Cita-cita Asdos, Eh? Allah Kirim Bonus Jadi TA 3 Dosen di EBAC!


Dunia perkuliahan adalah impian utama bagi saya pada tahun 2016. Pada waktu itu, saya sungguh-sungguh bermimpi untuk berkuliah di salah satu universitas. Bagi saya, universitas mana yang saya pilih tidaklah menjadi hal utama; yang terpenting adalah jurusan yang sejalan dengan minat. Saya percaya bahwa kualitas seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri, meskipun lembaga pendidikan juga memiliki peran penting. Dengan tekad sungguh-sungguh, saya yakin bahwa saya tidak akan kalah dengan mereka yang masuk ke perguruan tinggi bergengsi. Pada saat itu, saya masih bingung memilih universitas mana yang ingin saya tuju.


Pada satu titik dalam perencanaan sebelum saya berkuliah, terlintas dalam pikiran saya untuk menjadi asisten dosen. Saya masih mengingat dengan jelas saat saya mencari informasi di situs bernama Hipwee dan membaca artikel tentang cara menjadi asisten dosen. Pada tahun 2017, impian berkuliah akhirnya terwujud dan saya mulai menjalani kehidupan di dunia perkuliahan. Namun, kenyataan yang saya hadapi jauh berbeda dan jauh lebih menantang daripada apa yang telah saya pelajari dari artikel tadi. Saya bahkan sempat berpikir dan mengamati bahwa kesempatan untuk menjadi asisten dosen hanyalah khayalan belaka, karena semua dosen di program studi saya mungkin sudah mampu mengelola tugas-tugas mereka tanpa membutuhkan asisten.


Namun, ada hal yang memancing rasa penasaran saya. Salah satu kakak tingkat saya, Kak Lutfi, beliau berhasil menjadi asisten dosen, dan hal ini membuat saya ingin tahu bagaimana dia memperoleh kepercayaan tersebut. Saya memperhatikan perilaku kakak tingkat saya dan mencoba mencari tahu apa yang membuat dosen tersebut mempercayainya. Namun, situasinya tentu tidak bisa dijelaskan dengan singkat karena ada banyak faktor yang menjadi pertimbangan, seperti kemampuan, kesempatan, dan kebutuhan dosen. Mungkin kakak tingkat saya benar-benar berhasil mengesankan dosen dengan prestasi akademiknya di kelas. Entahlah, pada saat itu, saya masih enggan untuk bertanya langsung kepada kakak tingkat tersebut karena masih malu-malu (kucing) wkw. 😂


Saya, Kak Lutfi, Pak Nanak, Deviyola, dan Intan

Singkat cerita, pada tahun 2018, saya dan beberapa teman, mendapat kabar bahwa ada seorang dosen baru, yaitu Pak Nanak yang merupakan lulusan dari University of Edinburgh dan beliau pernah ke USA juga. Kami ditunjuk sebagai Duta Bahasa di kampus kami, dan kami diajak untuk bertemu dosen baru tersebut di Pusat Pengembangan Bahasa. Rasa antusias membara dan kagum menyelimuti hati saya ketika mendengar dia berbicara dalam bahasa Inggris dengan fasih layaknya penutur asli. Saya pun mengajukan beberapa pertanyaan, dan itulah kali pertama saya bertemu dengan dosen tersebut.


Demikianlah, pada bulan Desember tahun 2018, kabar mengenai proyek mengajar disampaikan melalui media sosial EBAC. Sebelumnya, saya sudah menuliskan postingan mengenai proyek ini, Pengalaman Mengajar di Sekolah dalam Proyek Sukaraja English Teaching dan tidak ketinggalan, proyek ini juga memberikan sedikit saya uang untuk jajan hehe. Saya merasa tertarik dan bersemangat untuk ikut serta dalam proyek tersebut. Akhirnya, setelah melewati proses seleksi administrasi dan wawancara, saya resmi bergabung menjadi salah satu pahlawan pendidikan di EBAC dengan proyek pertama saya, yaitu mengajar di Sukaraja yang akan dibimbing oleh dosen baru tersebut.


Teaching Project di Sukaraja

Apa Sih EBAC itu?

Jujur saja, pada awalnya saya masih sedikit bingung tentang instansi ini karena dulu saya hanya mengikuti proyeknya saja dan yang penting bagi saya adalah bisa bekerja sesuai minat saya, yaitu mengajar. Namun, seiring berjalannya waktu, saya memahami bahwa EBAC adalah sebuah organisasi nirlaba atau NGO yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan bahasa Inggris dan teknologi informatika di Tasikmalaya. Saat ini, lembaga ini menganggap bahwa hal tersebut menjadi kunci perkembangan ekonomi dan sosial di kota ini.


Pendirian lembaga ini sebenarnya merupakan penghormatan terhadap Dr. Edgar Brood yang telah meninggal dunia. Beliau merupakan salah satu pengacara terkemuka di Eropa pada masa itu. Lembaga ini didirikan oleh keluarga dan teman-teman beliau. Pada saat saya bekerja di instansi ini, kepemimpinannya masih dipegang oleh Ibu Ankje Grapperhaus. Namun, baru-baru ini, EBAC bergabung dengan R&D International Business School yang didirikan oleh tokoh-tokoh pendiri Public Advice (PA) International, salah satunya, yakni Bapak Rio D. Praaning Prawira Adiningrat. Sekarang, instansi ini telah menjalin kerja sama dengan Universitas Siliwangi di Tasikmalaya sebagai langkah untuk mencapai visi dan misi mereka.


Bantu-bantu Bapakke ke-1

Awal Mula Menjadi Asisten Dosen yang Ke-1

Awalnya, saya terlibat dalam proyek mengajar di Sukaraja selama 4 bulan, dimulai dari Januari hingga April. Pada saat yang sama, saya juga tengah menjalani seleksi untuk Mashudi Awards 2019. Saya telah membagikan postingan sebelumnya mengenai kompetisi tersebut, Pengalaman dari A-Z Mengikuti Mashudi Awards 2019 dan tak terduga, saya berhasil meraih juara pertama. Rasanya sulit dipercaya bahwa saya akan menjalani magang pertama di luar negeri, tepatnya di salah satu negara Uni Eropa yang memukau, Belgia. Magang ini berlangsung selama 2 bulan, dari Juli hingga Agustus 2019. Setelah itu, saya kembali ke Indonesia dan meneruskan studi saya seperti biasa.


Pada tahun 2020, Pak Nanak mengundang saya untuk terlibat dalam proyek mengajar di SMPN 1 Sukarame, Singaparna. Namun, sayangnya, wabah Corona melanda dunia, termasuk Indonesia, dan proyek tersebut terhenti. Saya memutuskan untuk pulang ke rumah dan membawa semua barang dari kosan saya, karena perkuliahan berpindah secara daring dan dapat diikuti di mana saja, termasuk di rumah. Di tengah kebosanan, saya memutuskan untuk melaksanakan proyek mengajar di kampung halaman saya. Saat itu, saya melihat banyak anak-anak di kampung yang menganggur dan lebih memilih bermain game serta bermain layang-layang, sementara pembelajaran sekolah berlangsung secara daring. Pada pandangan awal, masalah ini mungkin tidak terlihat begitu besar, tetapi masalah utamanya adalah penggunaan gadget oleh anak-anak tanpa pengawasan yang memadai dari orang tua. Selain itu, pendidikan orang tua di kampung dan di kota memiliki perbedaan dalam cara mendidik. Beberapa orang tua di kampung masih belum terbiasa dengan teknologi, sehingga mereka sepenuhnya mengandalkan anak-anak mereka dalam menggunakan gadget karena mereka kurang memahami hal tersebut. Dengan singkatnya, saya melaksanakan proyek mengajar di kampung saya selama 1 tahun. Selain itu, saya juga mulai sibuk mengajar di salah satu SMK yang jaraknya lumayan jauh dari kampung halaman saya.


Saya merasa sangat puas dengan apa yang saya sedang kerjakan di tahun ini. Yang mengejutkan lagi, dosen saya mulai menghubungi saya dan meminta bantuan untuk merekap nilai hasil mengajar. Saya sempat bertanya-tanya, "Kenapa beliau meminta bantuannya kepada saya?" Ternyata, asisten dosen tersebut adalah kakak tingkat saya yang pernah ikut serta dalam proyek mengajar di Sukaraja bersama saya. Kakak tingkat saya tersebut merekomendasikan saya kepada beliau karena ia akan berangkat dan memulai studinya di Monash University Australia sebagai penerima beasiswa LPDP. Inilah awal dari perjalanan saya sebagai asisten dosen. Meskipun saat itu status saya belum menjadi Teaching Assistant di EBAC, saya tetap bekerja secara pribadi untuk membantu dosen saya. Insentif yang saya terima didasarkan pada jumlah jam kerja yang telah saya lakukan. Saya sungguh menikmati pekerjaan ini dan merasa bahwa ini akan menjadi modal berharga bagi karier saya di masa depan.


Berfoto sebelum Bapakke Berangkat ke USA - with Safira (Rekan Kerja)

Di pertengahan tahun 2021, dosen saya mengambil keputusan untuk melanjutkan studi doktoral di University of Massachusetts Amherst, USA. Keputusan ini mengharuskannya untuk mengambil jeda dari kariernya dan memberitahu atasan di EBAC. Pada saat itu, saya merasa bahwa ini adalah perjalanan yang luar biasa dan kesempatan yang sangat istimewa bagi saya untuk menjadi asisten dosen. Dosen tersebut merupakan sosok yang sangat menginspirasi dan mendorong saya untuk terus mengejar pendidikan hingga tingkat yang lebih tinggi. Kehadirannya telah membangkitkan rasa bangga dan sedih dalam diri saya. Bangga melihat perjuangannya yang luar biasa dan dedikasinya yang menginspirasi. Saya pernah membaca blog pribadinya yang menggambarkan perjalanan luar biasa bagaimana ia berhasil mengatasi berbagai tantangan. Namun, di sisi lain, saya juga merasa sedih karena ia adalah sosok yang sudah menginspirasi bagi saya.


Ketika saya merasa kehilangan arah dan bahkan tidak pernah membayangkan untuk menjadi asisten dosen, ternyata impian itu menjadi kenyataan. Seringkali saya merenung tentang keajaiban kehidupan ini dan bagaimana Allah telah merancang skenario terbaik bagi diri saya. Istilah 'terbaik' di sini tidak hanya mencakup hal-hal yang menyenangkan, tetapi juga termasuk masalah-masalah yang saya hadapi. Karena melalui masalah tersebut, saya belajar dan berkembang. Saya menjadi pribadi yang saya kenal sekarang karena mampu melewati berbagai tantangan berat dengan tekad dan usaha yang gigih. Itulah cerita singkat tentang perjalanan saya sebagai asisten dosen selama sekitar satu setengah tahun bersama beliau.


Berfoto dengan Bu Tia dan Anak-anaknya :)

Alhamdulilah, Direkomendasikan Jadi TA di EBAC untuk Dosen Ke-2

Setelah beliau memberitahu atasannya, lalu beliau merekomendasikan dosen selanjutnya di EBAC, yaitu Ibu Tia Pertama. Pada awalnya, saya berpikir bahwa peran saya sebagai asisten dosen bersama beliau telah selesai, tetapi sungguh tak terduga, beliau justru merekomendasikan saya untuk melanjutkan sebagai Teaching Assistant (TA) di sini. Dan yang lebih mengejutkan lagi, saya diberikan surat kontrak selama 6 bulan sebagai TA untuk Ibu Tia Pertama.


Rasanya campur aduk, saya merasa senang akan kesempatan ini, namun juga harus siap menghadapi segala tantangan yang menanti. Tanggung jawab saya semakin bertambah, mulai dari mengoreksi nilai-nilai mahasiswa, menciptakan sertifikat, mengelola media sosial, hingga menggantikan beberapa kelas ketika Ibu Tia memiliki tugas lain yang harus diemban. Ibu Tia Pertama adalah sosok yang sangat menginspirasi dalam cara beliau mengajar di kelas dan kedekatannya dengan mahasiswa. Saya dengan seksama mengamati betapa pentingnya hal ini, dan berencana menerapkannya ketika saya mengajar di SMK.


Selain itu, Ibu Tia adalah yang mempunyai energi yang sama dengan saya, sehingga ketika pertama kali bertemu dengannya, saya dennga mudahnya langsung terhubung dan berkomunikasi. Uniknya, beliau justru meminta saya memanggilnya "teteh" daripada "ibu". Di situlah saya kembali menyadari betapa panggilan seseorang dapat memengaruhi kedekatan kita dengan mereka. Saya pikir beliau adalah orang yang memiliki sifat ekstrovert atau orang dengan kepribadian yang lebih terbuka.


Pak Arief, Safira, dan Saya

Tambah Kontrak, Lanjut Dosen Ke-3

Setelah perjalanan Ibu Tia di EBAC berakhir setelah satu semester, saya merasa semakin yakin bahwa ini akan menjadi akhir dari pengalaman saya sebagai Teaching Assistant di lembaga tersebut. Namun, tak disangka, saya masih diberikan kesempatan untuk memperpanjang kontrak dan menjadi asisten dosen baru di EBAC. Siapakah sosok dosen yang baru ini? Dialah Bapak Arief Nugraha, seorang teman dekat Ibu Tia yang sering bersama-sama menghabiskan waktu dan mereka adalah teman sekelas sewaktu masa kuliahnya. Saya kembali terkagum-kagum oleh mereka, terutama Pak Arief yang pernah meraih penghargaan dari LPDP. Yang menariknya, saya sudah mengetahui beliau sejak awal saya menjadi mahasiswa di kampus ini, saat kami berjumpa dalam sebuah Festival. Beliau adalah salah satu tamu undangan yang berbicara tentang beasiswa LPDP. Di sinilah saya mulai bermimpi dan mempersiapkan diri untuk mengikuti LPDP. Saya merasa sangat beruntung bisa belajar langsung dari beliau.


Saya dan rekan kerja saya, Safira, Ibu Tia yang mana sekarang beliau bekerja di UPA Bahasa UNSIL, dan Pak Arief, terkadang menghabiskan waktu bersama, terutama setelah menyelesaikan beberapa proyek acara besar. Dalam obrolan kami, saya selalu menyempatkan diri untuk bertanya tentang pengalaman beasiswa LPDP kepada beliau, terutama setelah saya sendiri berhasil mendapatkan beasiswa tersebut. Beliau memberikan saran berharga bahwa lebih baik saya mengurus semua dokumen sendiri agar memperoleh pengalaman yang berharga untuk masa depan. Meskipun awalnya saya mempertimbangkan untuk menggunakan jasa agen demi kemudahan, namun akhirnya saya memilih untuk melakukannya sendiri meskipun lebih melelahkan. Pengalaman yang saya dapatkan sungguh memuaskan, terutama bagi saya yang memiliki latar belakang pendidikan dan ingin membagikan pengalaman tersebut kepada orang lain di masa depan.


Hangout di Woody Kitchen :)

Selain itu, beliau juga mampu membangkitkan kepercayaan diri saya. Saat itu adalah saat yang tepat bagi saya untuk melangkah dengan penuh keberanian dan menjadi lebih mandiri dalam berkomunikasi dengan orang-orang yang memiliki posisi lebih tinggi. Beberapa contoh situasinya adalah ketika saya diminta untuk membeli perlengkapan tulis sendiri, yang sebelumnya selalu didampingi oleh dosen pertama saya. Sekarang, sebagai bagian resmi dari EBAC, saya harus melakukannya sendiri dengan profesional. Begitu pula ketika saya menyebarkan undangan acara ke setiap fakultas dan jurusan serta berinteraksi dengan staf di tingkat tersebut. Tantangan untuk berkomunikasi dengan mereka menjadi hal yang menantang bagi saya yang memiliki sifat ambivert. Selanjutnya, saya juga ditugaskan menjadi pembawa acara dan juri dalam acara Mashudi Awards 8.0, dan ini sudah menjadi kali kedua kalinya bagi saya. Pengalaman-pengalaman ini mungkin terlihat sepele, tetapi bagi perkembangan mental saya, semakin kuat keyakinan bahwa inilah saatnya bagi saya untuk tumbuh menjadi seorang profesional yang berani mengambil langkah-langkah besar dan menghadapi tantangan yang lebih menantang di masa depan karena bekerja di belakang layar saja tidak cukup.


Setelah saya membagikan pengalaman menjadi TA bagi ketiga dosen di atas, tak terbantahkan bahwa peran saya sebagai asisten telah memberikan banyak pelajaran berharga. Di sini, saya akan merefleksikan beberapa pelajaran besar yang telah saya gali selama berada di instansi ini.


1. Kepercayaan Tetap yang Utama

Saat saya merenungkan pengalaman ini, terlihat sebuah pola bahwa saya selalu direkomendasikan oleh beberapa orang. Hal ini membuat saya semakin menyadari betapa pentingnya membangun kepercayaan sebagai dasar utama dalam membangun karier. Dalam dunia pemasaran, sebagai contoh, ketika kita berbelanja online, ulasan dari pelanggan sebelumnya sangat mempengaruhi keputusan pembelian kita. Begitu juga dalam dunia kerja, kita sebenarnya sedang menjual kemampuan dan kepribadian kita kepada orang lain. Secara sederhana, kita sering mendengar ungkapan "Banyak teman, banyak rezeki" dan itu adalah benar adanya. Namun, yang lebih penting adalah memperluas jaringan pertemanan yang benar-benar mendukung kita menuju tujuan kita, serta memberikan manfaat kepada orang lain. Prinsip win-win harus benar-benar diterapkan dalam interaksi kita dengan orang lain.


Ketika saya memasuki dunia perkuliahan, kesempatan untuk menjadi asisten dosen mungkin terlihat sulit pada awalnya. Namun, dari pengalaman yang saya dapatkan, jika kita berusaha memberikan performa akademik yang terbaik, percayalah bahwa peluang akan datang di mana kita akan dipercaya sebagai asisten dosen. Mungkin ada di antara kita yang berpikir saya sudah berusaha sebaik mungkin, tetapi masih belum mendapatkan kesempatan menjadi asisten dosen. Solusinya adalah selalu memiliki rencana cadangan. Buatlah rencana B, rencana C, atau bahkan rencana D, sehingga ketika rencana A tidak berhasil, kita masih memiliki alternatif lain untuk melangkah maju.


Bayangkan jika semua orang di dunia ini menjadi asisten dosen, lalu siapa yang menjadi dosennya? Di sinilah kita harus menyadari bahwa pekerjaan apa pun yang kita jalani, nikmatilah dan lakukan dengan sebaik mungkin karena di dunia ini kita memainkan perannya masing-masing. Hal ini akan membentuk cerita unik dan inspiratif yang mampu menginspirasi orang lain. Orang-orang luar biasa dan terkemuka di dunia tidak memiliki cerita yang sama, mereka datang dari berbagai latar belakang yang unik dan berbeda.


2. Antara Tawakkal, Usaha, dan Mengambil Kesempatan

Satu poin yang sangat berarti bagi diri saya adalah pentingnya berserah diri kepada Allah sambil tetap melakukan usaha. Namun, apakah itu sudah cukup? Tidak. Ketika kesempatan datang kepada kita, kita harus segera mempertimbangkan dengan matang bagaimana peluang tersebut akan memengaruhi masa depan kita. Saat saya diberikan kesempatan menjadi asisten dosen saat saya masih bekerja sebagai guru di sekolah, itu adalah sebuah tantangan yang besar. Saya sungguh-sungguh mempertimbangkan apakah harus menerima atau tidak. Pada akhirnya, saya memutuskan untuk mengambil kesempatan tersebut, meskipun menyadari risiko yang terkait, seperti peningkatan beban kerja dan tuntutan manajemen waktu yang lebih ketat. Dalam proses pengambilan keputusan tersebut, saya juga mempertimbangkan kesehatan saya dan kemampuan saya dalam menjalani peran sebagai asisten dosen, terutama karena pandemi yang sedang berlangsung dan adanya opsi untuk bekerja dari rumah. Intinya, seberapa besar pengorbanan yang kita siapkan untuk masa depan kita? Pertanyaan ini menjadi salah satu hal penting yang perlu kita tanyakan kepada diri sendiri.


3. Percayalah, Skenario Terbaik Tetap dari Allah!

Pernahkah kita mengeluh dengan rasa putus asa, merasa terbatas secara finansial dan merasa bahwa segalanya tampak tidak mungkin? Mungkin kita pernah mengucapkan kata-kata seperti, "Saya tidak punya cukup uang. Semuanya begitu sulit" atau "Sudah saya coba berulang kali, tapi selalu gagal. Saya merasa lelah" atau mungkin alasan-alasan lainnya.


Saya ingin berbagi tentang pengalaman saya terkait situasi finansial, yang pada saat itu merupakan keluhan saya. Saat masih bersekolah di SMK, saya menyadari dan mengakui bahwa saya dilahirkan dalam kondisi finansial yang kurang memadai. Namun, kesadaran ini sebenarnya memberikan peluang bagi saya untuk melakukan kesalahan dan mencoba berbagai hal sebanyak mungkin. Dilahirkan dengan keterbatasan finansial sebenarnya memberikan kesempatan besar bagi kita untuk belajar dari kesalahan. Bayangkan jika kita dilahirkan dalam keadaan yang sudah mapan secara finansial, mereka yang menghadapi tantangan yang lebih besar. Jika mereka melakukan kesalahan, mereka berisiko merusak keadaan finansial mereka karena mereka mungkin tidak tahu bagaimana memulai dari awal. Namun, orang-orang yang sudah mapan secara finansial mungkin memiliki fasilitas yang lebih memadai untuk belajar. Terkadang, beberapa dari mereka terjebak dalam zona kenyamanan mereka yang membuat mereka kurang mempersiapkan masa depan dengan baik. Jadi, pada intinya, tak peduli bagaimana keadaan finansial kita sejak lahir, itu tidak akan menjadi alasan bagi kita untuk menyerah atau terlalu puas hingga mengabaikan potensi yang ada dalam diri kita. Setiap orang memiliki tantangannya masing-masing.


Selanjutnya, mengenai kegagalan, saya mengalami banyak kegagalan pada masa itu, mulai dari tidak berhasil masuk ke Universitas impian saya hingga ditolak dalam beberapa aplikasi beasiswa seperti beasiswa MEXT, Hansen Summer Institute, dan lainnya. Namun, saya selalu mengikuti prinsip rencana ABC yang berarti jika satu rencana gagal, saya dapat mencoba rencana lain yang belum pernah saya coba sebelumnya. Ketika saya tidak berhasil masuk ke Universitas impian saya pada tahun 2016, saya menyusun beberapa rencana alternatif, seperti melakukan perjalanan hitchhiking ke Singapura atau menjadi pemandu lokal di kampung halaman saya sendiri. Saya telah membagikan pengalaman ini sebelumnya dalam tulisan saya. Tentu saja, pengalaman pahit itu sulit untuk ditanggung, tetapi saya percaya bahwa itu adalah obat yang dibutuhkan. Karena tidak semua obat harus terasa manis.


Terakhir, saya pernah merasa bahwa segalanya sangat sulit dan tidak semudah yang dibayangkan. Pada saat itu, saya bertanya kembali pada diri sendiri, "Mengapa semuanya harus mudah? Apakah saya akan menjadi orang yang kuat jika saya selalu diberikan hal-hal yang mudah?" Saya percaya bahwa kekuatan yang saya miliki sekarang berasal dari berbagai masalah yang saya hadapi dan upaya saya untuk melewatinya. Setiap emosi yang kita rasakan, mulai dari kegembiraan hingga kesedihan, hanyalah bumbu yang membuat hidup menjadi lebih berwarna dan lezat, menciptakan sebuah hidangan cerita yang menarik untuk kita bagikan kepada orang lain. Sebagai contoh, jika kita ingin memiliki tubuh yang baik dan berotot, tetapi tidak ingin berolahraga, apakah itu mungkin? Mungkin kita dapat menggunakan steroid, tetapi risikonya harus kita tanggung sendiri. Intinya, tidak ada yang mudah seperti membalikkan telapak tangan. Yang perlu kita lakukan adalah mengikuti rencana hidup kita, karena masalah-masalah yang muncul adalah bagian dari skenario terbaik yang telah ditentukan oleh Allah.


Saya sering kali berandai-andai, bagaimana jika pada saat itu saya menyerah dan tidak melanjutkan ujian masuk ke Universitas? Apa yang akan terjadi pada diri saya? Saya tidak akan menjadi seorang mahasiswa dan tidak akan meraih penghargaan Mashudi Awards 2019, karena pada saat itu saya sama sekali tidak memikirkan untuk menjadi pemenang kompetisi ini dan pergi ke luar negeri. Semuanya benar-benar di luar perkiraan saya, tetapi rencana Allah sungguh luar biasa. Allah membimbing saya melalui rencana-rencana yang telah saya susun, yang telah disesuaikan dengan skenario-Nya. Tentu saja, di sisi lain, nasib saya juga akan berbeda jika saya tidak melanjutkan ujian masuk ke universitas pada saat itu. Mungkin saya akan menjadi pengangguran, sales, penjaga toko, pebisnis sukses, atau mungkin hal lainnya. Semua keputusan ada di tangan kita, dan hasilnya merupakan bagian dari rencana terbaik yang telah ditentukan oleh Allah. Tugas kita hanyalah terus berusaha, maju, dan berdoa kepada-Nya agar diberikan jalan terbaik.


4. Apa yang Sedang Kita Lakukan Sekarang?

Poin terakhir yang ingin saya tekankan adalah tentang apa yang sedang kita lakukan saat ini. Poin ini memang terdengar sederhana dan jelas, tetapi pelaksanaannya sangat menantang. Terkadang, kita memiliki banyak rencana, namun hanya karena menunggu motivasi, akhirnya rencana tersebut tidak terealisasi. Namun, jangan mengabaikan betapa pentingnya langkah-langkah kecil yang kita ambil saat ini, setiap detik, menit, dan jamnya, karena mereka berkontribusi besar pada masa depan kita.


Hidup kita seperti menggambar di atas selembar kertas. Kita harus segera membuat rencana untuk menentukan apa yang ingin kita gambar, dan segera mewujudkannya di atas kertas tanpa menunggu kata 'motivasi'. Ingatlah bahwa setiap garis yang kita coret di atas kertas itu memiliki makna. Bagaimana gambar itu akan terbentuk nantinya tergantung pada langkah-langkah kita saat ini. Jangan khawatir apakah gambar itu akan terlihat jelek atau tidak, yang penting kita berusaha menggambar dengan sebaik-baiknya. Ingat! waktu terus berjalan dan kita terus tumbuh juga.


Hasil akhirnya, kita serahkan kepada Allah, sementara kita berusaha merefleksikan apa yang perlu dipertahankan dan apa yang perlu diperbaiki dari gambar yang kita buat. Percayalah, seiring berjalannya waktu, suatu saat nanti, jika kita terus melakukan perbaikan, akan ada momen di mana kita akan merasa sangat bersyukur karena berhasil melewati semua tantangan yang telah datang sebelumnya, dan kita tidak menyia-nyiakan kesempatan yang telah datang kepada kita. Jadi, jangan menunda-nunda dan bergantung pada motivasi semata. Mulailah mengambil tindakan sekarang juga, karena setiap langkah kecil yang kita ambil membawa kita lebih dekat menuju tujuan kita. Teruslah bergerak maju, berusahalah sebaik mungkin, dan yakinkan diri bahwa hasil akhirnya akan menjadi cerita kesuksesan yang kita banggakan suatu saat nanti.


Inilah beberapa pelajaran berharga yang telah saya peroleh melalui perjalanan panjang menuju posisi sebagai asisten dosen di EBAC ini. Meskipun masih ada banyak pelajaran lainnya, keempat pelajaran di atas sungguh memberikan pengaruh besar dalam hidup saya. Saya berharap artikel ini memberikan manfaat bagi kalian. Sampai jumpa lagi di postingan berikutnya! 😊

No comments:

Post a Comment

Pages