Persiapanku Menghadapi Skripsi



Hai sahabat-sahabat Caravel! Sebelumnya, saya pernah berbagi cerita singkat mengenai perjalanan akademik saya dalam sebuah postingan, Perjuangan di Balik Gelar Sarjanaku. Namun, saya merasa belum sepenuhnya puas terutama ketika membahas fase terakhir saya, yaitu saat mengerjakan tugas skripsi yang sangat menguji ketahanan mental saya pada saat itu. Dalam postingan kali ini, saya akan fokus menceritakan persiapan mental saya menghadapi skripsi dan bagaimana akhirnya saya berhasil menyelesaikannya meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan. Selain itu, saya juga akan merefleksikan pelajaran berharga yang saya peroleh selama proses mengerjakan tugas skripsi ini.


Beberapa Kursus Online yang Selesai di Coursera

Mengikuti Kursus Online untuk Menambah Kemampuan

Sebelum memulai perjalanan kuliah, saya mengambil gap year selama satu tahun pada tahun 2016. Tahun tersebut memberikan sejumlah pelajaran berharga bagiku, di mana saya dihadapkan pada berbagai konflik batin. Pengalaman gap year ini telah saya bagi dalam postingan sebelumnya, Hikmah Gap Year, Ngapain Aja?


Pada masa tersebut, saya memanfaatkan waktu luang dengan belajar secara online, mulai dari belajar bahasa hingga metode mengajar. Saya juga bekerja paruh waktu sebagai tutor bahasa Inggris untuk tetangga di kampung halaman. Mereka mempercayai kemampuan berbahasa Inggris saya karena sering melihat saya membawa orang asing ke kampung, sehingga mereka meminta saya untuk mengajar anak-anak mereka. Saya merasa senang, namun juga bingung karena kurangnya pengalaman mengajar. Mengajar tentu membutuhkan pengetahuan yang memadai.


Suatu waktu, saat saya menonton video pembelajaran bahasa Inggris, instruktur memberikan saran untuk memperdalam pemahaman bahasa dengan menggunakan teknik Content and Language Integrated Learning (CLIL). Teknik ini menggabungkan pembelajaran bahasa dengan konten yang relevan dengan kebutuhan kita, sehingga kita dapat mempelajari bahasa secara tidak langsung. Instruktur tersebut juga merekomendasikan platform kursus online yang terkenal, yaitu Coursera. Saat itu, saya menyadari pentingnya mengikuti kursus yang mengajarkan cara mengajar secara profesional. Saya mulai mencari kursus yang berkaitan dengan pengajaran bahasa Inggris, dan akhirnya menemukan salah satu kursus dari Arizona State University. Melalui kursus ini, saya mempelajari banyak hal tentang bahasa Inggris dan cara mengajar yang efektif. Saya mendalami prinsip dasar pengajaran bahasa, teori-teori penguasaan bahasa, penilaian bahasa, dan masih banyak lagi.


Ketika saya memulai kuliah, pengalaman ini memberikan nilai tambah yang besar bagi saya, terutama dalam hal akademik. Mengapa demikian? Karena saya melihat bahwa silabus beberapa mata kuliah sangat mirip dengan materi yang telah saya pelajari di Coursera. Saya menyadari bahwa kursus online sangat membantu dalam memperdalam pemahaman saya tentang pendidikan bahasa Inggris. Bahkan, ada beberapa materi yang belum diajarkan di kampus saat itu, tetapi telah saya temukan dalam kursus online tersebut. Singkatnya, kursus online menjadi sumber pengetahuan tambahan yang sangat berarti bagi saya untuk memperluas pemahaman di bidang yang saya tekuni.


Yang mengejutkan, saat tiba pada tugas akhir skripsi, saya memilih judul penelitian yang sebelumnya pernah saya temui dalam salah satu kursus online tentang literasi digital. Penelitian tersebut fokus pada identitas digital guru bahasa Inggris dalam mengembangkan profesionalisme mereka secara online, yang dikenal sebagai e-profesionalisme. Seperti yang kita ketahui, pemasaran diri secara offline sangat kompetitif dan memerlukan biaya yang besar. Namun, melalui internet, para guru memiliki kesempatan untuk menunjukkan keahlian mereka sebagai profesional dalam dunia digital, terutama pada masa pandemi yang sangat relevan. Oleh karena itu, pemilihan judul skripsi ini didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan yang saya peroleh dari kursus online serta mata kuliah literasi digital yang saya ikuti.


Salah Satu Video Pembelajaran tentang Scaffolding oleh Dr. Shane Dixon di Coursera

Mengenal Jargon dan Technical Terms di Jurusan Saya

Seiring berlalunya waktu, pengetahuan kosakata khusus dalam bidang ini semakin terbuka bagi saya. Istilah teknis dan jargon ini saya temukan melalui kursus daring dan tugas-tugas perkuliahan, terutama saat ditantang untuk membaca jurnal-jurnal ilmiah. Pada awalnya, saya menghadapi kesulitan dalam memahami kosakata tersebut, tetapi karena ketidakpuasan, saya kerap mencari arti di balik kata-kata tersebut. Dan akhirnya, saya memahami secara menyeluruh makna yang disampaikan dalam teks-teks yang saya baca atau simak tersebut.


Beberapa contoh kosakata yang saya jumpai selama masa kuliah termasuk pragmatik, semantik, sintaksis, cloze, SAMR, cognates, input hypothesis, affective filter, TPACK, digital literacy, dan masih banyak lagi istilah yang serupa. Pengalaman di dunia perkuliahan ini sungguh memperluas wawasan kosakata saya, dan hal tersebut sangat membantu saya dalam penulisan skripsi. Dalam menyusun tulisan tersebut, tentunya saya harus menunjukkan bahwa saya benar-benar paham terhadap topik penelitian yang saya teliti.


Salah Satu Dasar Penelitian Saya untuk Skripsi tentang Identitas dari J. P. Gee di JSTOR

Mengaitkan dengan Mata Kuliah sebelumnya

Selama perjalanan saya di dunia perkuliahan, khususnya dalam jurusan pendidikan bahasa Inggris yang saya ambil, saya telah mempelajari bahasa Inggris dan bidang pendidikan secara menyeluruh, dari dasar hingga hal-hal yang lebih spesifik, serta memahami bagaimana kedua bidang ini saling terkait. Seiring berjalannya waktu dan semakin tingginya semester yang saya jalani, semakin jelas dan terfokus bagaimana lembaga ini merancang kurikulum secara bertahap, membawa saya dari pemahaman dasar hingga persiapan menjadi seorang guru bahasa Inggris yang siap.


Tentu saja, jurusan ini menawarkan berbagai profesi di luar menjadi seorang guru bahasa Inggris. Ada pilihan menjadi penerjemah, pemandu wisata, pembuat konten, dan masih banyak lagi. Namun, fokus utamanya tetap menjadi seorang pendidik di bidang bahasa Inggris, sesuai dengan nama jurusan yang ada, yaitu pendidikan bahasa Inggris.


Saat mencapai semester 6, saya menyusun proposal penelitian dengan topik yang saya temukan melalui kursus online yang saya ikuti sebelumnya, serta dari beberapa mata kuliah seperti intercultural communication, digital literacy, dan grammar in multimodal discourse. Saya mendalami topik penelitian tersebut dengan membaca jurnal-jurnal penelitian yang tersedia di internet. Dengan pendalaman yang matang, saya memilih topik penelitian tersebut dengan bimbingan dan masukan dari dosen, yang akhirnya membantu saya menyelesaikan penelitian tersebut. Penting bagi saya untuk selalu merasa penasaran ketika ada istilah atau penjelasan yang belum jelas, sehingga saya secara aktif mencari sumber informasi di internet, terutama di jurnal-jurnal ilmiah dan di YouTube, karena video-video di sana memberikan penjelasan dalam bentuk audio dan visual yang mempermudah pemahaman dan proses belajar saya.


Prinsip yang saya pegang pada saat itu adalah bahwa di mana pun saya kuliah, kualitas diri saya bergantung pada diri saya sendiri. Meskipun lembaga pendidikan memberikan dukungan yang baik, terutama bagi mereka yang kuliah di universitas terkenal, namun hal tersebut hanyalah faktor pendukung. Yang sebenarnya menentukan dan merasakan hasilnya adalah diri kita sendiri. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk tidak memaksimalkan pengalaman kuliah kita, di manapun kita berkuliah. Selama kita memiliki niat yang sungguh-sungguh untuk mendapatkan ilmu, maka Allah akan memberikan petunjuk. Bahkan hingga saat ini, saya terus belajar dan masih banyak hal yang belum saya ketahui, sehingga saya terus berusaha untuk memperbaiki diri, menjadi lebih baik dan bijaksana di masa depan.


Memenangkan Hati Mereka

Dahulu, saya menyadari bahwa Allah senantiasa ada di sisi kita dalam segala situasi. Dia adalah Maha Pengampun dan Maha Pengasih, memiliki nama-nama terbaik yang hanya milik-Nya. Hubungan antara manusia dengan Allah, yang disebut hablum minallah, memang lebih mudah dibandingkan hubungan dengan sesama manusia, atau habluminannas. Seperti yang kita ketahui, hubungan dengan sesama manusia lebih kompleks dan memerlukan kehati-hatian, karena setiap manusia memiliki sifat yang berbeda, termasuk diri saya sendiri. Apa hikmah yang dapat kita ambil dari sini?


Hukum dan penilaian manusia selalu bersifat subjektif. Sebagai contoh, jika kita menyebutkan 1+1 = 2 sebagai contoh yang objektif dan terukur, perlu diingat bahwa di tempat lain di dunia, mungkin masih ada orang yang menganggap bahwa 1+1 bisa jadi 11 atau 0. Hal ini terjadi karena manusia memiliki bias dan penilaian yang sangat dipengaruhi oleh persepsi mereka. Oleh karena itu, setiap penilaian yang diberikan oleh manusia, termasuk oleh guru-guru dan dosen-dosen kita, hanyalah penilaian mereka terhadap kita. Apakah mereka mengetahui masa depan kita dengan pasti? Tentu saja tidak. Hanya Allah yang memiliki kebenaran objektif dan memberikan masalah serta pembelajaran berharga bagi kita, jika kita percaya dengan adanya tuhan.


Intinya, kita bertanggung jawab terhadap diri kita sendiri. Jika kita mendapatkan nilai A, itu menjadi tanggung jawab besar yang harus kita emban bukan hanya sekedar gelar semata. Dan jika kita mendapatkan nilai E, kita perlu merefleksikan diri dan melakukan upaya perbaikan, sambil selalu mengingat bahwa penilaian tersebut hanyalah pandangan manusia semata. Yang perlu kita lakukan adalah terus berusaha memperbaiki diri secara konsisten, karena segala rahasia dan kebijaksanaan Allah meliputi segalanya. Mungkin saja mereka yang saat ini mendapatkan nilai E akan menjadi ahli di bidangnya di masa depan, bahkan mungkin lebih unggul daripada mereka yang mendapatkan nilai A. Oleh karena itu, kita harus tetap optimis, namun tetap diiringi dengan tindakan nyata, bukan hanya sekedar optimisme semata.


Selanjutnya, setelah kita menyerahkan segalanya kepada Allah, kita perlu bertindak secara profesional, terutama dalam hubungan dengan sesama manusia, termasuk dengan dosen-dosen kita. Saya menyadari bahwa diri kita sendiri mirip dengan sebuah negara yang membutuhkan kerjasama dengan negara lain, dan di sinilah politik bisa muncul. Salah satu strategi yang saya terapkan saat itu dalam berhubungan dengan dosen-dosen saya adalah berusaha memenangkan hati mereka. Apa maksudnya? Ketika kita mendapatkan bimbingan dari dosen, mereka tentunya memberikan masukan yang bermanfaat bagi kita. Namun, tidak semua masukan harus diterima begitu saja dan diubah sepenuhnya. Kita perlu berpikir kritis dan berdiskusi dengan mereka. Perlu diingat bahwa kita tidak boleh menolak dengan kasar, tanpa sikap yang baik, atau bahkan mengajak mereka berdebat. Mungkin kita berpikir bahwa berdebat dengan mereka adalah hal yang lazim dalam dunia akademik. Kita harus ingat bahwa manusia memiliki perasaan, dan itu bisa menjadi senjata tajam yang membuat kita semakin menjauh secara emosional dengan dosen, sehingga mereka mungkin tidak akan memprioritaskan kita. 


Bagaimana cara menghadapinya? Kita dapat memulainya dengan mendengarkan masukan dari mereka, mencatatnya, dan melakukan perbaikan dari beberapa poin yang memang perlu diperbaiki. Rajinlah bimbingan dengan terus melakukan progres setiap harinya. Ingatlah, tujuan utama kita di semester akhir ini adalah untuk lulus sesegera mungkin. Kita harus menghadapi tekanan ini dengan pemahaman bahwa setiap semester kuliah kita mengeluarkan uang, atau bagi mereka yang mendapatkan beasiswa, masa beasiswa akan segera berakhir. Kita tidak boleh terlalu perfeksionis sampai menjadi malas untuk mengerjakannya. Yang terpenting, sedikit demi sedikit melakukan perbaikan dan dilakukan secara konsisten. 


Reputasi selama Perkuliahan Berpengaruh

Suatu hal penting yang perlu kita sadari ketika memasuki dunia perkuliahan adalah keinginan untuk dikenal dan diakui sebagai mahasiswa yang berdedikasi di lingkungan tersebut. Hal ini sepenuhnya ditentukan oleh tindakan dan sikap kita, karena akan membentuk pandangan orang lain terhadap diri kita.


Contohnya, "si A," yang selalu aktif di dalam kelas, terlibat dalam organisasi, sering mengikuti bimbingan, dan menunjukkan dedikasinya di lingkungan akademik. Orang-orang di sekitar si A, termasuk teman-teman dan dosen-dosennya, mengenali bahwa si A bukan hanya berkuliah untuk mengejar gelar semata, tetapi benar-benar memaksimalkan pengalaman di dunia perkuliahan ini.


Di sisi lain, ada "si B," yang hadir di kelas tanpa aktif berpartisipasi, kurang serius dalam memahami materi perkuliahan. Pada akhir semester, peluang terbesar untuk lulus tentunya dimiliki oleh si A, meskipun si B pun bisa lulus cepat jika ia lebih proaktif dalam menghadapi bimbingan dari dosennya dia akhir semester. Setidaknya, si A telah membentuk reputasi dan identitas yang positif di mata orang, dan ini menjadi referensi positif bagi para dosen.


Namun, penting untuk diingat bahwa upaya si A sejak semester pertama hanyalah salah satu langkah untuk memperbesar peluang lulus lebih cepat, karena masih banyak faktor lain yang mempengaruhi. Bagi si B, semester akhir akan menjadi tantangan besar karena dia harus memperbaiki segalanya, terutama jika selama kuliah jarang hadir ke kelas, sering menyebabkan keributan, dan teralihkan oleh berbagai distraksi yang menghalangi pemahaman materi dari setiap semesternya.


Di semester akhir ini, tugas kita tidak hanya berfokus pada menuliskan topik penelitian, tetapi juga melakukan penelitian menyeluruh mengenai isu yang menjadi fokus penelitian kita. Ini berarti kita harus aktif mencari dan menggunakan referensi-referensi yang relevan dengan topik penelitian kita, khususnya jurnal-jurnal ilmiah yang seringkali memuat kosakata yang spesifik dan khusus hanya untuk jurusan kita.


Telat 1 Semester, Bagaimana?

Pada awal tahun 2021, saya memulai menggarap skripsi. Saat itu, tidak ada kekhawatiran dalam hati karena saya telah menentukan topik penelitian dan menyusun proposal sejak semester 6. Kemudian, di semester 8 ini, saya baru saja menyelesaikan ujian seminar proposal, dan ada dua tahap lagi yang harus saya lalui, yaitu telaah komprehensif dan sidang skripsi. Di angkatan saya, hanya dua orang dari yang telah menyelesaikan sampai sidang skripsi, sedangkan yang lainnya masih ada yang baru selesai seminar proposal seperti saya, dan ada pula yang menyelesaikan setelah tahap komprehensif.


Satu hal yang sangat mengkhawatirkan saya mengenai keterlambatan studi adalah beasiswa Bidikmisi yang sudah saya terima akan habis di semester 9 ini. Artinya, saya harus membayar kuliah secara reguler. Saat itu, setelah mengecek situs web, tertera biaya kuliah sebesar 1,9 juta. Namun, alhamdulillah, para penerima Bidikmisi, termasuk saya, mendapatkan keringanan yang memungkinkan kami membayar hanya Rp950.000 dengan pembayaran dicicil selama 3 bulan. Itulah titik balik di mana tekad saya menjadi semakin kuat dan berkomitmen untuk lulus di semester 9 ini, karena saya tidak ingin membayar jumlah uang kuliah yang begitu besar, terutama dalam keadaan keuangan yang masih kurang stabil.


Jadi, bagi kita yang mungkin merasa tidak percaya diri dan tertekan secara mental, entah karena olok-olokan dari keluarga, membandingkan diri dengan teman-teman yang telah lulus, atau alasan lain yang sebenarnya tidak masuk akal, pernahkah beberapa dari kita merenung seperti demikian? Saya merasa terdorong dan sungguh serius karena alasan yang masuk akal, yaitu mengeluarkan uang sebesar Rp950.000 untuk perkuliahan yang mana uang tersebut bisa kita pakai untuk keperluan pekerjaan atau bisnis yang kita miliki. Kemalasan kita adalah pemborosan waktu dan energi, terutama jika kita berasal dari keluarga dengan keterbatasan finansial seperti saya. Selain itu, saya sudah merencanakan untuk mengikuti program beasiswa LPDP pada gelombang 1 tahun 2022. Oleh karena itu, saya harus menyelesaikan studi di semester 9 ini dengan segera, berusaha sepenuh tenaga, termasuk melakukan perjalanan bolak-balik dari kampung ke kampus, menghadiri bimbingan rutin setiap minggu, dan bahkan berani menelepon dosen jika sulit dihubungi. Semua ini demi mewujudkan impian lulus di semester 9 ini.


Salah Satu Chapter Menarik di Buku Kehidupan Saya

Inilah postingan kali ini tentang perjalanan singkat skripsi saya dan bagaimana saya menjalaninya dengan berbagai macam emosi, mulai dari semangat yang membara hingga rasa cemas yang menghantui. Semua perasaan tersebut saya rasakan dan normalisasikan, karena pengalaman ini begitu unik dan akan selalu melekat dalam diri saya, menjadi bagian tak terpisahkan dari rangkaian cerita hidup yang telah saya jalani sejak lahir hingga saat ini.


Jika saya melihat jauh ke masa lalu, ketika saya lahir dan tumbuh dalam keluarga yang serba berkekurangan, saya menjadi semakin sadar akan betapa beruntungnya posisi saya saat ini, di mana saya diberi kesempatan untuk berkuliah, dan karena itu, rasa syukur terus mengalir. Saya merasa sangat beryukur kepada Allah, pada diri saya sendiri, serta pada dukungan luar biasa yang diberikan oleh orang-orang di sekitar saya, terutama orang tua saya yang selalu menjadi tiang penopang dan pendorong semangat selama menjalani skripsi ini.


Saya ingin menyampaikan satu pesan penting untuk kalian yang sedang menyelesaikan skripsi dan merasa tertekan karena belum berhasil lulus: jangan terjebak dalam perasaan yang tidak jelas. Alihkan fokus kita pada upaya menyelesaikan skripsi dengan konsisten, teruslah melakukan perbaikan, dan berdiskusi dengan dosen-dosen kita secara aktif. Percayalah, mereka juga manusia, dan mereka akan menghargai dedikasi dan ketekunan kita. Saya memiliki contoh nyata dari salah satu teman saya yang tanpa lelah melakukan bimbingan dengan dosennya. Akhirnya, dosennya berkata "Anda sungguh percaya diri, sudah mau bimbingan lagi" Perasaan percaya diri ini muncul bukan hanya dari sebatas berkomunikasi, tetapi dari kemajuan nyata yang dihasilkan melalui usaha keras dan koreksi yang diambil hikmahnya. Akhirnya, teman saya berhasil lulus kuliah juga.


Ingatlah, setiap orang memiliki takdir dan perjalanan hidup yang berbeda. Namun, itu bukanlah alasan untuk berdiam diri, tak berbuat apa-apa, atau bahkan menyerah dalam keterpurukan. Carilah berbagai solusi, tunjukkan usaha, dan jadikan setiap tantangan sebagai pelajaran berharga. Semoga pesan ini dapat memberi manfaat, dan sampai jumpa di postingan selanjutnya! 😊

4 comments:

  1. Wow, what a great story yad. Setelah sampai akhir tulisan ini, tambah yakin untuk tidak merisaukan hal yang kurang pas untuk dipikirkan. Harus fokus bimbingan walaupun lulus di semester 12 atau semester besok. Thanks dude

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semangat bro! Gaskeuun lah... Sing lancar sagalana amiin..

      Delete

Pages