Cara Mengevaluasi Informasi secara Kritis


Halo sobat Caravel, setelah lumayan lama tidak publikasi artikel-artikel yang berkaitan tentang dunia perkuliahan, di postingan kali ini kita akan mempelajari bagaimana cara mengevaluasi informasi yang benar. Setelah di postingan kemarin saya membahas tentang 6 Strategi Mencari Informasi Spesifik di Internet, tetapi mengetahui strategi untuk pencarian informasi saja tidak cukup, kita juga harus menyaring informasi-informasi yang akan kita gunakan sebagai referensi apakah referensi tersebut kredibel atau tidak. Tentunya, seperti yang kita ketahui bahwa dengan berkembangnya teknologi internet, informasipun beredar tidak mengenal batas wilayah. Kita perlu memperhatikan 6 elemen penting dalam menentukan apakah sebuah informasi dapat dikatakan kredibel atau tidak, yaitu meliputi tujuan, kewenangan, audiens, keobjektifkan, keakuratan, dan keterkinian. Oleh karena itu, perlu kehati-hatian dalam memilih dan memilah informasi di internet. Lebih lanjut, berikut akan dijelaskan lebih rinci lagi.

1. Tujuan Informasi

Ketika kita mendukung argumen kita dalam menulis atau berbicara, tentunya akan membutuhkan informasi di luar sana sebagai data untuk justifikasi argumen kita. Nah, data tersebut sudah berupa informasi sejak kita gunakan sebagai referensi untuk mendukung argumen kita. Jika kalian belum membaca postingan 5 Langkah Menjawab Pertanyaan-pertanyaan dalam Tugas Kuliah Kita secara Efektif, alangkah lebih baiknya dipahami terlebih dahulu postingan tersebut. Dalam konteks akademik, kita tidak bisa menggunakan informasi sembarangan yang tersebar di internet contohnya mengambil informasi dari blog yang mana penulisnyapun kita tidak tahu latar belakang mereka bagaimana dan dalam hal ini tujuan blog tersebut untuk apa. Stebbins (2005) menjelaskan bahwa dalam konteks akademik, kita harus mencari informasi yang tujuannya bersifat ilmiah atau memenuhi kaidah ilmu pengetahuan. Seterusnya, beliau menguraikannya menjadi beberapa hal sebagai berikut
  • Pengunaan bahasa
  • Panjang teks
  • Daftar referensi/pustaka
  • Bukti penelitian
  • Pengarang dan penerbit yang syah
  • Referensi terkutip

2. Otoritas

Selanjutnya, hal yang perlu kita perhatikan dalam mengevaluasi informasi adalah siapa yang menulis atau memproduksi informasi tersebut. Alasan mengapa kita harus menanyakan hal tersebut adalah apakah orang tersebut kredibel untuk kita jadikan sumber informasi. Jika kita mengutip dari informasi yang mana si penulis tersebut bukan ahli dalam bidangnya, tidak mengetahui dari mana lembaga tempat menganyam pendidikannya, dan posisi dia sebagai apa sekarang, maka orang tersebut tidak kredibel untuk kita jadikan informasi dalam lingkungan akademik. Lebih lanjut, lembaga yang menyebarkan informasi tersebut harus kita ketahui karena tidak semua lembaga dalam lingkungan akademik dapat diterima sebagai sumber informasi.

3. Audiens

Ketika kita mengevaluasi informasi, hal selanjutnya yang harus kita pikirkan adalah untuk siapa target informasi ini, apakah khusus konsumsi para akademisi atau konsumsi publik. Biasanya jika informasi yang ditargetkan untuk para akademisi hanya dapat dipahami baik oleh para akademisi tersebut sesuai bidang keahliannya masing-masing. Kemudian, situs-situs untuk akademisi biasanya hanya tidak hanya dapat diindeks oleh mesin pencari biasa seperti Google, tetapi juga dengan mesin pencari khusus para akademisi seperti Google Scholar. Lain halnya dengan informasi yang menjadi konsumsi publik biasanya disebarkan melalui beberapa situs populer ataupun blog pribadi seseorang dan dapat dengan mudah diindeks oleh mesin pencari, contohnya Google.

4. Objektivitas

Pertanyaan yang muncul untuk poin selanjuntnya ini adalah "apakah informasi disampaikan secara objektif?". Menurut KBBI, objektivitas didefinisikan sebagai "sikap jujur, tidak dipengaruhi pendapat dan pertimbangan pribadi atau golongan dalam mengambil putusan atau tindakan". Selanjutnya, dari definisi tersebut kita dapat mengetahui bahwa ketika mengevaluasi informasi, kita juga harus memperhatikan tujuan si penyebar informasi tersebut menyebarkan informasinya. Opini yang disampaikan dalam lingkungan akademik tentunya harus seimbang tidak ada berat sebelah yang mana harus secara konsisten berbasis bukti, bukan hanya opini saja. Contohnya, ketika kita membaca informasi dari suatu studi kesehatan "kesehatan jus jeruk OPAK" dan studi tersebut didanai oleh perusahaan yang memproduksi minuman tersebut, maka mungkin kita akan berpikir bahwa studi yang dilakukan tersebut kemungkinan besar tidak objektif karena perusahaan mengharapkan lebih ke hasil studi yang positif. Oleh karena itu, hasil dari studi tersebut harus kita justifikasi lebih lanjut dengan mengikuti standar objektivitas yang ada dalam lingkungan akademik.

5. Akurasi

Hal menarik di poin selanjutnya ini adalah keakuratan terhadap informasi yang disampaikan tersebut. Ketika kita bingung terhadap otoritas dari suatu informasi yang kita temukan, cara yang tepat adalah mengkaji ulang informasi tersebut lebih dalam dengan melihat keakuratan informasi yang disampaikan tersebut. Caranya adalah memverifikasi informasi tersebut dengan mencari sumber-sumbernya dari yang lain yang biasanya didapatkan dari daftar pustaka atau referensi dari informasi yang disampaikan tersebut. Nah, sampai di sini kita mengetahui bahwa menuliskan referensi atau daftar pustaka itu sangat penting ketika menuliskan sebuah informasi dalam lingkungan akademik.

6. Keterkinian

Langkah terakhir dalam mengevaluasi informasi adalah keterkinian informasi. Hal yang tidak kalah pentingnya, yaitu ketika kita ingin mengambil informasi dari studi yang sudah dilakukan oleh orang lain, kita harus memeriksa informasi tersebut dipublikasikan. Hal ini diperlukan karena informasi hasil studi yang dilakukan dulu, mungkin sudah tidak relevan lagi karena sudah ada informasi terbaru yang menggantikan temuannya. Jadi, kita harus memastikan bahwa informasi yang kita baca harus terbaru. Namun, dalam beberapa konteks, informasi yang dulu merupakan hal yang sangat penting juga dalam beberapa bidang dan bahkan masih dianggap relevan, contohnya dalam jurusan sejarah, mereka bahkan dapat menggunakan informasi yang dulu sebagai sumber primer mereka.

Nah itulah 6 faktor yang harus diperhatikan ketika mengevaluasi informasi di lingkungan akademik. Ini akan menjadi panduan kalian, walaupun memang pada awalnya kita tidak dapat mengingat dan menerapkan secara langsung, tetapi ini akan menjadi kebiasaan dan prinsip kita ketika kita selalu mempraktikannya. Kemudian, ketika kita sudah terbiasa menerapkan cara ini, kita setidaknya dapat mengevaluasi informasi lebih efektif selama kita kuliah. Itu saja untuk postingan kali ini. Sampai jumpa di postingan selanjutnya. 😄

Referensi


Olston, C. (n.d.). Academic Skills for University Success. Coursera. https://www.coursera.org/specializations/academic-skills.

Stebbins, L. (2005). Student Guide to Research in the Digital Age: How to Locate and Evaluate Information Sources. ABC-CLIO.

No comments:

Post a Comment

Pages