestasi Kinerja Kepala Sekolah (PPKKS) SMK Islam Paniis

Administrasi Sekolah yang Berbeda Lagi

Pada SMK sebelumnya, saya mengelola administrasi dengan pendekatan yang sederhana. Saat itu, saya meminta buku paket dari sekolah untuk setiap kelas dan menyusun silabus sendiri untuk dua semester, serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) setiap kali mengajar. Awalnya, saya sering membuat RPP, namun seiring berjalannya waktu, saya tidak lagi melakukannya. Fokus saya berpindah pada target pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa, langsung mengajar di kelas, dan mengembangkan metode pengajaran, seperti pengelompokan siswa untuk debat atau bermain game. Itulah cara sederhana dalam mengelola administrasi di sekolah tersebut.


Setelah bergabung dengan SMK Islam Paniis, saya dihadapkan pada administrasi sekolah yang berbeda dan lebih kompleks. Di sini, semua sudah diatur oleh sekolah. Mungkin karena SMK sebelumnya masih baru, administrasinya masih sederhana. Namun, SMK ini sudah berdiri cukup lama, sehingga administrasi di sekolah ini menjadi lebih kompleks.


Ketika saya mengikuti salah satu kegiatan wajib di perkuliahan, Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) di SMAN 2 Tasikmalaya, saya juga mengalami pengalaman administrasi yang berbeda. Saya diperkenalkan dengan Program Tahunan (Prota) dan Program Semester (Promes) di sekolah tersebut. Namun, karena program pembelajaran bahasa Inggris telah dirancang oleh guru bahasa Inggris di sekolah tersebut, saya tidak dapat mengubahnya, melainkan harus mengikuti rencana mereka. Di SMK saat ini, saya menghadapi administrasi yang serupa, tetapi saya merancangnya sendiri berdasarkan perencanaan satu atau dua semester ke depan. Selain itu, saya juga harus membuat RPP untuk satu tahun ke depan, menyusun silabus pembelajaran, menghitung jam pelajaran, menganalisis Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dan melaksanakan administrasi lainnya. Semua pengalaman ini sangat berharga bagi saya dalam dunia pendidikan.


Kegiatan Upacara Bendera di Hari Senin

Identitas Baru di Sekolah Ini

Ketika saya memasuki lingkungan sekolah yang baru, saya mulai membangun identitas baru lagi sebagai guru yang tegas dengan lebih menekankan kedisiplinan siswa. Saya memutuskan untuk menerapkan aturan ketat, dengan mengeluarkan siswa yang terlambat dari kelas jika mereka tidak mematuhi waktu yang ditentukan. Meskipun beberapa siswa setuju dengan aturan tersebut, masih ada yang sering terlambat, dan hal ini membuat saya jengkel.


Namun, melalui diskusi dengan rekan guru yang berpengalaman, saya mendapat wawasan berharga. Dia mengingatkan bahwa setiap siswa memiliki latar belakang yang berbeda, terutama mereka yang tinggal di kampung. Mungkin ada masalah di lingkungan keluarga mereka yang memengaruhi perilaku mereka. Saya mencoba menerapkan saran tersebut dengan memberikan hukuman berupa menghafal kosakata, tetapi tetap sulit bagi mereka untuk mematuhi kedisiplinan. Diskusi selanjutnya dengan guru lain membuat saya menyadari bahwa kita tidak boleh memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi dalam pendidikan, dan tugas kita adalah bersabar, mengingatkan, dan memberikan nilai.


Saat saya berbincang dengan siswa dari kelas lain mengenai siswa-siswa yang sering terlambat. Salah satu siswa yang disebutkan berasal dari kampung yang sama dan saya mengenal orang tuanya. Saya menyadari betapa memprihatinkan keadaan keluarganya. Dengan segera, saya berbagi informasi ini dengan rekan guru lainnya, dan mereka mengungkapkan bahwa kadang-kadang siswa tersebut harus memasak sendiri sebelum berangkat ke sekolah karena situasi yang sulit di rumah. Bahkan, saya juga mendengar bahwa siswa ini pernah mengungkapkan keinginan untuk bunuh diri kepada wali kelasnya karena keadaan hidupnya. Terpukul, sedih, dan penuh rasa bersalah, saya memanggil siswa tersebut untuk mengobrol secara empat mata.


Saat kami berbicara, saya berbagi pengalaman pribadi saya tentang melawan kesulitan dan depresi. Saya mengatakan kepadanya bahwa meskipun hidup terasa pahit, kita berhak untuk hidup lebih baik daripada orang tua kita. Saya tetap merasa dorongan dan nasihat saya belum cukup. Bahkan, saya mulai membayangkan andaikan saja saya memiliki panti asuhan, saya akan dengan senang hati membantu mengurus siswa ini.


Dari pengalaman itu, saya mulai membangun identitas baru sebagai guru yang tegas namun juga penuh empati. Saya meminta siswa-siswa yang terlambat untuk berkomunikasi dengan saya sebelum masuk kelas. Meskipun beberapa masih enggan, saya mulai memahami bahwa perilaku mereka mungkin dipengaruhi juga oleh latar belakang dan cerita hidup yang mereka alami. Mulai dari sini, saya menyadari bahwa tanggung jawab pendidikan tidak hanya terletak pada sekolah, tetapi juga pada keluarga. Pendidikan sejatinya dimulai dari keluarga, dan guru hanya berperan beberapa jam di sekolah. Saya juga menyadari bahwa tidak semua perubahan akan terjadi dengan cepat, dan saya harus bersabar serta fokus pada perkembangan mental siswa.


Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa dalam dunia pendidikan, bahkan Nabi Nuh pun segala peringatannya ditolak oleh orang-orang, termasuk keluarganya sendiri. Kisah ini menjadi pengingat berharga bagi saya, bahwa kita harus terus berjuang untuk menyebarkan kebenaran dan memberikan dampak positif pada siswa-siswa kita, meskipun tantangan dan penolakan bisa menjadi bagian dari perjalanan tersebut.


Kegiatan Pelatihan Beasiswa

Pelatihan Beasiswa selama 3 Bulan

Dengan penuh semangat, pada rentang waktu September hingga November 2022, saya melaksanakan pelatihan beasiswa yang bertujuan untuk membimbing anak-anak agar mereka menyadari bahwa peluang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dapat diraih melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP), Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT), dan jalur mandiri. Saya juga memberikan informasi tentang KIP kuliah yang dapat membantu mereka yang berasal dari keluarga dengan keterbatasan finansial. Dahulu, ketika saya berusaha melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, bantuan keuangan tersebut dikenal sebagai Bidikmisi, dan kini telah berubah menjadi KIP kuliah. Tanpa bantuan finansial tersebut, saya takkan mampu mewujudkan impian kuliah karena kondisi keuangan keluarga yang terbatas pada masa itu. Hal inilah yang mendorong saya untuk menyelenggarakan pelatihan beasiswa ini, dengan harapan agar mereka dapat memanfaatkan peluang ini sebaik-baiknya.


Dengan waktu yang terbatas, pendaftaran pertama SNBP dibuka, dan saya mulai mendaftarkan anak-anak saya. Saya dengan teliti memasukkan nilai-nilai rapor mereka ke dalam sistem SNBP yang tersedia bagi guru. Meskipun membutuhkan kesabaran, saya menginput setiap nilai rapor untuk setiap siswa yang mengikuti tes ini. Dengan semangatnya, akhirnya semua tugas terselesaikan, dan anak-anak hanya perlu mengisi data pribadi mereka, termasuk pemilihan program studi dan universitas. Saya memberikan nasihat agar mereka memilih institusi yang sesuai dengan bidang studi yang mereka tekuni di SMK. Setelah selesai, mereka hanya perlu menunggu hasilnya. Beberapa bulan berlalu, dan meski banyak yang belum berhasil dalam tes ini, ada satu anak dari saya yang berhasil lolos melalui jalur ini. Rasa bahagia menyelimuti hati saya karena segala perjuangan yang telah kami lalui akhirnya membuahkan hasil yang memuaskan. Saya juga memberikan dorongan kepada mereka yang belum berhasil dalam jalur ini untuk mencoba jalur berikutnya, yaitu SNBT. Saya berbagi pengalaman berharga bahwa saya sendiri pernah mengalami kegagalan dalam tes SNBT pada tahun 2016, yang saat itu masih dikenal sebagai tes SBMPTN. Namun, saya tidak menyerah dan mencobanya lagi pada tahun 2017, dan akhirnya saya berhasil lolos dan menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia. Pesan yang ingin saya sampaikan adalah setiap kali ada kesempatan, saya sangat mendorong mereka untuk memanfaatkannya, terutama jika kesempatan tersebut tersedia secara gratis.


Ngerujak dengan anak-anak di Kelas XI MM 😂

Kedekatan dengan Anak-anak Menjadi Berbeda

Seperti yang telah diketahui, saya mengedepankan karakter yang tegas dan kedisiplinan saat pertama kali saya memulai peran saya di sekolah ini. Namun, seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa mempertegas perbedaan kekuasaan antara saya dan anak-anak justru membuat saya merasa terbatas dan semakin menjauh dari mereka. Mereka merasa canggung dan segan terhadap saya. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk mengambil langkah baru dengan menghadirkan lebih banyak humor dalam interaksi baik di dalam maupun di luar kelas.


Namun, saya kemudian merasa menyesal. Mendekati akhir tahun, saya melihat anak-anak sedang makan bersama di salah satu kelas. Tanpa ragu, saya memutuskan untuk bergabung dengan mereka. Pada saat itu, saya menyadari bahwa kebahagiaan dan kedekatan yang saya rasakan saat menjadi bagian dari mereka sebagai seorang teman jauh lebih berarti. Di sinilah saya mulai memahami bahwa nilai-nilai ini penting untuk saya terapkan saat mengajar anak-anak di masa depan. Intinya, saya tidak boleh menciptakan pemisahan antara peran sebagai guru dengan hubungan pribadi dengan anak-anak.


Bahkan, baru-baru ini, sekitar sebulan yang lalu, saya mengajak anak-anak untuk bersenang-senang di kelas mereka. Saya merasakan adanya kedekatan yang berbeda dibandingkan dengan awal-awal ketika saya selalu menjaga citra sebagai seorang guru. Memang penting untuk menjaga citra, tetapi jika terlalu menjaga jarak dengan anak-anak, hal itu membuat mereka merasa segan dan tidak nyaman saat belajar bersama saya. Di sinilah saya mulai menerima bahwa ada anak-anak yang sulit untuk mengubah perilaku mereka, namun mereka tetap memiliki kesempatan yang sama di masa depan karena saya tidak tahu bagaimana mereka akan tumbuh dan berkembang ke depannya.


Anak-anakki Kelas X DPIB

Satu Tahun sebagai Wali Kelas

Di tahun kedua, saya memiliki pengalaman menarik, yakni ditawarkan menjadi seorang wali kelas. Awalnya, saya mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh apakah harus menerima tawaran ini atau tidak, mengingat beban kerja tambahan yang akan saya hadapi karena pekerjaan saya di instansi lain. Namun, setelah memikirkannya secara matang, saya memutuskan untuk menerima kesempatan tersebut karena saya memiliki tujuan menjadi seorang konsultan pendidikan di masa depan. Profesi tersebut mengharuskan saya memiliki pemahaman yang mendalam tentang berbagai peran di dunia pendidikan, terutama bagi seseorang seperti saya yang memiliki pendekatan yang lebih pragmatis. Saya ingin benar-benar merasakan pengalaman menjadi seorang wali kelas agar nantinya, ketika saya menjadi konsultan pendidikan, saya tidak hanya berbicara secara teori, tetapi juga memiliki pengalaman praktis yang kuat.


Bagaimana pengalaman saya selama satu tahun menjadi wali kelas? Pada awalnya, menjadi wali kelas terasa seperti tugas yang biasa, tidak jauh berbeda dengan menjadi guru mata pelajaran lainnya. Namun, seiring berjalannya waktu, tantangan-tantangan baru mulai muncul. Saya terlibat dalam acara pembinaan upacara saat jadwal kelas yang saya ampu, menangani masalah yang dihadapi oleh beberapa siswa, bahkan sampai harus mengunjungi rumah mereka dan berkomunikasi dengan orang tua mereka. Selain itu, saya juga bertanggung jawab mengurus rapor siswa dan menunggu nilai-nilai dari guru mata pelajaran lainnya. Melalui pengalaman ini, saya mendapatkan pemahaman baru tentang peran seorang wali kelas. Sebelumnya, saya hanya fokus pada pengisian rapor khusus untuk mata pelajaran bahasa Inggris, namun sebagai wali kelas, saya harus melihat prestasi siswa dari berbagai aspek, tidak hanya berdasarkan nilai yang tertera di rapor. Itulah beberapa pengalaman berharga yang saya rasakan selama menjadi wali kelas. Tentu saja, masih banyak pengalaman lain yang telah saya alami, namun ini adalah beberapa yang masih terpatri dalam ingatan saya hingga saat ini.


Melalui berbagai pengalaman yang telah saya bagikan di atas, saya telah mengumpulkan banyak pelajaran berharga selama 2 tahun ajaran ini. Sekarang, saya akan merefleksikan pelajaran-pelajaran utama yang telah saya peroleh selama mengajar di SMK ini.


Ruang Guru bukan Ruangguru 😂

Belajar dan Terus Belajar

Dari cerita yang telah saya bagikan sebelumnya, saya sempat merasa menyesal ketika akhirnya saya menyadari bahwa mendekati anak-anak justru mengurangi rasa segan mereka terhadap saya. Meskipun saya tidak bisa mengubah masa lalu, yang bisa saya lakukan adalah belajar dari pengalaman tersebut. Jika saya membandingkan karakter dan pendekatan saya ketika pertama kali masuk ke sekolah ini dengan sekarang, saya melihat perubahan yang signifikan. Saya dulunya sangat tegas dengan peraturan, namun sekarang saya menyadari bahwa ada masalah kompleks yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan melibatkan sekolah. Pelajaran penting yang saya dapatkan adalah pentingnya komunikasi yang lebih dekat antara keluarga dan sekolah.


Saya bahkan berpikir bahwa mengadakan bimbingan konseling dan edukasi orang tua di balai desa merupakan hal yang penting untuk mendidik masyarakat, karena mereka adalah landasan utama pendidikan sebelum anak-anak masuk ke sekolah. Seringkali, beberapa anak ditekan oleh orang tua mereka untuk mencapai prestasi yang tinggi di semua mata pelajaran, sehingga mengabaikan fokus dan potensi anak dalam bidang yang diminatinya. Berdasarkan pengalaman pribadi saya, saat menghadapi ujian nasional di tingkat SMP dan SMK, saya mendapatkan nilai IPA dan matematika sekitar 40 hingga 50. Mungkin terlihat mengkhawatirkan, tetapi pada saat itu, saya memiliki pola pikir yang sangat teguh dan yakin bahwa fokus saya adalah pada bahasa Inggris, dan inilah bidang yang ingin saya tekuni. Akhirnya, saya berhasil mendapatkan nilai di atas 80. Jika dibandingkan dengan orang lain di luar sana, mungkin masih ada banyak orang yang mendapatkan nilai lebih tinggi dari saya, tetapi saya melihat potensi pribadi saya dan nilai ini menjadi salah satu pertimbangan penting dalam menentukan fokus saya.


Akhirnya, saya melanjutkan kuliah di program studi pendidikan bahasa Inggris dan kembali menjadi seorang guru bahasa Inggris. Ini menunjukkan betapa pentingnya memiliki fokus, seperti kertas di bawah sinar matahari yang sulit terbakar jika tidak menggunakan fokus dari kaca pembesar.


Kegiatan Kerkom XI OTKP

Lebih Berdisiplin Tinggi

Di sekolah ini, saya menerapkan prinsip disiplin yang tinggi. Saya berkomitmen dengan para siswa bahwa disiplin adalah hal yang sangat penting dan akan menjadi aspek yang mereka temui di dunia kerja kelak. Meskipun saya sudah memiliki tingkat disiplin yang baik saat berada di SMK sebelumnya, namun saya menyadari bahwa saya belum terlalu menekankan nilai penting ini kepada siswa. Oleh karena itu, di sekolah ini saya melakukan perbaikan dan mulai menerapkan prinsip disiplin dengan penuh dedikasi.


Saya menegaskan komitmen saya untuk berdisiplin tinggi dan selalu berusaha hadir tepat waktu, terutama pada jadwal di pagi hari. Saya melihat perubahan yang signifikan di siswa-siswa ini. Pada awalnya, mungkin mereka merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri karena terbiasa dengan kegiatan malam atau hal-hal lainnya di rumah sebelum pergi ke sekolah. Namun, seiring berjalannya waktu, saya melihat mereka mulai beradaptasi. Mereka terbiasa dengan kehadiran saya yang selalu tepat waktu, terutama pada pagi hari. Dengan begitu, secara otomatis mereka menyadari bahwa ketika pelajaran bahasa Inggris dimulai, mereka harus segera berangkat ke sekolah dengan tepat waktu.


Bahkan, pada tahun ajaran terakhir saya, saya memberikan kuesioner kepada mereka dan mendapatkan banyak sekali tanggapan yang menyatakan bahwa saya benar-benar konsisten dalam menerapkan disiplin terhadap waktu selama mengajar di sini. Harapan besar saya bukan hanya tentang masalah disiplin itu sendiri, tetapi juga membangun kebiasaan ini agar ketika mereka memasuki dunia kerja, mereka tidak akan terkejut dengan tuntutan disiplin yang ada.


Saya pernah menjelaskan kepada mereka bahwa di dunia kerja, konsekuensinya tidak sebatas teguran belaka, tetapi dapat berupa pengurangan insentif atau bahkan pemecatan. Oleh karena itu, sangat penting bagi mereka untuk memahami nilai dan pentingnya disiplin serta menjadikannya sebagai kebiasaan sejak dini.


Pemandangan di Samping Sekolah 😍

Lebih Banyak Porsi Agamanya

Saya sering berbagi cerita kepada para siswa tentang perjalanan pribadi saya melalui krisis keagamaan. Awalnya, saya merasa malu dan menganggapnya sebagai aib pribadi. Namun, setelah mempertimbangkan dengan matang, saya menyadari bahwa kesalahan dan perjuangan saya hingga mencapai perubahan ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi mereka.


Bagi saya, menjadi seorang pendidik bukan hanya tentang memberikan pelajaran akademis semata. Lebih dari itu, yang terpenting adalah membantu membangun moralitas mereka sebagai manusia dan membimbing mereka dalam menemukan tujuan hidup di dunia ini. Saya sering berbagi pengalaman bahwa saya pernah meragukan keberadaan Tuhan, yang seringkali membuat para siswa terkejut karena mereka tidak mengetahui perjalanan saya yang lalu.


Saya membawa mereka masuk ke ranah filsafat Islam, di mana kita bersama-sama menjelajahi realitas dunia ini dari perspektif politik, ekonomi, kebenaran, serta memberikan pengetahuan tentang ilmu tauhid dan materi-materi lain yang saya anggap relevan bagi mereka saat mereka menghadapi lingkungan kerja yang penuh distraksi yang dapat menggoyahkan iman kita.


Intinya, saya tidak ingin para anak-anak saya mengalami hal yang sama seperti yang pernah saya alami di masa lalu, ketika saya hanya terfokus pada pembacaan Alquran dalam bahasa Arab dan mendalami ilmu fiqih semata. Meskipun ilmu tersebut memiliki pentingannya sendiri, namun pemahaman tentang aqidah dan tauhid memiliki tingkat kepentingan yang lebih besar. Karena ketika kita keluar dari zona nyaman, kita akan dihadapkan pada keraguan yang meresap ke dalam pikiran kita.


Anak-anakki Kelas XI BDP

Bimbingan Konseling untuk Anak

Terakhir, selain memberikan materi, saya juga sering memberikan penjelasan kepada siswa-siswa mengenai strategi belajar dan cara memaksimalkan potensi diri. Bimbingan konseling ini memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan pembelajaran mereka, baik di dalam kelas maupun di luar sekolah. Saya pernah menjelaskan kepada mereka bahwa mereka semua memiliki kecerdasan, hanya saja setiap individu memiliki jalur yang berbeda. Apa yang membuat seseorang berhasil dalam prestasi akademik? Mereka menggunakan strategi belajar yang disesuaikan dengan gaya belajar mereka sendiri, baik itu ekstrovert atau introvert, bagaimana mereka berkomunikasi dengan guru, dan faktor-faktor lainnya. Saya membuka semua ini agar mereka dapat memaksimalkan kegiatan akademik mereka.


Sebagai seorang guru bahasa Inggris, saya juga mengajarkan kepada mereka bahwa belajar bahasa Inggris tidak cukup hanya dengan menghabiskan 3 jam di dalam kelas, tetapi mereka juga perlu menerapkannya di luar kelas. Saya memberikan teknik-teknik dalam mempelajari bahasa Inggris sendiri, bukan hanya memberikan materi pelajarannya saja. Saya membagikan pengalaman pribadi bahwa saya bisa berbahasa Inggris karena memanfaatkan teknologi yang ada dan berlatih berbicara dengan orang asing melalui gawai yang saya miliki saat itu. Thanks to the internet! 😄


Itulah cerita singkat tentang pengalaman 2 tahun ini yang penuh dengan kenangan berharga. Saya berharap anak-anak ini akan menjadi generasi yang lebih baik dan sukses di masa depan. Saya juga berharap mereka akan selalu mengingat agama mereka ketika menghadapi tantangan di era sekarang yang semakin menekan kita untuk berkompetisi dan berpikir keras. Amin ya Robbal 'Alamin! Semoga artikel ini bermanfaat untuk kalian yang membaca dan sampai jumpa di postingan selanjutnya! 😊

No comments:

Post a Comment

Pages